***
Hari ke-5 di dimensi lain.
Memerlukan waktu selama 3 hari untuk bisa keluar dari Muspell, dalam perajalan kami selalu menghadapi berbagai mahkluk-mahkluk aneh dan sangat menyusahkan. Berulang kali aku kehabisan energi saat melawan mereka, dan selalu berakhir dengan kelelahan.
Untungnya kami bisa sampai ke tempat berikutnya, namun tempat ini lebih seperti kota mati.
***
"Akhirnya sampai juga!"
Sial! Aku sudah seperti orang tua, baru belari sebentar saja aku sudah kelelahan. Ini semua karena semua energiku yang terkuras saat menghadapi makhluk-makhluk gila itu.
"Hei... bukannya... waktu pertama bertemu... kau bilang kalau makhluk besar itu sudah jarang ditemui... tapi kenapa setiap seratus kilo kita selalu menemuinya!"
"Seratus kilo? Aku tidak paham maksudmu, tapi seharusnya para raksasa api itu sudah jarang ada. Bagaimana bisa mereka sebanyak itu ya?"
Hah... hah... aku sangat susah mengatur nafas.
"Snow, sebaiknya kau jangan menarik nafas terlalu dalam disini."
"Memangnya kenapa?"
"Berbeda dengan Muspell, tempat ini memiliki udara yang sangat dingin dan tipis."
Dia benar, aku sedikit kesulitan bernafas.
"Apa nama tempat ini?"
"Tempat ini adalah Nilfheim, ini adalah tempat yang yang dipenuhi es dan tempat paling dingin didunia ini."
Tempat paling dingin ya, pantas saja udaranya sangat tipis. Tapi aneh, seharusnya mau setipis apapun udaranya aku seharusnya masih bisa bernafas normal.
"Snow, pakai ini. Usapkan disekitar hidung dan dadamu."
"Apa ini?"
"Ini semacam obat yang bisa menghangatkan tubuh jadi kita tidak akan kesulitan bernafas saat melewati tempat ini."
Bentuknya seperti obat oles, dan rasanya sangat hangat.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan."
Tempat ini sangat minim cahaya, dan setiap kami lewat ada banyak sekali crystal es diantara rumah-rumah. Crystal di tempat ini sedikit mirip dengan crystal yang ada di goanya Y-MIR, begitu juga dengan suhunya.
"Chio."
"Ada apa Snow?"
"Aku ingin bertanya tentang dewa es yang kau bicarakan waktu di muspell."
"Maksudmu dewa Y-MIR?"
"Ya, siapa sebenarnya dia?"
"Hem, aku mendengar sedikit kisah tentang dewa Y-Mir dari orang tua dwarfku. Dewa Y-Mir adalah raksasa es pertama, dan dia adalah makhluk hidup pertama yang diciptakan. Dia diceritakan sebagai raksasa yang sangat baik, dia tidak pernah merusak alam dan selalu memelihara semua yang ada di dunia ini."
Tidak terdengar seperti Y-Mir yang kukenal, dia adalah soul yang paling kejam. Bahkan dia tidak segan-segan menusuk jantungku saat mengambil tubuhku dulu, kenapa dia terdengar sangat baik di ceritanya Chio.
"Lalu, apa yang terjadi padanya?"
"Seingatku, dewa Y-Mir sekarang ini berada di rumah para dewa. Dia disana bersama dewa-dewa lainnya menjaga kestabilan elemen di dunia ini."
Jika benar Y-Mir ada disana, lalu kenapa setiap aku bertemu dengannya dia selalu berada di dalam goa es dengan tubuh penuh rantai?
"Dewa Y-Mir adalah pemilik kekuatan elemen es, bahkan orangtua dwarfku memintaku untuk menjaga kekuatan ini dengan baik dan tidak menggunakannya sembarangan."
Tapi kau menggunakannya untuk melawanku beberapa hari lalu!
"Dan mereka juga berpesan untuk tidak menunjukkan kekuatan ini pada orang asing."
"Kenapa?"
"Karena ini adalah kekuatan yang sangat istimewa, jadi harus dijaga baik-baik karena banyak orang yang menginginkan kekuatan ini."
"Memangnya kekuatanmu itu bisa direbut orang?"
"Kalau dari buku yang pernah kubaca, pengambilan kekuatan elemen itu mustahil. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kekuatan ini adalah dengan berdoa."
Kata-kata dari orangtuanya sangat mencurigakan, jika memang tujuan dari menyembunyikan kekuatan itu karena banyak orang yang menginginkannya, kenapa orang-orang yang menginginkan kekuatan itu tidak berdoa saja kepada Y-Mir? Pasti ada hal penting yang disembunyikan orang tuanya.
"Nah, Chio. Kalau...."
Belum selesai kuselesaikan kalimatku, aku merasakan ada yang sedang mengawasi kami dari jauh.
"Chio, jangan bergerak!"
"Ada apa?!"
Tanah dibawah kami bergetar, langkah kakinya sangat berat. Apa ini raksasa lagi?
"Jumlah mereka tidak sedikit, mereka ada dua, tiga, tidak... mereka ada tujuh!"
"Apa mungkin ini adalah raksasa es?!"
Chio terlihat sangat panik, tidak biasanya dia seperti ini. Aku berusaha sebaik mungkin untuk melindunginya.
"Mereka datang!"
Benar saja, ada 7 raksasa es yang datang. Tatapan mereka sangat menyeramkan, dan sedari tadi mereka hanya menatap ke arah Chio. Apa mereka semua mengincarnya? Tidak ada pilihan lain, aku harus melawannya.
"Chio tetap dibelakangku!"
Aku mulai melawan mereka semua, tubuh mereka mudah sekali hancur tapi setiap tubuhnya hancur, mereka akan kembali utuh kembali.
"Sial ini tidak ada habisnya!"
"Snow, aku akan membantumu!"
Chio mengeluarkan hiu esnya dan mulai menyerang menggunakan spear yang kubuatkan untuknya, diluar dugaan dia sangat mahir menggunakannya.
"Serang mereka!"
Hiu esnya memakan salah satu kepala raksasa itu, bahkan setelah kepalanya hancur tubuhnya masih bisa bergerak dan menyerang Chio.
"Sial!"
Mereka benar-benar tidak ada habisnya.
Saat aku lengah, salah satu raksasa itu menendang tubuhku. Aku terpental cukup jauh dan mengahncurkan salah satu kristal es besar disini, kekuatan yang sangat hebat.
"Snow!"
Chio berusaha menghampiriku, tapi semua raksasa itu mengelilinginya seakan tidak membiarkannya pergi dari sana.
"Ayo bangun tubuh lemahku!"
Rasanya masih sangat sakit, berkali-kali aku muntah darah. Sepertinya luka dalamku cukup parah, kalau begini aku jadi susah bergerak.
"Snow!"
Sial! Aku harus segera kesana!
"Sepertinya mereka berulah lagi."
Ada suara orang! Siapa?!
Orang ini berdiri tepat didepanku, dia mambawa sebuah martil yang sangat besar.
"Kau tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja, tapi Chio..."
"Aku mengerti, kau tunggu disini dan simpan sisa tenagamu."
Dia meletakkan martil besarnya disampingku dan langsung berjalan menuju kearah para raksasa itu, apa dia berniat melawannya dengan tangan kosong?!
"Dengan izin dari dewa odin, atas nama kesucian lembah Nilfheim aku memerintahkan kalian, raksasa es tidurlah selamanya."
Tiba-tiba saja muncul kabut yang sangat tebal disekitar mereka, dan semua raksasa itu langsung tumbang!
Dari kabut muncul orang tadi dan dia membawa Chio yang juga ikut tumbang.
"Chio!"
"Tenang saja, dia hanya tertidur."
"Syukurlah, terimakasih banyak."
"Sama-sama, bagaimana kalau kalian beristirahat di istanaku?"
"Eh? Istana?"
"Ya, namaku adalah Hel. Aku adalah penguasa Nilfheim, semua yang ada disini, aku yang menjaga dan mengaturnya."
"Nama saya Snow, dan dia ini adalah Chio."
"Snow dan Chio ya. Jadi, bagaimana? Mau ikut ke istanaku?"
Aku langsung memenuhi tawarannya, karena jujur saja tubuhku sudah mau hancur saat ini. Terlebih lagi, kami sangat memerlukan istirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
***
Diluar dugaan, ini adalah istana yang sangat megah. Awalnya kupikir istana ini terbuat dari es, tapi jenis meterialnya terlihat sangat normal.
"Pelayan, bawa tamu kita ke kamar mereka."
"Baik yang mulia."
Ada 2 pelayan yang mengantar kami ke kamar, tapi anehnya senyuman diwajah mereka terlihat sangat dipaksakan.
"Anu... apa anda baik-baik saja?"
"Kami baik-baik saja tuan, kamar kalian ada didepan sana."
Saat masuk, kamar ini sangat besar dan ornamennya sangat mewah.
"Kalau begitu, silahkan beristirahat dan tuan dipersilahkan menggunakan semua fasilitas yang ada di kamar ini."
"Ah ya, terimakasih ya."
"Sudah menjadi tugas kami."
Kedua pelayan itu menutup pintu kamar yang sangat besar itu, dan seketika itu aku sadar...
"Eh? Tunggu dulu... kenapa aku sekamar dengan Chio!"
Ah sial, saking terpesonanya dengan kemegahan istana ini aku sampai lupa kalau masih menggendong Chio.
"Snow?"
"Chio!"
Syukurlah dia sudah sadar.
"Kita ada dimana? Dan apa yang terjadi?"
Aku menjelaskan semuanya kejadian gila hari ini kepadanya.
***
Malam hari tiba, kami diminta untuk ikut makan malam di ruang perjamuan. Mejanya sangat panjang, dan makanannya sangat banyak.
"Wah!"
Chio terlihat sangat senang dan tanpa sadar ada sedikit air liurnya keluar dari bibirnya, aku langsung mengekanya.
"Chio, jaga sikapmu."
"Eh! Maaf."
Yah, sebenarnya wajar saja dia bersikap seperti ini, karena selama melakukan perjalanan dia hanya makan ulat putih aneh itu.
"Ayo silahkan makan, jangan sungkan."
"Selamat makan!"
Cara makannya sangat sembarangan, tapi biarlah... lagi pula ini adalah hal yang sangat jarang kami nikmati.
"Jarang sekali aku melihat ras elf dan raksasa berpergian bersama, kemana sebenarnya tujuan kalian?"
"Hmm... hmm.... hmm!"
Ya ampun, dia bahkan masih berusaha berbicara saat mulutnya penuh.
"Maafkan teman saya, kami ingin pergi ke alfheim."
"Oh... jauh juga ya. Mumpung berada di kotaku, kalian bisa beristirahat dulu sampai pulih baru kalian bisa melanjutkan perjalanan."
"Terimakasih atas kebaikannya."
"Tidak, tidak apa-apa."
"Anda tidak ikut makan?"
"Aku nanti saja, kalian saja dulu."
Ya, sekali-kali menikmati hidangan seperti ini tidak ada salahnya juga.
"Nikmatilah... selagi kalian masih bisa menikmati rasanya... hidup."
Argh! Kepalaku! Sial rasanya sakit sekali, apa yang terjadi?
"Hem... sepertinya sudah mulai bekerja ya."
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Oh kau masih sadar ya raksasa kecil, seharusnya tadi kau makan saja semua ini supaya kau langsung pingsan seperti temanmu itu."
Chio! Dia pingsan, apa semua ini gara-gara makanan ini?!
"Sangat disayangkan kau hanya meminum jus buah itu. Sangat tidak baik kalau seorang tamu hanya minum minuman sedangkan makanan lezat lainnya tidak disentuhnya, kau sangat tidak sopan ya."
Sial! Semua makanan ini diracuni!
"Yah, tidak masalah. Setidaknya aku mendapatkan apa yang kuinginkan."
Dia mengangkat Chio dan membawanya pergi dari ruangan ini.
"Pelayan, terserah mau kalian apakan raksasa kecil itu."
"Baik yang mulia."
"Sial!"
"Kami sebenarnya tidak ingin melakukan ini padamu, tapi perintah ratu adalah mutlak. Kumohon maafkan kami."
***
"Kota mati."