"Iya, mas. Aku…"
"Kenapa?" tanya Jhino penasaran. Dia khawatir kalau Allyna masih merasa marah atau ada perasaan yang tidak enak.
"Aku… aku minta maaf udah nuduh mas Jhino yang bukan-bukan. Aku bahkan nuduh mas Jhino selingkuh. Padahal enggak. Maaf ya, mas," kata Allyna minta maaf dengan tulus.
Jhino tersenyum, "Iya, gapapa. Aku juga minta maaf karena nggak bisa menjelaskannya ke kamu. Tapi, kamu suka kan sama kalungnya?"
"Suka, mas. Suka banget. Bukan karena harganya lho ya, tapi aku suka modelnya. Ini sih elegan banget," kata Allyna.
Jhino tersenyum dengan manis. Allyna memperhatikan senyuman suaminya. Selama ini Jhino memang sering tersenyum. Tapi, Allyna jarang sekali memperhatikan dengan detail senyuman suaminya itu.
Ternyata mas Jhino ganteng banget ya. Kenapa aku baru sadar, batin Allyna.
Sementara Jhino tidak tahu kalau Allyna sedang memperhatikannya. Kepalanya terasa pusing. Mendadak darah keluar dari hidung Jhino.
"Lho, mas, kamu kenapa?" tanya Allyna mendadak panik.
Jhino sadar kalau kini dia sedang mimisan. Dia pun merasa semakin pusing sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan Allyna. Allyna pun meletakkan tas dan kalung dari Jhino di meja. Dia mengambil tisu untuk membersihkan darah di hidung Jhino.
"Mas istirahat dulu. Kayaknya mas kecapekan," kata Allyna kepada suaminya.
Jhino pun menurut. Allyna membantu Jhino untuk rebahan di sofa yang ada di ruang tengah. Jhino sudah tidak mimisan lagi, hanya saja dia merasa badannya tidak enak.
"Aku buatin teh hangat dulu ya. Mas tunggu sini," kata Allyna.
Jhino hanya mengangguk. Kepalanya sangat pusing.
Dengan cepat, Allyna membuatkan teh hangat untuk suaminya. Dia sangat khawatir. Baru kali ini dia melihat Jhino seperti itu. Biasanya dia tidak pernah seperti itu.
Apa mas Jhino terlalu capek karena sering begadang bantuin aku ya? Aduh, aku jadi merasa bersalah, batin Allyna.
"Ini tehnya, mas. Diminum dulu," kata Allyna. Dia membantu Jhino untuk bangun dan meminum teh hangat itu.
"Makasih ya," kata Jhino dengan lemah.
"Mas Jhino belum makan ya? Aku pesan makanan dulu ya," kata Allyna kemudian mengambil hpnya di tas untuk memesan makanan.
"Darahnya keluar lagi," kata Jhino.
Allyna langsung menengok ke arah suaminya. Dia melihat Jhino mulai mimisan lagi. Dengan cepat Allyna mengambil tisu. Tangannya bergetar dan Allyna tampak sangat panik.
"Kamu… kamu jangan panik… aku gapapa," kata Jhino kepada istrinya. Dia tidak ingin Allyna panik karena dirinya.
"Aduh, aku khawatir kamu kenapa-napa, mas," kata Allyna dengan panik.
Tangan Jhino yang sedang bebas kemudian meraih tangan istrinya dan menggenggamnya.
"Aku gapapa… kamu yang tenang ya," kata Jhino dengan lembut walaupun sedikit lemah.
Allyna dapat merasakan bahwa Jhino benar-benar tidak ingin istrinya khawatir. Akhirnya, Allyna membantu Jhino membersihkan darah mimisan itu. Setelah cukup lama, mimisannya berhenti. Allyna tampak sedikit lega.
"Mas, minum tehnya lagi," kata Allyna.
"Iya," kata Jhino. Dia pun menurut dan meminum teh hangat buatan Allyna.
Allyna memperhatikan wajah Jhino. Senyuman manisnya seolah hilang. Terganti dengan wajah yang lelah dan pucat.
"Mas, kamu kayaknya sakit deh. Aku khawatir banget. Kita ke rumah sakit ya," ajak Allyna. Dia sudah terdengar seperti ingin menangis.
"Aku gapapa kok, Lyn. Tenang aja," kata Jhino dengan lemah.
Sebenarnya kepalanya sudah sangat pusing. Namun, dia berusaha menahannya karena dia tidak ingin Allyna kerepotan karena dirinya.
"Mas, ayolah ke rumah sakit. Aku nggak bisa tenang. Please," pinta Allyna setengah memohon. Dia terdengar putus asa.
Jhino dapat merasakan kekhawatiran di dalam diri istrinya. Tidak biasanya Allyna seperti ini. Karena tidak ingin membuat Allyna semakin khawatir, Jhino pun mengangguk.
Allyna bernafas lega. "Sebentar, aku ambilkan jaket buat mas ya."
Jhino hanya mengangguk.
Dengan cepat Allyna mengambil jaket dan memakaikannya untuk Jhino. Allyna juga segera mengambil tas dan kuncil mobilnya. Dengan hati-hati, dia membantu Jhino berjalan menuju ke bawah apartemen mereka. Allyna merasa harus segera membawa Jhino ke rumah sakit.
***
Selama di perjalanan, Jhino tampak semakin pucat. Allyna pun merasa tergesa-gesa. Dia ingin segera sampai di rumah sakit, namun jalanan macet sekali. Rasanya Allyna ingin menangis. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Jhino.
"Sabar, Lyn. Aku gapapa. Kamu jangan buru-buru ya," kata Jhino dengan lemah.
"Tapi mas, aku khawatir kamu kenapa-napa. Ini kenapa macet banget lagi jalannya," gerutu Allyna.
"Iya, tapi kamu harus tetap tenang. Aku akan bertahan," kata Jhino berusaha menenangkan istrinya.
Allyna hanya manyun dan masih merasa tidak tenang. Akhirnya pelan-pelan, mobilnya melaju di tengah kemacetan dan sampai juga di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, Allyna minta bantuan perawat untuk membawa Jhino ke IGD. Baru sampai di depan pintu IGD, Jhino mendadak pingsan. Spontan saja Allyna panik.
"Mas Jhino… mas kenapa mas?" tanya Allyna dengan panik.
"Ibu tolong tenang ya, biar kami periksa dulu keadaan pasien," kata perawat yang membantu membawa Jhino.
"Iya," kata Allyna dengan suara bergetar. Air matanya mendadak menetes.
"Silahkan tunggu disini dulu, kami akan memeriksa keadaan pasien terlebih dahulu," kata perawat.
Jhino kemudian diperiksa oleh dokter dan dibantu oleh perawat. Allyna masih menunggu di dekat meja administrasi. Dia benar-benar menangis sekarang. Allyna sangat khawatir dengan keadaan Jhino.
Selama ini, Jhino selalu ada untuknya. Dia selalu sabar menghadapi apapun sikap Allyna kepadanya. Baru saja Allyna merasa kalau kini mereka sudah dekat. Bahkan Jhino memberikannya kado dan selalu mendukung langkahnya untuk segera lulus. Tapi, mendadak Jhino jatuh sakit. Allyna sangat khawatir kalau terjadi apa-apa pada suaminya. Jujur saja, ada perasaan yang tidak bisa dia jelaskan. Apakah Allyna sudah mulai mencintai Jhino?
"Kenapa lama banget? Mas Jhino kenapa?" gumam Allyna yang masih menunggu Jhino yang sedang diperiksa.
Air mata Allyna terus menetes. Dia benar-benar khawatir. Dalam hati dia berdo'a semoga suaminya yang super baik itu tidak apa-apa.
Allyna mencoba menghubungi keluarga Jhino tapi mereka tidak ada di rumah. Bu Joya dan Pak Jonathan sedang di luar negeri karena ada kegiatan dan tidak bisa langsung pulang. Bukannya mereka tidak sayang dan tidak khawatir dengan Jhino, hanya saja acara mereka tidak bisa ditinggal. Bu Joya dan Pak Jonathan sudah mempercayakan Jhino kepada Allyna. Dan kini, Allyna malah membuat Jhino kecapekan dan jatuh sakit.
Ini semua salahku. Kalau aja mas Jhino nggak begadang dan mikir berat untuk bantuin aku, pasti dia nggak bakalan sakit. Aduh, aku harus bagaimana? Batin Allyna. Dia kemudian terus menangis.
"Bu, tolong diurus dulu administrasinya ya," kata perawat.
"Bagaimana keadaan suami saya?" tanya Allyna.
"Sepertinya suami ibu kecapekan, namun kami akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terlebih dahulu untuk memastikan semuanya. Jadi, tolong diurus dulu administrasinya," jelas perawat.
"Baik, terima kasih," kata Allyna.