Chereads / MARAHNYA SEORANG ALEA / Chapter 11 - BUKALAH MATAMU

Chapter 11 - BUKALAH MATAMU

Beberapa jam telah berlalu pencarian Alvian dan Rendy masih Nihil.Alvian dengan segala prasangka buruknya pada Rendy yang sudah berniat menyembunyikan Alea sejak awal,merasa bahwa itu bagian dari strategi Rendy.sementara Rendy berpikir tidak mungkin Alea kabur begitu saja dengan meninggalkan dompet dan seluruh kartu tabungannya.menurutnya ada dua kemungkinan jika Alea tidak sedang berusaha bunuh diri kemungkinan lainnya Alea di culik.

"tapi siapa? Alea tidak memiliki interaksi sosial yang bagus yang bisa menciptakan musuh" monolog Rendy pada Alvian yang akhirnya memutuskan untuk bertemu di sebuah taman dengan masing masing membawa rasa frustasi.

"Ini semua gara gara kamu" sesalnya kemudian pada Alvian.

"Aku khilaf" Alvian sambil mengusap wajahnya kasar.

"Tunggu Rend...Apa Arnand?...iya Arnand."

Rendy tertarik dengan perkataan Alvian barusan.iya kemungkinan jika Alea di culik.maka Arnand satu satunya tersangka lain setelah Alvian.

"Saya akan hubungi orang orang papa di sana untuk mencari informasi tentang pria brengsek itu"

"Baiklah.saya akan menghubungi Rossa,setahuku hanya dialah satu satunya temannya"

"Rossa pacarmu itu, maksud kamu?"

" Ia mereka teman kecil"

"Apa kau akan menceritakan semua yang terjadi antara kau dan Alea pada pacarmu?"

"Rend...asal kau tahu.antara aku dan Rossa hanyalah palsu belaka,Rossa sudah memiliki tunangan,kami hanya memanfaatkan berita berita untuk menarik kesimpulan sendiri.tidak ada hubungan berarti antara aku dengannya.dan kita tahu itu.itu hanya bagian dari strategi simbiosis mutualisme antara aku dan Rossa"

Deg

Deg

Jantung Rendy terasa meloncat saat mendengar pengakuan Alvian.

"Dan Papa Mama tahu" lanjutnya kemudian.

"Jangan bilang kau menyukainya ?" Tanya Rendy was was.tangannya terkepal menahan gejolak dadanya.

"Aku tidak bisa memastikan ini suka atau bukan,ini cinta atau apa"

" Yang jelas,aku melakukan apa yang isi hatiku inginkan"

Tiba tiba telepon Rendy berdering dan itu dari mamanya

" Anak tengik...kemana saja kamu.menghilang begitu aja di rumah sakit"

" Aku sedang sibuk ma"

"Kita di ajak makan siang ke Rumah Utama dan kamu wajib ikut"

" Aku benar benar nggak bisa ma" Rendy menutup teleponnya tanpa menyadari ada kesal sang mama yang teleponnya di tutup begitu saja oleh anak semata wayangnya.

Sementara di telepon Alvian yang sejak tadi berdering tapi ogah untuk di jawabnya.masuk sebuah notif pesan.

"Jika kamu tidak ikut makan siang ,ketidak hadiranmu dianggap kamu sepakat dengan apapun keputusan kami hari ini"

Alvian membanting Handphonenya denga marah sambil berteriak: "TERSERAAAAAH" teriaknya frustasi.

***

Sekitar 2 jam lalu,Alea mencoba membuka matanya perlahan.mencoba mengingat ingat apa yang baru saja terjadi.bayangan bayangan kejadian tentang beberapa orang bertopeng yang masuk menyelinap ke apartemennya Membuatnya bergidik ngeri.pasalnya beberapa orang berpakaian serba hitam sedang berdiri di hadapannya.berpikir dirinya mungkin sedang mati dan yang berdiri di hadapannya itu adalah para malaikat pencabut nyawa yang baru saja mencabut nyawanya dari jasadnya.

Seketika Alea kembali menutup mata berbicara pada hatinya sendiri.

" Wah malaikat pencabut nyawanya tampan tapi sungguh wajahnya yang tegang sangat menakutkan sekali. mereka mencabut nyawa seseorang dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun di wajah mereka".

Tidak lama suara derap langkah teratur terdengar keluar dan semakin jauh dari tempat Alea.

Alea kembali membuka matanya perlahan yang masih berat.

"Apakah malaikat berjalan bukannya terbang?" Tanya alea dalam hati pada dirinya sendiri.

"Ah mungkin saatnya aku harus tutup mata kembali sebelum malaikat tampan itu melemparkankan roh ku ke langit.pasalnya aku takut ketinggian"monolog Alea pada hatinya,pada dirinya sendiri.

Tiba tiba terdengar beberapa orang kembali memasuki ruangan tempat Alea berbaring,semakin jelas dan semakin dekat dengannya.

"Buka matamu dan bangunlah" terdengar suara mengintimidasi laki laki tua yang Alea terka adalah suara kakek moyangnya yang mungkin akan membantu para malaikat melemparkan rohnya ke langit.

Alea tentu saja enggan membuka matanya,keningnya berkerut.

"Bangunlah nak.kami tahu kamu sudah bangun,bukalah matamu.kami tidak akan menyakitimu" suara laki laki paruh baya itu.

Alea menduga itu suara dari sanak keluarganya yang lain yang mungkin telah lebih dulu meninggal.

"Tapi jangan melemparkanku ke langit,aku takut ketinggian.kirim rohku kesana dengan baik baik" Alea dengan sangat lirih tapi masih terdengar jelas oleh setiap orang yang berada di ruangan itu.

Awalnya terdengar sepi,rupanya para pengawal mencoba menahan ketawanya sampai akhirnya Kakek tua itu yang tertawa lepas.mereka akhirnya semua tertawa.membuat Alea memaksa untuk membuka Matanya.

"Ternyata malaikat di balik wajah tegangnya suka bercanda juga " pikir Alea.

.

.

.

.

.