Chereads / Unexpected Past / Chapter 35 - Masih Tenang

Chapter 35 - Masih Tenang

Alwhin dan Alphonso sedang menyiapkan meja untuk acara minum teh bersama ayah mereka. Si kembar yang tampan ini kompak sekali satu sama lain.

"Wah! ada acara apa ini?" tanya Tuan Hurrold dengan senyum sumringah.

"Hanya minum teh saja Ayah, kita sudah lama tidak seperti ini. Oh iya, kami baru saja membuat kue kukus dari buah peach untuk Ayah," ujar Alwhin.

"Ayo Ayah, duduk dulu di sini. Ayah ini jangan terlalu ambisius, Ayah butuh waktu untuk beristirahat." Alphonso mendudukkan ayahnya di kursi meja makan.

"Maaf cuma makanan sederhana seperti ini yang kami buat. Tapi tenang saja, ini hanya untuk cemilan Ayah. Waktu makan malam nanti kami akan membuatkan menu spesial untuk Ayah."

Tuan Hurrold tidak dapat berkata-kata. Ia sangat bahagia sekarang. Kedua anaknya sudah kembali seperti sedia kala. Tidak ada lagi wajah murung, tidak ada lagi rasa rendah diri, tidak ada lagi perasaan sedih. Kini kedua anaknya bisa tersenyum cerah, secerah mentari pagi.

Lalu mereka bertiga memulai acara minum teh mereka dengan canda tawa, cerita yang menyenangkan, juga dengan petuah-petuah khas kebapaan dari Tuan Hurrold.

"Oh iya, aku masih penasaran. Kenapa Lysander bisa menemukanmu dan Nenek Louvinna di tempat lain?" tanya Alwhin di tengah pembicaraan.

"Aku dan Nenek Louvinna disekap di tempat lain. Kami juga bingung kenapa diperlakukan seperti itu. Padahal sebabnya hanya karena kami terbangun ketika orang-orang di sekitar kami sudah pingsan diacara festival waktu itu."

"Tunggu, bagaimana bisa?" tanya Tuan Hurrold penasaran. "Bahkan Ayah dan yang lainnya juga pingsan, Alwhin pun bilang kalau dirinya juga pingsan tapi dibangunkan oleh Nak Liana."

"Entahlah Ayah." Alphonso mengendikkan bahu, "Tapi aku sempat ingat seperti ada seseorang yang menghirupkan suatu ramuan ke kami berdua yang membuat kami siuman. Setelah kami sadar kami malah sudah dikepung oleh anggota kelompok berjubah hitam."

Alwhin melotot, ramuan? bukannya yang punya ramuan hanya Liana, Lysander, dan dirinya waktu itu? Lysander sempat berkata bahwa ia kehilangan sebotol ramuan. Namun siapa yang membawanya? Lyosha bilang dia tidak ada membangunkan seorang korban pun, apalagi Alphonso dan Nenek Louvinna.

"Berarti ada seseorang selain aku, Liana, Lysander, dan Kak Lyosha yang tidak mempan terkena pengaruh magis kala itu. Hm...berarti dia adalah pihak yang baik. Ini benar-benar membuatku penasaran." Alwhin berekspresi serius.

Tuan hurrold menengahi diskusi itu, "Nanti kita cari tahu lebih lanjut. Tapi yang pastinya dia adalah orang yang baik. Ayah akan cari dari sumber ke sumber, namun Ayah akan berusaha untuk tidak terlalu 'nampak' membicarakannya. Karena Ayah masih belum yakin kalau mereka benar-benar pergi dari kerajaan ini."

"Iya Ayah, perkataanmu benar. Dan aku harap semoga pihak perizinan dan keamanan Kerajaan Ellenia lebih ketat dan selektif ketika menerima tamu dari luar," ujar Alphonso lalu menyeruput tehnya.

Alwhin dan Tuan Hurrold mengangguk mengiyakan. Lalu Tuan Hurrold tiba-tiba terfikir tentang suatu ide

"Untuk merayakan kembalinya kekuatan magis kalian berdua Ayah ingin mengajak Liana beserta Nenek Louvinna dan teman-temannya untuk pesta makan malam ini," ujar Tuan Hurrold dengan wajah yang antusias.

Si kembar Handpull matanya berbinar. mereka sangat senang dengan ide dari ayahnya. Terutama mendengar nama Liana yang akan datang. Tuan Hurrold tahu kalau anak-anaknya punya perasaan lebih terhadap Liana.

"Biar aku saja yang menghubungi Liana lewat holo faks," ujar Alwhin langsung mengambil holo faks di sakunya. Padahal di mulutnya masih banyak biskuit dan kue.

"Aku saja!" seru Alphonso, "Mulutmu masih penuh dengan kudapan!"

"Biar Ayah saja yang menghubungi mereka. Kebetulan Ayah ingin menanyakan keadaan Nenek Louvinna," ujar Tuan Hurrold menengahi perdebatan kedua anaknya.

Alwhin dan Alphonso menghela nafas kecewa, Tuan Hurrold hanya terkekeh melihat kelakuan anaknya.

"Oh iya, kalian kan sudah kembali seperti semula..." Tuan Hurrold menggantung perkataannya, "Ayah sebenarnya ingin---"

"Kami pasti akan bersekolah di sana Ayah!" ujar Alphonso dengan yakin.

"Kami berdua akan belajar dengan giat. Ditambah Non Orph akan lebih dipermudah untui mendaftar di sana. Kami tidak akan kalah dengan Liana, Lysander, dan Kak Lyosha," ujar Alwhin menimpali.

Tuan Hurrold terkekeh, ia bisa menangkap maksud lain dari pekataan putranya itu. Tentu saja bukan ingin kalah karena merasa tersaingi, tapi tak ingin kalah karena ingin terlihat hebat di depan Liana. Selama ini kedua anaknya selalu tidak percaya diri karena keadaan mereka yang sempat mengalami kekurangan fisik.

Dan beruntungnya karena peristiwa kemarin membuat kedua anaknya kembali menemukan kemampuan magis dan fungsi anggota tubuh mereka seperti semula.

*****

Suasana yang sunyi berlangsung di sebuah ruangan para anggota utama badan ekskutif siswa Tummulotary Academy.

"Ku dengar para ksatria sudah mengalahkan dalang dari insiden amitte ridere?" ujar Harry membuka pembicaraan.

"Ku dengar-dengar begitu," sahut Ken.

"ITU BOHONG!" teriak Owlen. Semua orang yang ada di ruangan itu menutup telinga mereka.

"Bisakah kau tidak berteriak! kau hampir memecahkan saluran pendengaran kami!" bentak Shiren.

"Hehe maaf," ucap Owlen sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi bicara soal itu, memang bukan ksatria kerajaan yang melakukannya."

Alis Petter naik sebelah, indra pendengarannya menangkap suatu pembicaraan yang menarik. Ia menghentikkan kegiatan tulis menulisnya.

"Lalu siapa?" tanya Petter seraya berbalik arah ke Owlen, karena posisi duduknya Petter tadi membelakangi Owlen.

"Aku dengar malah sekumpulan anak-anak Orph," jawab Owlen.

Petter hampir tak percaya, tapi ia tidak menunjukkan ekspresi yang berarti.

"Apa kau tidak salah? ku dengar pelaku Amitte ridere itu orang-orang yang cukup kuat. Lalu kau tahu kabar itu dari mana?" tanya Petter penuh selidik.

"Aku tidak salah dengar, saat acara makan besar seluruh keluarga mereka membicarakan itu. Dan raja juga ikut membicarakannya. Entah kuat atau tidaknya tapi bisa kita hipotesakan kalau anak-anak Orph itu cukup kuat."

Petter melirik Ken. Yang merasa dilirik lalu angkat suara, "Iya, aku sudah mempersiapkannya dengan baik kok."

Daniel diam, ia sudah membicarakan ini dengan Profesor Giddleton. Beliau membuat suatu rencana yang bisa membantu para Orph, setidaknya apabila dari sebagian besar pendaftar tes kalah. Maka dengan bantuan Profesor Giddleton, sebagian dari yang tidak lulus itu masih bisa diluluskan dalam tes tersebut. Yah walau tidak semuanya.

"Hai Daniel," sapa Ken.

"Ya?" Daniel menoleh ke arah Ken.

"Kau nampaknya sibuk sekali. Sedang mengerjakan apa?"

"Tugas dari Profesor Dio," jawab Daniel sekenanya.

"Aduh Daniel, kau ini sibuk sekali. Tugas...." Ken mendekati Daniel. "Atau tugas." Ken menatap Daniel sinis.

"Astaga, sudahi Ken. Daniel memang sedang mengerjakan tugas dari Profesor Dio, kau kan tahu bagaimana beliau bila memberikan tugas. Pastinya tidak akan selesai dalam waktu empat jam," tukas Petter menengahi. "Oh iya Daniel."

Yang dipanggil menatap ke arah Petter, "Kenapa Petter?"

"Apa alasanmu membela para Orph?"

Seisi ruangan langsung menatap Petter tiba-tiba. Entah apa yang merasuk dalam fikiran Petter hingga dia bertanya seperti itu.