Malam begitu sunyi, tidak ada terdengar bunyi lain selain dengkuran halus dan detak jam yang berlalu. Malam sudah sangat larut dan wajar bila manusia termasuk penghuni Coil Cottage. Namun masih ada sepasang mata yang terjaga tatkala yang lainnya telah terlelap.
Sepasang mata itu mengintai sekeliling, satu persatu kamar ia datangi. Liana, duo oranye, dan Nenek Louvinna. Setelah memastikan semuanya telah tertidur ia akhirnya beraksi.
"Fyuhh, tiga hari tidak berada dalam wujud manusia membuatku rindu. Untung saja Nona Liana memanjakanku selalu, sebenarnya tidak ada salahnya dalam wujud kucing."
Bunyi grasak grusuk terdengar, sosok manis itu mulai berhati-hati. Takut terlalu bising dan membangunkan penghuni Coil Cottage yang lain.
Sosok itu ramping dengan tinggi hampir setara Liana namun sedikit lebih pendek, dengan panjang rambut sepunggung berwarna hijau. Sepasang telinga kucing berbulu berada di kepalanya dengan ekor panjang yang halus di pinggang bagian belakang.
"Huweee, aku mau manisan ikan gurih buatan Nona Liana. Di mana Nona menaruhnya ya? hmm." Sosok itu membuka satu persatu lemari yang ada di dapur, namun benda yang ia cari tak kunjung ketemu.
"Biasanya Nona Liana menaruhnya di lemari yang ini. Aha! ketemu!" serunya girang. Namun wajah cerianya kembali murung mendapati toples yang biasanya berisi camilan kesukaannya kosong.
"Mencari ini gadis nakal?"
Lyosha duduk di meja makan dengan senyum miringnya, ia menenteng sebuah toples berisi camilan yang dicari-cari sosok tersebut.
Sosok itu kaget bukan main. Toples kaca di tangannya terjatuh dan pecah. Menimbulkan bunyi pecahan kaca yang nyaring. Sontak seisi Coil Cottage terbangun dari tidur mereka.
Semuanya langsung menuju dapur karena penasaran dengan apa yang sudah terjadi.
"Apa yang terhadi Lyo---"
Liana dan yang lainnya tercengang, sesosok mahluk manis bertelinga kucing berdiri di dapur dengan pakaian yang er...kurang kain.
Dia hanya pakai rok mini dengan kaus merah muda yang hanya setengah bagian torsonya. Wajahnya merah padam tatkala dipergoki oleh seluruh penghuni Coil Cottage.
'Malunya aku! bagaimana bisa Nona Liana melihatku dalam keadaan seperti ini!' batin sosok itu menjerit.
"Siapa kau? bagaimana caranya kamu bisa masuk ke sini?" tanya Nenek Louvinna heran.
"Aku...er...aku...." Ia menggantung ucapannya. Ia nampak ragu dan memainkan ujung bajunya pertanda gugup.
"Dia Isaura," jawab Lyosha enteng.
"HAH?!"
Bukan hanya Liana, Lysander, dan Nenek Louvinna yang terkejut. Namun Isaura sendiri terkejut dengan perkataan Lyosha. Dari mana dia bisa tahu itu semua?
"Jangan bertanya kenapa." Lyosha berdiri dari bangku dan mendekat ke Isaura. "Aku curiga sudah dari lama dengan kucing pemalas ini. Dan saat kalian memutuskan untuk tidak mengintainya, aku berinisiatif untuk menunggunya sendiri. Karena si kucing pemalas ini mengira keadaan sudah aman dan tidak ada yang mengintainya."
Lyosha menjitak pelan kepala Isaura, ia hanya meringis dan tidak berkata apa-apa. Ia hanya bisa menunggu reaksi yang lainnya. Habislah sudah, pasti setelah ini ia akan dimarahi.
Wajah Liana masam, ia nampak marah. Lyosha tersenyum kemenangan. Ia sangat menantikan kemarahan Liana pada sosok manusia Isaura tersebut.
"Kau...." Liana mendekat dan menatap intens Isaura. Isaura menatap balik dengan takut-takut.
"Kenapa tidak dari dulu bilang kalau kau itu manusia? aduh aku gemas sekali melihatmu begini!" pekik Liana. Ia memeluk erat Isaura, memainkan telinga dan ekor kucing isaura, serta mencubit pipi Isaura.
Kini wajah Lyosha yang masam. Ia duduk dan memakan cemilan yang ada di tangannya tanpa perasaan.
"Emm begini," ujar Lysander, semuanya menatap ke arahnya. "Apa alasanmu menyamar menjadi kucing dan tinggal di sini?"
"Itu...karena...er...aku...aku...."
"Cepatlah bicara kucing malas!" seru Lyosha gemas, ia geram jadinya.
"Sebenarnya aku itu bukan kucing, aku tidak berniat menyamar jadi kucing. Tapi...aku terkena kutukan menjadi kucing," ungkap Isaura. Seisi ruangan tercengang.
"Bagaimana bisa?" tanya Nenek Louvinna tak percaya.
Isaura menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia berusaha lebih tenang agar bisa dengan jelas
"Pelakunya sama dengan yang menyebabkan amitte ridere beberapa tahun yang lalu."
"Tunggu!" seru Liana. "Maksudnya kau...."
"Iya, aku juga salah satu korbannya. Sama seperti kedua temannya Nona Liana. Aku beruntung karena Nona mau memungut kucing jelek seperti ku ini. Setelah berubah menjadi kucing aku hidup terlunta-lunta dan hanya bisa memohon belas kasih orang lain, tapi sangat sedikit ada orang yang sebaik Nona Liana."
Isaura berhenti sejenak, ia lalu melanjutkan ceritanya.
"Aku adalah Orph, aku tidak punya sanak saudara. Hidup dengan ketidakjelasan seperti ini membuatku hidup mandiri. Meskipun aku harus mendapat perlakuan buruk dari para Non Orph. Tapi tidak sampai di situ, saat aku pergi ke festival yang persis seperti kita datangi waktu itu, aku diculik. Dan setelah siuman aku menyadari kalau hendak dilepas paksa. Namun tidak berhasil sepenuhnya dan aku mendapat efek lain yaitu berubah menjadi kucing."
"Tadi kau bilang kau hanya memohon belas kasih orang lain? berarti kau tidak dapat berubah wujud menjadi manusia. Tapi kenapa sekarang kau bisa berubah?"
"Aku diam-diam keluar dari tas Lyosha ketika dia tidak menyadarinya. Lagipula kalau aku berada di dalam tasnya aku hanya akan memberatkannya kala itu. Dan saat aku mencari-cari yang lainnya. Aku masuk ke suatu ruangan dan menemukan cairan bening berkilauan, aku secara tak sadar tergerak untuk meminumnya. Lalu aku mendapat kemampuan untuk berubah kembali menjadi manusia dan kekuatan magisku menjadi utuh kembali."
Mereka berempat mengangguk paham. Rupanya Isaura bukan hewan magis. Melainkan manusia yang dikutuk menjadi kucing.
"Sudah dari lama aku mencurigai kucing pemalas ini. Dan benar rupanya, dia itu manusia."
Isaura hanya memeletkan lidahnya ke Lyosha, ia langsung berlindung di belakang Liana kala hendak dihajar Lyosha.
"Lalu...apa aku masih boleh tinggal di sini?" tanya Isaura hati-hati.
"Tidak boleh!" seru Liana.
Semuanya terkejut, kenapa Liana jadi begini? bukannya Liana adalah gadis yang baik hati?
"Ke-kenapa?--"
"Kalau kau tidak mau dielus olehku," ujar Liana sambil tersenyum jahil dan mengelus pucuk kepala Isaura.
"Wah! senangnya sekarang Coil Cottage seramai ini. Dulunya hanya ada Nenek dan Liana. Sekarang sudah ada kalian bertiga di sini," ujar Nenek Louvinna. "Oh iya, beberapa bulan lagi Liana, Lysander, dan Lyosha akan ikut tes untuk masuk sekolah. Apa kau mau ikut juga?" tanya beliau ke Isaura.
"Tentu saja!" seru Isaura girang. "Aku tidak akan menyianyiakan wujud manusiaku ini. Aku ingin bersekolah seperti manusia pada umumnya."
"Lalu apa kau sudah belajar? kucing malas sepertimu kan hanya mengendus ikan dan bermain dengan bola bulu saja," cibir Lyosha.
"Aku belajar kok! aku belajar di malam hari saat kalian semua sudah tertidur," sahut Isaura.
"Wah! bagus sekali Isaura. Dan mulai dari sekarang kau juga harus melatih kekuatan magismu. Keren sekali mengingat kekuatan magismu adalah membuat orang-orang tertidur di dekatmu," ujar Liana.
"Bukan. Kekuatan magisku bukan membuat orang lain tertidur. Tapi adalah mengubah takdir!"
"Hoo...hebat seka--APA?!"
Seisi ruangan minus Isaura terkejut bukan main. Mengubah takdir bukan sesuatu hal yang main-main. Itu adalah kekuatan magis yang hebat.