Chereads / Sepeda Rongsok / Chapter 6 - Janji Pertemuan Malam

Chapter 6 - Janji Pertemuan Malam

Tiba aku dirumahku, ku buka pintu rumah dan menuju ke kamarku, sebelum sampai ke kamar, ku lihat ibuku sedang memasak untuk makan malam.

"Aku pulang, bu" Sapaku sambio melihat ibuku yang sedang memasak, aroma masakan yang sangat harum dan menggoda, membuatku begitu berselera untuk menikmatinya, tak sabar setiap kali ibuku memasakkan masakan untukku.

"Refta cepat kamu mandi dan siap-siap untuk makan malam, hari ini ibu masak menu kesukaanmu" Sambil memasak tanpa menoleh kepadaku, ibu sangat fokus memasak, apalagi ketika masak makanan kesukaanku.

"Baik bu"Sahutku, lalu aku bergegas menuju ke kamarku ku buka pintu kamarku, lalu ku letakkan tasku di pojok kamar, sangat lelah rasaku, ku baringkan badanku ketempat tidurku, sejenak aku mengingat bayangan hari ini bersama dengan Olivia.

Baru saja sebentar aku membayangkan hari bersamanya, tidak lama handphone ku berbunyi, sebuah panggilan, segera ku lihat handphoneku, satu panggilan dari Olivia, aku menelpon kembali, namun tidak ada jawaban, aku berpikir ada apa dia menelponku, apa ada tugas rumah yang harus di selesaikan, tapi seingatku belum ada tugas rumah apapun hari ini.

Ku buat pesan singkat dari social media kepada Olivia, "Hi, apa kamu butuh bantuan?" Sedikit kaku aku membuat pesan, karena aku hampir tidak pernah mengirimkan pesan kepada teman wanita.

Lama aku menunggu balasan, membuatku sedikit khawatir, sambil menunggu aku pergi ke kamar mandi, ku buka pintu kamar mandiku, bak mandi ukuran besar dan terdapat gayung, kamar mandi yang sangat sederhana, segera aku mandi, ku gosok dan ku bersihkan badanku.

Selesai aku mandi ku lihat handphone ku ada satu pesan masuk, pasti dari Olivia pikirku, cepat aku membukanya, sebuah pesan ucapan selamat dari operator tertera di depan layarku, aku letakkan kembali handphone ku.

"Refta cepat kemari, makan hangat lebih enak" Teriak ibuku dari ruang makan, sambil menyiapkan piring dan minuman untuk kami.

Segera aku duduk dan siap menikmati hidangan yang diberikan oleh ibuku, segera aku menyantapnya dengan sangat lahap ku habiskan makananku.

Selesai makan, handphoneku kembali bergetar, kali ini pesan balasan dari Olivia "Maaf ya aku tadi mandi sebentar, malam ini kamu mau menemaniku kepasar malam, aku ingin membeli sesuatu" Lama sekali mandi wanita pikirku, aku bisa menyelesaikan banyak pekerjaan selagi dia mandi.

"Baiklah kita ketemu di pasar malamnya ya" Jawabku kepada Olivia, selesai menjawab aku membantu ibuku merapihkan makanan dan mencuci piring-piring kami.

Aku pun berangkat dengan sepeda rongsokku, ku susuri jalan di sampai pantai yang sangat indah menuju perkotaan, di tengah jalan ku lihat keramaian, tiga orang pria dan satu orang wanita, kulihat pria-pria itu sedang berusaha merampas tas wanita.

"Tolooonggg….." Teriak wanita yang sedang kesusahan menghadapi tiga pria sekaligus, yang berusaha mengambil tas darinya, belum sempat aku sampai ke kerumunan, tiga pria tersebut melepas paksa tali tasnya dengan sebuah pisau, dan langsung segera lari menggunakan motornya, ku hapalkan plat motornya dan segera aku kejar.

Sepedaku sangat lambat pikirku, namun aku sangat hapal daerah yang sedang ku lalui, segera dengan cepat ku kayuh sepeda ku, aku tertinggal cukup jauh dengan motor yang ku kejar, tiga pria dengan satu motor, ku pikir mereka tidak akan jauh.

Setelah lama aku berputar dan mencari akhirnya aku menemukan motor mereka di bawah jembatan, ku letakkan sepeda ku. Segera turun menghampiri mereka.

"Ayo cepat kita bagi tiga hasilnya bos" Kata salah seorang pria di antara mereka, sambil memegang pisau dan ingin merobek tasnya.

"Apa kalian serendah itu untuk mencari uang?"Ucapku mencoba menghentikan tindakan mereka yang sedang senang karena berhasil merampas tas dari seorang wanita yang mereka temui di tengah gelapnya jalan.

"Berani sekali ucapanmu, apa kamu sudah tidak sayang dengan nyawamu"Ancam pria bertubuh besar dan kekar sambil memegang pisau dan mengarahkannya ke arahku, begitu gelap dan sangat sempit gang yang ada di bawah jembatan, sekelilingnya rerumputan dan di sisi lainnya air danau yang sangat besar, tidak akan ada yang mendengar atau tahu kejadian di bawah sini karena suara air yang besar.

Di sekitar danau ini memang sering kali terjadi tindak kejahatan, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, bahkan bunuh diri sering kali terjadi di sekitar sini, karena itulah orang-orang sering menyebutnya jembatan keputus asaan, setiap orang begitu frustasi dan banyak yang menyerah ketika sudah tidak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan, karena itu tingkat kejahatan di sekitar jembatan ini sangat besar, tidak ada sedikitpun pihak berwajib yang mau menangani daerah sekitar sini, sebab daerah sekitar sini merupakan area dari kelompok besar yang sangat di takuti di perbatasan antara desa dan kota.

"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku, sebaiknya cepat serahkan tas curian kalian, dan segera tinggalkan tempat ini, atau laporkan kepada atasan kalian kalau kalian gagal untuk malam ini" Ancam ku sambil menatap tajam kepada mereka, sepertinya tiga pria ini hanya bawahan saja, tidak ada pengalaman bertarung, selama ini mungkin mereka hanya mengancam orang-orang yang lemah saja.

"Ha ha ha ha ha..." Tawa tiga pria secara bersamaan

"Bos berani sekali anak ini kepada kita, dia belum tahu apa-apa tentang kita bos" Sambil tertawa dan memagang pundak pria yang di panggilnya bos.

"Anak muda, anggap saja hari ini keberuntunganmu, pergilah kami sedang berbaik hati kali, anggap saja kami tidak pernah bertemu denganmu, kali ini kami maafkan" Sambil mengelap air mata nya karena tertawa yang berlebihan.

Karena aku mengingat janjiku dengan Olivia, aku memutuskan untuk mengambil tas yang mereka curi, ku langkahkan kakiku menuju ke arah mereka bertiga, seketika itu saat aku semakin mendekat seorang di antara mereka mengarahkan pisaunya ke padaku untuk membuat jarak di antara kami.

"Sudah cukup main-mainnya, pergilah sebelum kami berubah pikiran" Ucap seseorang yang sudah merasa tertekan karena diriku yang tidak takut untuk melangkah ke arah mereka.

"Jika kalian tidak ingin terjadi apa-apa terhadap diri kalian, segera letakkan tasnya dan pergi dari sini, dan jangan pernah menginjakkan kaki kalian lagi di daerah sini" Ancamku kepada tiga pria yang masih berdiri dengan berani dan gagahnya di hadapanku.

"Sudah cukup anak muda, jangan melebihi batasanmu" Gertak seorang pria yang biasa di panggil bos di antara mereka.

Akhirnya salah satu di antara mereka yang memegang pisau dengan cepat berlari dan mengayunkan pisaunya kepadaku, sambil berlari dia mengangkat tangan kanan yang memegang pisau lalu mengayunkannya kepadaku.

Arah mata pisau yang tajam dia arahkan dari atas kepalaku dan di ayunkan kebawah dengan sangat cepat, aku mengelaknya ke arah berlawanan dengan lebih cepat.