Chereads / My promise / Chapter 28 - chapter 27

Chapter 28 - chapter 27

Happy reading,

Sesuai yang mereka rencanakan, pada malam harinya mereka berempat mengadakan pesta barbeque di samping kolam renang hingga larut malam. Suara musik mengalun lembut menambah suasana yang terkesan romantis. Yuki akhirnya memberitahukan siapa dirinya kepada Louise, dan kejadian tadi siang hanyalah candaan yang ingin ia mainkan untuk mengerjai Louise. Sedangkan Louise hanya tersenyum manis sebagai jawabannya.

Mereka pun menikmati beef steak yang sudah dipanggang dan ditemani dua botol anggur merah terbaik yang Kenta bawa tadi siang. Dengan candaan Yuki dan Kenta membuat suasana malam itu semakin hidup, hanya Louise yang tidak diizinkan minum anggur dengan alasan luka- lukanya belum sepenuhnya pulih. Jadi Ritz menggantinya dengan orange juice.

Yuki dan Kenta memilih menginap karena mereka minum cukup banyak hingga mabuk.

" Sudah larut... Kembalilah ke kamar " ungkap Ritz

" Baik " jawab Louise tidak mengelak karena ia merasa mengantuk.

Ritz memutuskan mengantar Louise ke kamarnya, sedangkan Yuki maupun Kenta diantar oleh pelayan ke ruang tamu yang telah dipersiapkan.

" Masuk dan istirahatlah " tandas Ritz sebelum pergi meninggalkan kamar Louise. Louise hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Terkadang Louise ingin mengungkapkan sesuatu kepada Ritz, Ia berharap diizinkan kembali pulang menemui keluarganya walau hanya sebentar saja. Tetapi sejak awal hubungannya dengan Ritz, Ritz selalu menekankan kepadanya bahwa tempatnya disini bersama Ritz.

Louise memilih duduk di dekat jendela kamarnya sambil termenung, ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepada Ritz tetapi ia merindukan keluarganya. Louise tidak tahu harus menangis atau tertawa disaat perasaannya tak menentu. Tidak bisa dipungkiri olehnya, di bawah alam sadarnya masih ada kebencian, dan keinginan balas dendam, namun rasa marah itu semakin hari terkikis oleh semua kelembutan yang Ritz tawarkan.

" Apa yang harus kulakukan daddy??" desahnya dengan lirih.

Ingin membalaskan dendam untuk keluarganya namun, sebagian dirinya tidak rela harus melukai orang yang dicintainya.

***

Akhirnya Louise benar - benar sembuh walau bekas luka itu masih tertinggal di tubuhnya, namun ia tidak terlalu memusingkannya. Ritz selalu memperlakukannya dengan penuh cinta, saat menatap Louise pun Ritz sama sekali tidak menutupi kilatan kelembutan yang terpancar dari matanya. Walau tidak banyak kata - kata yang dapat terucap dari bibir seorang Ritz, tetapi Ritz membuktikannya lewat perbuatannya.

Ada kalanya Yuki datang untuk mengajak Louise berbelanja sepuasnya di tempat langganannya. Atau sekedar bersenang -senang karena ingin menguras kartu hitam yang diberikan Ritz kepada Louise. Kartu yang dapat membeli mall berserta isinya, Ritz sendiri menyiapkan empat orang pengawal kepercayaannya untuk melindungi keselamatan Louise dan Yuki. Hari ini duo wanita cantik tersebut memilih mengunjungi sebuah butik dengan brand ternama.

" Louise, lihatlah gaun itu? Sepertinya sangat cocok untukmu! " seru Yuki dengan antusias saat melihat sebuah gaun yang terpajang di estalase.

" Bagus... Tapi terlalu berbuka. " jawab Louise tidak tertarik,

" Ahh! Sekali - kali kau harus tampil lebih berani di depan Ritz. " ucap Yuki sambil tersenyum.

" Tidak! Gaunku masih banyak yang belum sempat kupakai, kita cari gaun untukmu saja ya " tolak Louise secara halus,

" Benarkah?? Baiklah kita cari yang cocok untukku " tukas Yuki tidak memaksa karena ia tahu Ritz pasti menyiapkan semua gaun untuk Louise dari tangan perancangnya langsung.

Keduanya sangat menikmati waktu kebersamaan mereka dengan riang tanpa gangguan sedikitpun. Mereka tidak perlu repot membawa belanjaan karena semua di barang yang mereka beli akan di antar langsung ke alamat yang mereka inginkan.

" Maaf nona, Tuan Ritz ingin berbicara? " ucap Shogo salah satu pengawal yang di perintahkan Ritz untuk menjaganya, pengawal tersebut menyodorkan handphone berwarna hitam miliknya kepada Louise.

" Ah! Baik! " jawab Louise sambil mengambil handphone tersebut,

" hallo "

" ... "

" Sudah, Kami akan pulang"

" ... "

" Belum "

" ... "

" Baiklah "

Louise menyerahkan kembali handphone tersebut kepada Shogo, lalu berjalan menghampiri Yuki yang sedang menunggunya.

" Ritz menghubungimu? " tanya Yuki memastikan

" Hmm "

" Dasar posesif! Ehh.. Aku tidak bisa ikut kembali bersamamu karena aku baru ingat, aku punya janji dengan seseorang " terang Yuki dengan sangat menyesal.

" Ah! Pergilah... Lihat mereka menjagaku! Jadi kau tidak perlu khawatir. " ucap Louise meyakinkan,

" Hm.. Aku akan menghubungimu secepatnya, Lou. " jawab Yuki

" Ok! "

Setelah Yuki pergi meninggalkannya dengan tergesa - gesa, Louise langsung menuju ke parkiran dimana mobil yang di gunakannya berada. Dengan empat orang pengawal yang mengelilinginya, ia menjadi pusat perhatian dari orang - orang yang berada di sekitarnya. Membuat Louise memilih berjalan secepatnya ke arah mobil karena merasa sedikit tidak nyaman.

" Huft! " desah Louise sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar,

Mobil mewah itu langsung melaju menuju tempat dimana Ritz akan menemuinya, mereka berencana untuk makan siang bersama di restaurant yang telah di persiapkan oleh Ritz. Ketika Louise sampai di restaurant bergaya eropa, dia sedikit ragu - ragu namun manager restaurant itu sendiri yang datang menyapa dan mengantarkannya ke ruangan yang telah di pesan oleh Ritz.

Pada saat Louise memasuki pintu ruangan tersebut, ia terkejut karena Ritz sudah berada di dalam dan sedang menunggunya.

" Kau sudah menunggu lama? " tanya Louise sambil menghampiri Ritz dan memilih duduk di hadapannya,

" Tidak, Aku juga baru sampai. " ucap Ritz sambil menerima buku menu yang diserahkan salah satu pelayan,

" Ada yang kau inginkan? " tanya Ritz sambil meyerahkan buku menu di tangannya kepada Louise.

" Tidak, Kau saja yang pesan! apapun aku tidak pilih - pilih " jawab Louise

Ritz memesan semua hidangan terbaik dan termahal yang ada di restaurant itu, Ia selalu ingin memanjakan Louise.

" Jika masih ingin sesuatu, pesanlah... " tawar Ritz dengan lembut,

" Kurasa itu cukup " jawab Louise sambil tersenyum manis.

" Bagaimana acara belanjamu hari ini? Apakah menyenangkan? " tanya Ritz sambil menatap Louise dengan tatapan mendalam,

" Ya, Sangat menyenangkan! Aku membeli beberapa pasang kemeja untukmu, kuharap kau suka " jelas Louise dengan antusias,

" Untukku? Kenapa tidak membeli beberapa gaun dan perhiasan yang kau suka? " ucap Ritz sambil mengeryitkan dahi.

" Aku tidak tertarik! Kau sudah menyiapkan banyak gaun dan perhiasan di rumah, aku belum sempat memakai semuanya " ungkap Louise

" ... "

Akhirnya hidangan yang Ritz pesan datang, keduanya memutuskan untuk menikmati makanan tersebut. Louise benar - benar menghabiskan semuanya karena ia merasa sayang untuk menyisakan makanan itu, perutnya berasa penuh hingga rasanya ia enggan bergerak.

Melihat Louise enggan bergerak, Ritz tertawa kecil sambil mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Louise. Semua tagihan saat itu sudah diatur untuk langsung masuk ke akun pribadinya, jadi Ritz tidak perlu repot mengurusnya.

" Jika terasa sakit kau harus mengatakannya " ucap Ritz dengan perhatian,

" uhmm "

" Aku akan membantumu " terang Ritz sambil beranjak berdiri dari kursinya,

Ia menghampiri Louis lalu melingkarkan tangannya di sekitar lutut dan ketiak Louise, bermaksud mengendong Louise ala bridal style.

" Ahhh! Bisakah kau turunkan aku?! Aku masih bisa berjalan! " seru Louise panik dan wajahnya mulai memerah. Kedua tangannya meremas kemeja Ritz dengan spontan karena takut terjatuh,

" Hm "

" Please, turunkan aku " bisik Louise memelas,

" Ada syaratnya! "

" Ahh! Kau?! Baiklah.. Apa persyaratannya?" tukas Louise dengan pasrah.

" Cium aku "

" Hah!?! Tapi.. "

" Atau kau memilih aku menggendongmu ke parkiran dan membawamu ke kantorku lalu aku akan kembali menggendongmu di sana. " terang Ritz

" Aish!!! Ritz!!! " teriak Louise dengan kesal.

Louise melingkarkan kedua tangannya ke arah leher Ritz, ia mendongakkan kepalanya keatas lalu dengan cepat Louise mengecup bibir Ritz dengan singkat.

Cup!

Ritz menurunkan tubuh Louise dengan perlahan sehingga Louise dapat berdiri tegak, namun ia tidak membuang kesempatan yang ada. Ritz langsung melingkarkan salah satu tangannya ke pinggang Louise dan menekannya agar Louise tidak dapat melarikan diri.

Tangan kanannya meraih tengkuk Louise, hingga memudahkannya melumat bibir mungil milik Louise. Ritz menghisap dan mengeksplor isi mulut Louise hingga ia puas, Ritz melepaskannya setelah melihat wajah Louise yang memerah seperti akan kehabisan nafas.

" Aku merindukanmu " bisik Ritz di telinga Louise,

Louise yang saat itu masih terengah - engah dan berusaha menghirup oksigen sebanyak - banyaknya, menjadi terperangah.