Happy reading,
Flash back on,
" Ini hasil penyelidikan dari team forensik, Tuan " ucap Julian dengan hormat, sambil menyerahkan sebuah map.
" Letakkan di meja! Tangkap dan bawa dia! " perintah Leo dengan tegas.
" Baik, Tuan!" jawab Julian sambil membungkukkan sedikit badannya ke arah Leo sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.
Leo merasakan sesuatu yang mencurigakan saat tidak sengaja melihat salah satu orang dari team forensik yang telah di pilih olehnya menyembunyikan sesuatu, ketika ia memutuskan untuk kembali memeriksa jasad wanita yang ciri - cirinya mirip dengan Louise. Leo memerintahkan Julian dan anak buahnya untuk mengawasi team tersebut.
Leo juga akhirnya menyadari bahwa jasad itu bukanlah tubuh Louise, ketika Leo memeriksa kembali jasad itu dengan seksama. Ia tidak menemukan tanda lahir yang di miliki Louise pada jasad tersebut walaupun keduanya memiliki golongan darah, tinggi badan, berat badan, warna kulit yang sama. Besar kemungkinan itu hanyalah tubuh pengganti untuk mengelabuhinya.
Pada malam harinya Leo berangkat menuju ke suatu tempat yang telah di persiapkan oleh anak buahnya. Ketika dia sampai di sana, Leo mendengar suara jeritan dari dalam ruangan.
Bugh! Bugh!
" Arghhhh!"
Leo memasuki ruangan tersebut dengan perlahan, pencahayaan di dalam ruangan sangat minim membuat bulu kuduk siapa saja merinding dibuatnya, udara terasa dingin dan lembab, bau anyir darah menyeruak masuk ke dalam penciuman Leo.
" Tuan " sapa anak buahnya dengan hormat,
Leo tidak tertarik untuk menjawab, pandangannya menatap lurus ke arah pria yang saat ini sedang tergantung mengenaskan dengan posisi kebalik.
" Siapa yang mengirimmu?" tanya Leo dengan nada datar namun matanya menatap tajam seolah - olah dapat menghunus orang tersebut.
" Hah!?! Kau pikir aku akan memberitahukanmu!! Jangan harap!!!" jawab pria yang yang tergantung itu,
" Masih punya tenaga rupanya! Tambahkan hukumannya!" sindir Leo sambil menyeringai dengan kejam.
" Baik! "
Seluruh tubuh pria itu dipenuh luka sayatan yang terbuka lebar dengan darah yang mengalir membasahi lantai, kini tubuhnya dililit rantai berduri dalam posisi terbalik. Tidak lama beberapa anak buah Leo masuk ke dalam ruangan itu sambil membawa drum berisi air garam dan diletakkan persis dibawah pria yang tergantung.
" Jatuhkan! " desis Leo sinis
Langsung saja rantai itu diturunkan dengan sekali sentak hingga pria tersebut jatuh ke dalam drum,
" Arrrggggghhh " raungan pria itu terdengar memenuhi ruangan,
Berusaha memberontak agar bisa melepaskan diri namun semuanya sia - sia, rantai duri itu semakin melukai tubuhnya hingga menciptakan luka baru dan air garam itu terasa menyenggat memberikan sensasi perih terbakar di sekujur tubuhnya.
" To... To.. long... Lepp..paskan... Ssayaaa! Ssshh!! " bisik pria itu memohon dengan lirih.
" Katakan! Siapa yang mengirimmu?! " seru Leo mencoba mengulangi perkataannya kembali,
" Ssaya... tidakk... Tahu... siapa orang itu, Mereka tidak menyebutkan nama! Mereka mengacam akan membunuh keluarga saya... Jika sssaya... Tidak menuruti permintaan mereka! Ahh! Tolong lepaskan saya.. " terang pria itu sambil meringis menahan sakit.
" Apa yang mereka inginkan darimu?" tanya Leo dengan wajah suramnya,
" Mmmereka... Ssshhh.. meminta saya... Untuk merubahh... data jasad seseorang " jawab pria itu.
" Data apa? Jasad yang mana?"
" Ahhh! Jasadd... Seorang wanita yang bernama Louise... Ssee... benarnya golongan darah jasad itu berbeda dengan wanita bernama Louise! Ttto... long amm... puni sayaa " pinta pria itu.
" Kau layak mati!! " desis Leo dengan dingin,
" Saya... Mmmohon... Tuan.. Selamatkan keluarga saya dari mereka." seru pria itu dengan frustasi
" Siapa mereka, huh?!!" ledek Leo dengan sinis,
" Mereka... terlihat seperti orang asia... hanya itu yang saya tahu! Tolong... selamatkan keluarga saya Tuan... Anak dan isteri saya tidak bersalah... " ucap pria itu dengan pasrah.
" Temukan keluarganya!! Sebagai gantinya potong kedua kakinya, lalu berikan kepada hiu! " seru Leo tegas kepada Julian.
" Baik! " jawab Julian cepat,
" Terima kasih Tuan " bisik pria itu disela - sela tangisannya.
Leo berjalan meninggalkan ruangan suram itu secepatnya, dia tidak ingin Livia khawatir karena mencari keberadaannya. Setelah kepergian Leo, Julian menugaskan beberapa anak buahnya untuk menjalankan perintah Leo yang memintanya untuk memotong kedua kaki pria menyedihkan tersebut. Lalu ia segera pergi meninggalkan gedung itu agar secepatnya dapat menemukan keluarga dari pria itu.
Flash back off,
***
Dor!
Dor!
Dor!
Suara letusan senjata terdengar bersahutan meluncur bebas ke arah sasaran tembak. Hari ini Leo berserta team pilihannya menjalani sesi latihan menembak, mereka terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok A berisi para sniper yang terlatih secara khusus untuk membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh. Mereka juga bertugas mengintai dan memberikan informasi lapangan.
Adapun kelompok B terdiri dari penembak jarak dekat yang akan mengutamakan pertahanan dan perlindungan dari jarak dekat. Mereka juga harus menguasai beberapa teknik bela diri tingkat tinggi.
" Dia belum datang? " tanya Leo sambil mengeryitkan dahinya,
" Belum, Mungkin masih ada urusan yang harus diselesaikan " jawab Livia sambil mengedikkan bahunya.
" Hm... Teruslah berlatih! " seru Leo dengan nada datar,
Livia kembali ke posisinya untuk terus berlatih menembak. Ia berkonsentrasi pada sasaran bidiknya, Livia berharap ia bisa berdiri sejajar di samping Leo dengan segala kemampuannya. Membantu Leo menyelesaikan setiap misi - misi berbahayanya, bukan malah bersembunyi atau berlindung di bawah sayap Leo. Livia ingin di anggap pantas untuk bersanding bersama Leo dalam segala hal. Satu jam kemudian Davi baru terlihat di tempat tersebut,
" Sorry telat, " ucap Davi sambil mengusap tengkuknya yang tidak terasa gatal.
" Langsung ambil posisi di tempat kosong!" perintah Leo sambil menunjuk ke arah yang di maksud,
" Okay " sahut Davi, langsung melangkah ke tempat tersebut.
Davi mulai berkonsentrasi dalam sesi latihannya, Ia memfokuskan pandangannya pada sasaran bidiknya dalam radius 200 meter.
Dor! Dor! Dor!
Letusan tembakan melesat menuju tepat mengenai targetnya, suara itu berasal dari senjata yang di gunakan oleh Davi,
Prok! Prok!
Suara tepuk tangan terdengar dari arah belakang,
" Tidak buruk! " puji Leo,
" Ini belum seberapa?! Jangan remehkan kemampuanku! " sahut Davi sambil menyeringai,
" Hm... Kuharap kau tidak mengecewakanku!" ungkap Leo.
Setelah seharian penuh mereka latihan menembak, Leo, Livia, Davi berserta team elit memutuskan untuk makan malam bersama di club menembak tersebut. Mereka menghabiskan waktu kebersamaan mereka dengan menikmati makanan yang telah di persiapkan. Sesekali suara canda ria mengisi suasana malam itu.
Berbagai persiapan dilakukan agar tidak terjadi kesalahan, mulai dari latihan yang intens, mereka juga mulai sibuk mempersiapkan paspor dan izin tinggal sementara selama di Jepang. Leo juga menyiapkan mansion - mansion yang dapat mereka tempati sementara waktu tanpa menimbulkan kecurigaan. Kebetulan saat ini ada empat mansion yang akan mereka sewa.
Sementara Uncle Max dipercayakan akan mengurus sisanya di Swiss. Akan ada beberapa organisasi bawah tanah yang akan membantu Leo, dikabarkan mereka adalah organisasi yang terbentuk karena ingin memberontak dari kepemimpinan Ritz. Tentu saja hal itu tidak di sia - siakan oleh Leo.