Chereads / My promise / Chapter 11 - chapter 10

Chapter 11 - chapter 10

Happy reading,

Setelah kejadian tadi siang di taman belakang university, Louisa langsung pergi meninggalkan kampusnya. Dia merasa percuma berada di kelas saat ini, apabila pikirannya sendiri dalam keadaan kacau untuk dapat mengikuti materi pelajaran selanjutnya. Sesampainya di kamar, ia semakin frustasi.

" aaaarrrrrgggghhhh!!!!!! DAMN!!!! " teriak Louise kesal sambil meraih apapun yang berada di dekatnya untuk di banting.

Prang! Prang! Prang!

Dalam sekejap kamarnya seperti kapal pecah, dan pecahan kaca berserakan di lantai kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

Bunyi suara ketukan pintu kamarnya terdengar.

" Nona! Nona! Apakah anda baik - baik saja? Apa yang terjadi, nona?! " suara bibi Olif, pelayan rumah yang terdengar panik dan khawatir dengan keadaan nonanya.

Brukk!!!

" PERGI!!!! " teriak Louis sambil melempar jam beker yang dia raih secara asal dari meja nakas ke arah pintu kamarnya. Setelah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauhi kamarnya.

Louis menjatuhkan dirinya yang lelah diatas kasur size queen miliknya. Mencoba memejamkan matanya berharap rasa kesal dan sedihnya hilang bersamaan.

Namun dirinya tanpa sadar teringat pada sosok pria itu, dan kejadian yang baru saja terjadi terekam jelas dan berulang - ulang melintas di pikirannya.

" siapa kamu?! Berani -beraninya mengusik hidupku! " ungkap Louise dengan lirih.

Tiba - tiba dia terbangun dari kasurnya dan berjalan menghampiri meja riasnya. Perlahan ia membuka laci kedua, lalu mengambil sebuah kotak berwarna merah yang selalu tertutup rapat.

" Nicky.. miss u.. " gumamnya lirih.

Dibukanya kotak tersebut perlahan penuh perasaan, seolah benda yang mudah pecah atau rusak hingga dia begitu hati - hati menyentuhnya. Sebuah gelang perak berinisial " N "

Saat menjelang sore hari...

Setelah mandi dan berpakaian rapi Louise mengambil kunci mobilnya lalu pergi ke suatu tempat, sebelumnya ia sempat berpesan agar bibi Olif membersihkan kamarnya. Setelah sekian lama berpikir dia memutuskan untuk menggunakan kembali gelang pemberian seseorang itu. Seseorang yang berarti dan akan selalu berada diingatannya.

***

Robert House..

Di depan sebuah pintu gerbang sederhana Louisa berdiri, ada setitik kerinduan terselip dalam hatinya. Cukup lama dia menantikan kehadiran orang tersebut, dan berharap orang itu dapat menepati janjinya, namun hanya kekecewaan yang ia dapat sampai saat ini.

5 tahun yang lalu, terakhir kalinya ia menginjakkan kaki di tempat ini, setelah itu ia mulai lelah menunggu seseorang itu datang mencarinya.

Hari ini ia kembali ke sini untuk memastikan  sesuatu dalam dirinya.. Apakah hatinya masih terpaut pada masalalu, ataukah ia mulai memberikan orang lain kesempatan untuk mengisi kekosongan hatinya?

***

Kemudian... Malam harinya..

Dor!

Dor!

Dor!

Suara letusan tembakkan pistol terdengar berdesing membelah keheningan malam. Peluru itu meluncur tepat mengenai sasaran dengan jarak 200 meter.

Saat ingin membidik sasaran di depannya kembali, sepasang tangan mulus nan putih melingkar di pinggang kokohnya, mengusap lembut perlahan ke arah perut kotak - kotak miliknya. Wewangian lembut green tea menyelimuti penciumannya, senyum tipis menghiasi wajahnya yang tampan nan rupawan.

Tanpa menengokkan kepalanya ke arah belakang pun, dia sudah cukup tahu siapa yang mengusik dirinya, tatapan tajamnya kembali fokus membidik sasaran tembak di hadapannya.

Dor!

Dor!

Dor!

Lagi - lagi tepat sasaran,

" good job! " suara lembut nan indah mengalun berasal dari seorang gadis yang masih betah berada di belakang tubuhnya, memeluk erat seolah enggan melepaskan pelukkan itu tanpa ada rasa risih atau canggung sedikit pun .

" baru datang? " tanya pria itu sambil meletakkan pistolnya ke atas meja.

" hm.. " respon gadis itu singkat, sambil menganggukkan kepalanya pelan.

" sendirian? " tanya pria itu lagi sambil menolehkan kepalanya sedikit agar bisa melihat melalui ekor matanya ke arah belakang.

" hm.. Siapa yang kau cari? dia ada di rumah! Jangan harap aku mengajaknya " jawab gadis itu ketus sambil memutarkan kedua bola matanya. Spontan ia melepaskan pelukkan itu sedikit kasar, moodnya langsung memburuk saat itu juga.

" hei.. ada apa my queen? " tanya pria itu tersenyum geli saat melihat gadis di depannya ini menekuk wajahnya. Tidak lupa ia membalikkan badannya hingga berdiri dihadapan gadis tersebut.

" ingatkan aku, kalau aku masih marah pada kalian berdua " celetuk Louis cemberut, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

" benarkah? Sayang sekali kalau begitu.. Kakak rasa kamu hanya cemburu Lou.. " ungkap Leo mengejek berusaha memancing reaksi Louis.

" kakak jangan asal deh! Cemburu dari mananya sih?! Aku kesel sama kalian ngga jujur dari awal " seru Louis jutek.

" jadi kesel sama kakak nih? Trus ngapain kesini? " goda Leo sambil mengacak rambut Louise gemas.

" kangen! Aish! Rambut aku berantakan jadinya.. " pekik Louise kesal. Leo hanya tertawa melihat tingkah Louise yang menggemaskan menurutnya.

Leo menyudahi latihannya, dan mulai membereskan peralatan menembaknya. Lalu ia menyerahkan kepada orang kepercayaannya yang berdiri tidak jauh dari tempat itu.

Saat Leo meninggalkan Louis dan berbicara dengan orang kepercayaannya itu, Louisa langsung berlari ke arah Leo, lalu dengan spontan langsung melompat ke punggung tegap milik Leo.

Dengan refleks yang bagus dari Leo, ia langsung sigap menahan berat badan Louisa di punggungnya agar tidak jatuh.

" miss u my prince " bisik Louis pelan .

" miss u too my princess " jawab Leo sambil tersenyum kecil.

Dengan tetap mempertahankan posisi mengendong tubuh Louis, keduanya langsung berjalan meninggalkan tempat itu menuju parkiran, dan memutuskan untuk mengisi perut mereka di restoran favorit mereka.

***

Sementara itu ditempat lain..

Brakk!!

Suara gebrakkan meja terdengar nyaring. Mr. Dylan memukul meja kerjanya sekuat tenaga, matanya menatap nyalang ke arah putera semata wayangnya. Rahangnya mengetat keras menandakan emosi yang tidak dapat dia dibendung lagi,

" KAU?!!  Berani - beraninya kau menceramahiku!! Anak kecil seperti mu tahu apa?! Hah!!! " teriak mr. Dylan

" sampai kapan kau menyakiti mommy?! Sedikit saja dad, berikan perhatianmu pada mommy, akhir - akhir ini kesehatan mommy menurun, pulangnya dad! Setidaknya itu menunjukkan bahwa kau masih punya hati untuk peduli terhadap seseorang yang begitu mencintaimu sepenuh hati.." ucap Davi tenang tanpa rasa takut sedikit pun, sambil beranjak meninggalkan ruang kerja daddynya tersebut.

Saat berdiri di depan pintu, sebelum keluar ia menghela nafas dan berkata " jangan sampai kau terlambat menyesali saat kehilangannya dad " lalu ia membuka pintu tersebut dan keluar tanpa menoleh lagi.

Mr.Dylan menggertakan gigi saat mendengar perkataan puteranya.

" argh !!!! Shit !!! Brengsek!! " maki mr. Dylan sambil melemparkan vas bunga yang ada di meja kerjanya ke arah pintu ruangan tersebut.

Akhirnya setelah menenangkan dirinya, malam ini Dylan memutuskan kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan isterinya.

Jangan lupa vote sm coment nya yaa.. Maaf apabila typo bertebara dimana - mana