Azriel bukan pria bodoh, dia cekatan di bidang yang digeluti. Aku bisa menilai saat melihat pertama kali, pria itu jauh lebih menarik dibanding Dyo. Hanya saja, mantanku itu sudah menghuni hati sejak lama.
Pengusaha sukses yang secara tidak sengaja menolongku di kala hujan deras mengguyur diri. Ketika itu, aku baru saja kehilangan bayi di perut. Sebab, telah ditinggal begitu saja oleh lelaki yang sangat kucintai.
Pendarahan hebat terjadi ketika aku berusaha menemui Dyo, tetapi dia mendorong hingga benturan keras meniadakan buah cinta kami. Setiap kali mengingat kelakukannya, aku sangat ingin mengoyak muka mantan busukku itu. Kenapa di masa lalu kepercayaanku benar-benar tersedot olehnya?
"Dyo, di perutku ini anakmu, bukan keturunan siluman!" Aku mengatakannya dengan sangat keras malam itu, berharap dia akan mengurungkan niat menikah dengan wanita yang lebih tua dari kami.
Namun, tanpa mau peduli dengan kebersamaan yang kami lalui selama ini, dia benar-benar menjelma siluman. Beruntung janin di perut lenyap, jika tidak maka aku akan mengandung keturunan makhluk paling tak layak dibanggakan. Sebab, Dyo telah menunjukkan sisi aslinya sehingga sudah sepantasnya kami menghentikan sebuah hubungan tidak sehat yang terjalin selama bertahun-tahun.
Bukan berarti Dyo bisa bebas begitu saja, aku masih memendam dendam. Tidak akan kubiarkan dia bahagia di atas apa yang sudah kurasakan. Selama ini, semua yang diinginkan olehnya terpenuhi. Membodohiku sekuat tenaga tanpa mau mengasihani, lalu mendepak saat sudah mendapatkan sosok yang menyediakan segala fasilitas yang ada.
Beruntung takdir membawaku pada jalan pintas yang tepat, menggiring pada sosok yang cukup mengejutkan. Sebab, melalui pria lain inilah, semua dendam yang kumiliki akan tersalurkan dengan tepat. Bukan hanya pada Dyo, tetapi terhadap perempuan tua yang sudah merebut lelaki yang seharusnya menjadi milikku selamanya.
Saat itu, mobil sedan hitam berhenti. Seseorang tak dikenal turun, mengangkat tubuh yang terkulai lemah. Aku yang memang sudah hancur, semakin merasa tak bisa melanjutkan hidup mengingat semua perbuatan Dyo.
Di antara kesadaran yang terkikis, wajah Azriel hanya bisa terlihat dari samping. Pria itu menjadi penolong, seolah Tuhan memuluskan semuanya. Mempertemukan kami melalui sebuah insiden manis yang mengesankan.
Bahkan, dia yang merawatku hingga kembali sehat. Memperlihatkan sikap ksatria seorang pria, bukan menjadi makhluk yang hanya bisa mengambil kesempatan serta memanfaatkan peluang untuk menyesap sari kehidupan perempuan. Kemudian, pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.
Semua yang terjadi di antara aku dan Azriel bukan bagian dari rencana, dia datang dengan cara yang unik. Tak ada yang bisa kutolak darinya, semua kebaikan yang diberikan memang kubutuhkan saat sudah dicampakkan. Jadi, memang seolah langit membuka jalan untuk dendam yang terpasung rapi dalam hati.
Kemudian, pria itu melamar tanpa terduga. Aku bahkan tak menyangka, dia benar-benar menjadi sosok sejati yang menakjubkan. Tidak banyak janji seperti Dyo.
Cukup singkat apa yang menimpa kami, seolah mimpi. Semua berlalu begitu saja, bahkan tanpa kuduga sebelumnya. Sebab, fokusku kala itu hanya pada luka serta kecewa.
Awalnya aku menolak, tetapi ketika diperkenalkan pada ibunya. Ada kejutan luar biasa, ternyata dia adalah anak tiri mantan kekasihku. Bukankah Tuhan memang telah melebarkan jalan untukku?
Tanpa membuang kesempatan, segera kusanggupi niat baik itu. Seperti yang terjadi, kini aku di sini, bersama laki-laki paling terkutuk di dunia. Dyo akan merasakan hal yang sudah membuat duniaku hancur.
Lihat saja apa yang bisa kulakukan padanya, dia terlalu percaya diri untuk bisa hidup bahagia di atas penderitaan orang lain. Namun, langit tak akan merestui. Bahkan, sengaja mengirimku ke sisi lelaki tak tahu diri itu.
'Aku bukan hanya akan membuatmu sengsara, wanita yang kejam itu perlu mendapatkan kejutan terbaik melalui putranya. Kalian semua harus hancur di tanganku.' Begitulah yang menjadi tujuan terbaik dalam diri, enggan menjinak meski perlakuan Azriel jauh berbeda dari Dyo. Namun, dia juga lelaki, jelas tak akan jauh berbeda dari mantan kekasihku.
Ayah tiri suamiku merupakan mantan kekasih yang dengan sadar merusak kehidupan dan merenggut segalanya. Tidak sepantasnya dia hidup dalam damai. Sebab, semua hal manis tidak boleh dirasakan olehnya selagi aku masih hidup.
Aku akan terus menghantui, mengekor ke mana pun Dyo pergi. Bahkan, ke neraka sekalipun. Dia dilarang hidup tenang, harus merasakan apa yang sudah ditinggalkan sebagai jejak kenangan paling buruk di kehidupan seorang Olin.
"Kamu mau pergi?" tanyaku tersadar dengan aroma parfum yang cukup menentramkan, favorit Azriel yang kini terlihat rapi di depan meja rias.
Pria itu mematut diri sambil sekali lagi menyemprotkan pewangi ke bagian perut, gerakan maskulin yang begitu menggoda. Inilah yang kusuka darinya, sangat menarik dengan segala bentuk visual yang ada. Tak malu pada Dyo saat memperoleh lelaki tersebut sebagai suami.
"Bukankah tugasku sudah selesai?" balasnya sedikit membuat tak mengerti, dia sedang mencoba menyampaikan sesuatu. "Kalian sudah tinggal satu atap, silakan lakukan ... balas dendammu pada ayah dari bayi yang kalian bunuh."
Mendadak aura sekitar mencekam, raut lembut itu membeku. Satu tarikan bibir membentuk seringai, laki-laki yang kukira tak tahu apa-apa ... kenapa dia berkata begitu? Apa Azriel mengetahui sesuatu?
Dia berbalik badan, seolah sengaja membiarkan aku dipenuhi tanda tanya dalam tempurung kepala. Apa pria yang kuanggap dungu memiliki bisa berbahaya? Kenapa sampai tak berpikir mengenai apa yang bisa saja tersembunyi salam benaknya?
Azriel memberikan satu tatapan mengerikan, mendekat dengan langkah panjang. Kali ini, aku bisa merasakan aura yang tidak nyaman. Benar-benar sebuah ancaman yang sangat kejam.
"Jad ... k—kamu tahu?" Entah sejak kapan nyali menciut, ia tak menanggapi.
Azriel hanya membungkuk, mencoba sejajar dengan wajah. Sepertinya dia sengaja melakukan banyak hal untuk mengelabuiku, mengecoh agar percaya pada setiap tindakan yang dilakukan. Bahkan, sengaja terlihat bodoh guna meyakinkanku.
Saat ini pasti mukaku pucat pasi, bahkan tangan gemetar tanpa alasan. Sebab, semua rencana yang kususun seolah sia-sia. Apa pria yang kunikahi memiliki metode lain untuk menghancurkanku?
Tiba-tiba Azriel begitu menakutkan, menjelma sebagai lelaki penuh skema busuk. Jelas dia menertawakanku dalam diam, menunggu waktu terbaik untuk menikam. Sekarang, aku benar-benar kehabisan akal untuk mencerna setiap hal yang diperlihatkan.
"Olin Amreta, mantan kekasih Dyo Radiansyah. Laki-laki bejat yang memilih menikah dengan ibuku, kamu pikir aku akan mendekati perempuan miskin tanpa alasan?" tanyanya yang smeakin menjelaskan mengenai tujuan dia datang menuju kehidupanku, ternyata memang berdasarkan perhitungan terbaik.
Wajahku sudah memanas, ada rasa sesak. Ditipu mentah-mentah saat merasa sudah berhasil melakukan banyak hal. Dia bahkan menjelma sebagai sosok paling kejam dalam pandangan mata.
Percuma mengepalkan tangan ketika mata ikut berair, tetapi tertahan di pelupuk. Tidak mau mengalir. Tangan itu menyentuh pipi kiri, menepuk lembut sebelum menarik dagu.
Satu lumatan di bibir, cepat. Namun, diakhiri gigitan cukup kuat, aku hanya diam. Membiarkan dia melakukannya, melukai begitu saja.
Darah terasa di dalam mulut, cukup geming atau semua rencanaku sia-sia. Sebab, saat aku melakukan perlawanan maka upaya yang terencana akan berakhir. Akan lebih baik jika tetap diam.
"Balaslah kekasihmu sesuka hati dan jadilah gundik suamimu. Akan sangat membosankan bermain satu ranjang dengan Anabel, setidaknya kasur di kamar ini masih memiliki satu boneka yang selalu siap dipakai ketika aku butuh kehangatan. Kita impas bukan, Nona Olin?" ujarnya sembari menyebutkan satu nama yang kupikir hanya boneka, apa dia memiliki kelainan fantasi dalam berhubungan badan?
Aku hanya membalas tatapan itu dengan geram, lebih sialan dari Dyo. Apa dia memang sudah merencanakan semua ini? Mengarang pertemuan heroik di jalan dan memasuki duniaku? Jadi, siapa yang sedang membodohi siapa?
***