Ella sudah sampai disebuah toko pakaian khusus dan private bagi para wanita bangsawan di kota itu, Ella sudah berlangganan di sana sejak dulu. Tapi ia tidak jadi turun karena terlihat penuh, tentu saja Pesta Ballroom akan digelar akhir tahun ini mereka akan berdandan secantik-cantiknya juga dengan pakaian dan perhiasan yang terbaik.
Ella memutuskan untuk membuat gaun sendiri, dirumah dia mempunyai Margaretha yang pintar menjahit baju yang tak kalah dengan toko yang tadi hendak di datanginya, ada beberapa gaun yang sudah dibuat olehnya dan semuanya luar biasa.
Ternyata toko kain tidak terlalu penuh, di sini berbagai jenis kain ada. Dari yang termurah sampai yang termahal ada, termasuk aksesoris pendukungnya. Ella memperkirakan berapa meter untuk membuat satu gaun. Setelah melihat-lihat dia tertarik kain sutera warna merah yang sangat mencolok dan juga pilihan kain lainnya sehingga bayangannya tentang gaun yang akan terlihat indah.
Setelah itu ia pun ke beberapa toko lain, semuanya ketika disana Ella menjadi pusat perhatian dari para pengunjung, mereka berbisik dan bergosip tapi tak di perdulikannya. Ella yang sekarang lebih dewasa tidak lagi kekanakan. Di kota tak banyak ia beli karena untuk kebutuhan sehari-hari terutama sayuran dan buah-buahan sudah tersedia di kebun, begitupun susu dan keju, memang ayahnya yang menginginkan begitu jadi tidak usah belanja ke pasar yang harganya mahal, bukan pelit tapi lahan di tempat tinggalnya cukup luas dan sekarang ditambah dengan perkebunan anggur yang konon lahan yang sekarang belumlah cukup untuk membuat minuman anggur. Hasil buah anggur yang nanti panen pun hanya mampu untuk membuat satu tong besar wine.
Tapi lihat dahulu hasil buah anggurnya bagus atau tidak dan sesuai untuk dibuat wine maka dengan terpaksa mungkin seluruh tanah dan lahan akan digunakan untuk perkebunan anggur semua.
-----------
Beberapa bulan kemudian bulir-bulir buah anggur mulai muncul menggantung di sepanjang jalur pohon anggur memang belum matang, mata Ella terbelalak kagum tak percaya rasanya bagai mimpi saja.
"Nona ini sangat luar biasa, buah anggur ini cocok menjadi wine !" ujar Thomas pria berusia 45 tahun yang sudah kenal dan paham seluk beluk anggur dan pembuatan wine.
"Benarkah, oh aku tak percaya ! ayah lihat mimpimu menjadi kenyataan ! terima kasih Thomas ! " Ella tidak dapat menahan kegembiraannya dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu.
"Nona Ella !" ia nampak terkejut tapi akhirnya tersenyum bahagia, juga. Dan bukan hanya Thomas dan Ella tapi semuanya pun sangat gembira sekali dengan apa yang terjadi.
Malamnya Ella mencoba gaun merah buatan Margaretha dan terlihat luar biasa anggun dan berkelas, padahal Ella belum berdandan.
"Margareth ! anu apa tidak apa-apa, belahan dada ini terlalu terbuka ?" tanya Ella melihat kepada belahan dadanya terlihat membuatnya semakin seksi.
"Ayolah nona jangan khawatir ! belahan dada itu untuk memikat para pria disana ! dan percayalah gaun ini bukan murahan, karena nona yang memakainya !" jawab Margareth tersenyum.
"Siapa pula pria yang tertarik kepada putri bangsawan brandalan seperti aku ?" Margaretha hanya tertawa.
"Justru seperti itulah yang membuat lelaki ingin menaklukan anda dengan pesona keanggunan dan kenakalan anda !" jawabnya, keduanya tertawa bersama.
---------
Pesta dansa tahunan Ballroom pun di gelar, semuanya datang menggunakan kereta kuda dan berdandan mewah anggun dan berusaha menarik perhatian terutama kaum lelaki siapapun untuk berdangsa. Bisa jadi ini ajang mencari jodoh bagi gadis-gadis seusia Ella.
Gedung mewah tempat pesta dangsa Ballroom terdapat di pusat kota, di waktu tertentu di gunakan sebagai gedung pertunjukan. Gedung berlantai dua ini sangat megah dengan ukiran patung dan lukisan yang bernilai tinggi.
Ella kini sudah bersiap, rambutnya kini di sanggul agar bisa menggunakan topi kecil yang sangat bergaya dengan bulu berwarna merah mencolok senada gaun yang sedikit ketat di pinggang sampai pinggul. Gaun ini memang berbeda dengan gaun pada umumnya konon ini gaya gaun kaum gipsy jalanan, hanya ini lebih elegan, anggun dan seksi. Semuanya tertegun dan terpesona ketika Lady Ella Anderson menuruni tangga dengan gaya mempesona.
"Wow nona ! anda sangat cantik sekali !" puji semua orang.
"Benarkah ?" ujar Ella dengan gaya menggoda dan mengibaskan kipas dengan warna merah juga.
"Benar nona coba lihat semua lelaki tak berkedip menatap kecantikan anda !" Jawab Margaretha dia terharu rancangan gaunnya sungguh luar biasa ketika dipakai nona mudanya. Untuk menutupi belahan dadanya yang cukup seksi ia menggunakan kalung berlian bertahtakan zambrut merah milik mendiang ibundanya
"Baiklah aku pergi dulu !" Lady Isabella Anderson berpamitan kepada semuanya.
"Hati-hati di jalan nona !" jawab mereka Ella hanya mengangguk.
--------
Ella pun tiba di depan pelataran gedung, seseorang membuka pintu kereta kuda, ia pun turun dari kereta kuda, wajahnya kini tertutup topeng, memang harus seperti itu syaratnya bila sudah mendapat pasangan barulah topeng dibuka, topeng hanya menutupi matanya saja.
Dengan anggun Ella melangkah masuk menaiki tujuh anak tangga di teras gedung dan dia pun masuk, terdengar suara musik klasik dari komponis dunia mozart menggema ke seantero gedung pertunjukan yang telah dirubah menjadi Ballroom dangsa yang luas. Banyak perempuan para bangsawan hilir mudik dengan gaun kebanggaan mereka.
Sudah cukup lama Ella tidak pernah masuk lagi ke gedung ini, dia menarik nafas dan melangkahkan kaki memasuki ruangan, toh dia memakai topeng dan juga kipas untuk menutupi bagian hidung dan mulut.
Tapi rupanya tanpa di sadari Ella, gaun yang di pakainya sangat berbeda dengan yang dipakai oleh semua wanita yang hadir terlihat membosankan dan kaku, walau tentu saja mahal. Apalagi warna merah dan juga seksi mencolok membuat siapa pun terpersona dan menjadi pusat perhatian serta bertanya-tanya siapa dia ? ketika ia memasuki ballroom sudah banyak yang berdansa, memang belum dimulai. pesta dangsa di bagi dua kelompok sisi kiri oleh para gadis pilihan termasuk Ella, sementara di sebelah kanan oleh para pria tampan yang akan mengajak mereka berdangsa.
Di lantai dua diisi oleh para orang tua dari gadis dan pemuda, untuk menilai apakah mereka cocok atau tidak dan akan memberi tanda dengan saputangan atau kipas, bila di setujui tentu saja nantinya akan di perkenalkan kepada orang tua masing-masing.
Bapak walikota memberi kode untuk menghentikan musik dan dangsa pemanasan, dia akan membuka pesta dangsa tahunan golden Ballroom, dimulai dengan acara debut dan akhirnya pesta dangsa itu sendiri. Ella berdiri di antara para gadis, mereka melirik dan berbisik melihat penampilaannya yang termasuk berani. Tapi Ella tidak perduli, ayolah walau gaun 'pasaran' yang mereka pakai tetap saja memperlihatkan belahan payudara hanya memang belahan miliknya sedikit ke bawah. Mereka bertanya-tanya siapa dia, tapi kalau mereka tahu dan jeli ada tato kupu-kupu kecil di punggungnya.
Tato itu ia dapatkan ketika bertemu para kaum gipsy berkunjung ke kota ini untuk mengadakan pertunjukan ketika dia berumur 18 tahun. Tato kupu-kupu dipilih konon menandakan seorang wanita yang bebas.
Bapak Walikota akhirnya membuka pesta dangsa, dengan debutan terlebih dahulu ada 10 pasang debutan perempuan dan laki-laki. mereka akan memilih pasangannya masing-masing.
Bersambung ...