Chereads / PANGERAN UNTUK ELLA / Chapter 1 - ELLA

PANGERAN UNTUK ELLA

pangeran_Biru
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 42.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - ELLA

"Hiya ... !"

suara derap langkah kuda berlari dengan sangat cepat, malam mulai beranjak malam, senyum terlihat dari seorang gadis berambut panjang hitam legam, dari kejauhan ia melihat sebuah bangunan besar terlihat diatas bukit.

Ia pun memacu kuda tegap berwarna hitam agar lebih cepat lagi sampai di rumah, ia tidak ingin ayahnya marah karena lupa pulang akibat bermain terlalu asyik tadi,

"Ayo hitam, kita harus cepat sampai sebelum makan malam tiba !" terdengar ringkikan kuda seperti mengerti perasaan majikannya.

Akhirnya sampai juga keduanya di sebuah rumah berlantai dua sebuah puri kecil dari batu bata kokoh di tengah tanah pertanian yang luas yang jauh dari pemukiman penduduk, semua mengenalnya sebagai tanah milik keluarga Anderson. Bangsawan Samuel Anderson seorang pengusaha kaya. Istrinya Karen sudah lama meninggal ketika Ella putri semata wayangnya berusia 3 tahun, sejak saat itu Samuel tidak menikah lagi dan merawat putrinya seorang diri.

Ella tidak seperti putri bangsawan kebanyakan, yang anggun dan sopan. sangat jauh dia bandel dan tomboy, bahkan berani kepada lelaki sebayanya. Rupanya hal itu tidak lain didikan keras ayahnya. Dia tidak mau putrinya menjadi wanita yang lemah dan ia ingin putri bangsawan yang kuat tidak takut apapun. Orang sekitar mengenal Sir Samuel Anderson yang galak dan tegas kepada semua pekerja dan karyawannya tapi juga baik hati dan perhatian.

Ella membawa si Hitam ke istal kandang kuda, ia turun dan mengusap si hitam kuda kesayangannya. Dan membawa ke kandang milik si hitam.

"Nona !" Ella terkejut dengan sebuah sapaan dia membalik, seorang lelaki bertubuh tegap berkulit hitam.

"Greg, kamu mengagetkanku !"

"Maafkan saya nona Ella, tadi saya lihat nona masuk ke sini !" Greg membuka topinya meminta maaf.

"Sssttt ... kamu jangan kasih tahu ayah ya ?" Ella tersenyum sambil menutup jarinya di bibir.

"Nona ... !"

"Greg tolong urus si hitam ya ? dia lapar dan haus !" Ella pun pergi, sementara Greg yang berusia 40 tahun itu hanya menggeleng kepalanya melihat nona muda putri tuannya itu.

Ella pun menuju ruang dapur, dia tidak mau lewat depan takut ayahnya memarahinya seperti biasa, di dapur sedang terjadi kesibukan untuk menyiapkan makan malam. mereka terkejut ketika melihat nona muda baru datang, mereka hanya menggeleng melihat gadis cantik berusia 20 tahun itu, yang masih bertingkah seperti anak kecil. Sangat jauh dari putri bangsawan yang sebenarnya.

----------

Pintu kamar pun dibuka, Ella masuk. Kamarnya cukup luas dengan nuansa merah jambu di lantai dua, selain lemari pakaian dan tempat tidur, ada juga lemari untuk menyimpan semua boneka miliknya hadiah dari ayahnya bila ke kota atau ketempat lain, hanya beberapa kali ia memainkan itu, sisanya hanya terpajang di lemari.

Ella merasa lega, ia membuka kemeja dan celana panjangnya kini ia hanya mengenakan pakaian dalam saja, pintu kamar diketuk.

"Masuk !" teriak Ella, seorang gadis memakai rok hitam berenda putih datang membawa guci air hangat untuk nona muda.

"Nona, mau mandi sekarang ?" tanyanya sambil menunduk malu.

"Tentu saja, Mary !" Ella membalik tubuhnya dan menatap pelayannya itu.

"Permisi nona, akan saya persiapkan !" Mary menuju kamar mandi dan membuka kran untuk mengisi bathtube untuk nona mudanya mandi.

Tak lama ia keluar dan meihat nonanya mengeluarkan gaun untuk makan malam nanti.

"Nona airnya sudah siap !" Ella melirik ke arah Mery dan mengangguk, dan mengambil gaun berwarna kuning.

"Menurutmu bagus engga gaun ini ?" matanya menatap Mery meminta pendapatnya.

"Bagus nona !" jawab Mery. Ella melihat dirinya di cermin.

"Oke !" dia pun memberikan gaun itu kepada Mery, sementara ia menuju kamar mandi, di bukanya sisa pakaian dan kini telanjang dan masuk ke dalam bathtube. Air hangat dan harum membuatnya rileks.

Dia membasuh seluruh tubuhnya dan juga menggosoknya, membersihkan setiap lekuk tubuhnya yang sintal. Tak lama Mery mengetuk dan masuk membawakan handuk untuknya. setelah itu ia keluar lagi sambil membawa bekas pakaian dalamnya untuk dicuci.

Untuk beberapa saat Ella menikmati mandinya, akhirnya ia bangun dan keluar dari bathtube mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya, setelah itu ia keluar dari kamar mandi, Mery sudah menunggunya.

Ella memakai pakaian dalam yang baru, dan kemudian memakai gaunnya yang di belakangnya menggunakan tali seperti korset. Dan Mery membantunya, sebenarnya ia tidak suka memakai gaun karena tidak cocok dan sedikit sesak dan ribet. dia lebih memilih memakai pakaian pria yang mudah dan simple.

Setelah selesai, Mary mulai menata rambutnya untuk di kepang satu, sementara ia mulai berdandan cantik, walau ini hanya makan malam, begitulah peraturannya harus berpakaian formal, ada etiket di meja makan terutama bagi dirinya seorang perempuan dan juga bangsawan yang membuatnya benci dengan segala peraturan, tata cara bersikap, bertutur dan sampai berjalan semuanya harus memperlihatkan ke anggunan, keluwesan dan yang terpenting tata krama.

"Sudah selesai nona ! saya permisi ! makan malam akan siap sebentar lagi !" Mery pun membungkuk dan pergi, setelah Ella mengangguk.

---------

"Teng !"

"Teng !"

Tanda makan malam sudah siap, Ella kembali menatap dirinya di cermin, alis mata yang tebal, bulu mata lentik, mata dan bibir pink lembut. menurut ayahnya dirinya tidak jauh berbeda dengan ibunya yang telah lama meninggal yang berbeda hanya rambutnya, ibunya berambut pirang sedang ayahnya berambut hitam ikal hanya sekarang sudah memutih sebagian.

Ella pun turun ke bawah, lampu-lampu temaram sudah di nyalakan. di bawah ia menuju ruang makan, ada meja makan dengan 8 tempat duduk, satu kursi di setiap ujungnya. Ayahnya yang bertubuh tegap, berkumis dan berjenggot sudah duduk dengan stelan jas.

"Malam, ayah !" Ella membungkuk sedikit tanda hormat, seorang pelayan lelaki berdiri tidak jauh dia adalah Edward sang kepala pelayan, ia kemudian menarik kursi di sebelah ayahnya untuk Ella, Ia pun duduk dengan tegak dan tangan berada di atas pahanya tidak di meja.

Lelaki itu melirik ke arah putri semata wayangnya, ia menghela nafas. Ia sering mendengar tentang tingkah laku putrinya itu, sepertinya ia sedikit menyesal atas didikan kepada putrinya itu, tapi ia punya alasan kuat.

"Kamu dari mana tadi ?" tanyanya dengan suara berat tapi tegas. Ella tertegun.

"Dari desa ayah !" jawabnya yang sama seperti yang sudah-sudah.

"Kamu tak bikin masalah kan ?" tanyanya lagi, beberapa pelayan mulai datang mulai menyediakan makanan, makan malam sesuai etika di bagi tiga sesi, makanan pembuka yang biasanya sup, makanan utama dan penutup.

"Tentu saja tidak, ayah !" Ella tersenyum, Edward meletakan semangkuk sup di depan masing-masing, Ella dan ayahnya dan juga sepiring kecil roti kering. Edward meletakan sebuah serbet di pangkuan masing-masing agar jika ada sup yang jatuh tidak terkena baju. Mereka pun makan sup tanpa ada suara dan berbicara. makan pun dengan pelan tidak boleh cepat.

Setelah selesai, Edward mengambil mangkuk sup dan piring berisi roti, kini mempersiapkan makanan utama.

"Ayah, punya berita untukmu !" Ella melirik ayahnya, ia tahu apa yang akan di katakannya pasti perjodohan lagi, ini sudah yang kesekian.

"Ayah harap kamu mau mempertimbangkannya kali ini ! karena ini sangat penting bagi kita kedepannya !" lanjut ayahnya kali ini sangat serius.

"Ayah aku ... " Ella tampak ingin menyela.

"Ayah berhutang budi kepada Sir Henry ! kamu tahu kan ? akhir-akhir ini bisnis sedang lesu kalau seperti ini kita bisa bangkrut ! dia menawarkan solusinya untuk menikahkanmu dengan putranya David !" Ella terdiam mendengar penjelasan ayahnya.

Edward kini meletakan piring berisi daging panggang dan kentang tumbuk dan mangkuk dari perak berisi sausnya. Kembali mereka menghentikan obrolannya, semua kembali hening. Ella sudah tahu siapa David, usianya berbeda jauh 25 tahun terkenal suka berjudi dan playboy serta main perempuan. Ada perbedaan antara playboy karena dia sering berkencan dengan wanita bangsawan lain, sementara main perempuan David sering pergi ke klub malam dan bersenang-senang dengan para wanita penghibur, suka foya-foya dan itu sudah bukan rahasia lagi, Ayahnya seorang pengusaha, bangsawan dan pemilik bank satu-satunya di kota tempat tinggal mereka, sehingga mau tidak mau banyak yang meminjam ke sana.

Semua mengenal reputasi tidak baik Sir Henry tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena punya relasi dengan para pejabat. Sepertinya ayahnya sudah jatuh ke jeratannya, Ella tidak sudi di jodohkan dengan dia.

Bersambung ...