'Tataplah bulan jika kau merindu, dan berbicaralah pada bintang jika kau sedang gudah. Ketahuilah mereka akan menyampaikan kabarmu pada dia yang entah dimana' -Anandra Jeno Ardiansyah
.
.
Viona sejak tadi menyalakan dan mematikan ponselnya, bahwasannya dia ingin bertanya pada Jeno perihal surat yang diberikannya tapi bingung bagaimana memulainya. Dia juga ingin membalas sajak yang diberikan Jeno tapi mengingat Nada akan menginap dirumahnya, dia pun berencana menuliskannya nanti setelah Nada tertidur.
"Dah ah nanti aja lah." Gumam Viona lalu meletakkan kembali ponselnya di meja belajar.
Nada keluar kamar mandi memakai handuk milik Viona, karena tadi sepulang dari kampus mereka tidak mampir kosan Nada terlebih dahulu alhasil Viona meminjamkan pakaiannya untuk Nada, kalo pakaian dalam sih mereka tadi mampir mini market terlebih dahulu sekalian beli chiki-chiki buat nonton drakor nanti malem katanya.
"Gimana?" Tanya Nada.
"Apanya?" Tanya balik Viona.
"Udah ngasih kabar ke jeno?"
"Gue bingung mbul huft..."
"Bingung kenapa dah, tinggal chat aja apa susahnya."
"Awalannya gimana,"
"Gini nih kalo belum berpengalaman jadi bar-bar,"
"Dari pada elu gagal move on wlee," Viona kembali menyalakan ponselnya, lalu membuka room chat dengan nama Anandra Jeno.
Viona asik sendiri dengan ponselnya, sesekali tersenyum sampai-sampai Nada yang di sebelahnya kesal sendiri.
"Ekhem ada orang loh ini." Ujar Nada.
"Yang bilang elu kucing siapa." Sahut Viona.
"Lagian fokus amat chat sama jeno, seharusnya tadi gue nggak nyaranin buat chat duluan,"
"Apasih cuma bilang terimakasih doang kali yeee,"
"Terimakasih karena telah memberikan sajak untuk memulai kisah kita," ledek Nada sambil memakan chiki yang dia beli.
"Lebay itu mah elu,"
Malamnya Nada sudah tertidur setelah drama korea selesai, Viona berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil secarik kertas dengan pulpen tinta biru. Kemudian dia mengurungkan menulis dan beralih ke buku yang diberikan Jeno, dia pun membuka beberapa lembar tulisan karya Tulus Widjanarko. Dibaca dan diresapi satu persatu makna yang tertulis dibuku itu dan Viona pun kembali mengambil kertasnya berniat untuk menyertakan sedikit tulisan sajak dari buku itu.
To : Anandra Jeno
Melihat matahari melepas bayangmu
Agar dapat kugariskan jejaknya di atas tetanahan,
Kemarin matahari mengabarkan pesanmu : 'Suratmu sudah kubaca, tangisku tersimpan pada cuaca' -Sajak 6 Juni karya Tulus Widjanarko
Kala itu di pagi hari, kudapati secarik layang berwarna coklat muda
Surat yang kubaca tanpa adanya tangis
Berbeda memang dari kisahnya
Akankah malam mengabarkan berita baik untuk pagi, itu sangatlah dinamis
Seperti pepatah jawa kataku 'cakra manggilingan'
Malam nan pelik kabarkan lagi berita baikmu
29/08/2020
-Karya : Anatasyia Viona Hammid hehe ◉‿◉
Setelah Viona selesai dengan tulisannya, tiba-tiba terdengar dering panggilan telepon dari ponsel Nada.
"Jam segini siapa yang telpon." Viona berjalan mendekati ponsel Nada.
"Kak vernon," gumam Viona.
Viona mengurungkan niatnya untuk mengangkat telpon karena melihat Nada menggeliat dikasurnya.
"Uhh siapa sih malem-malem nelpon," gerutu Nada sambil mengucek matanya.
"Lo belum tidur vi," lanjutnya melihat Viona yang kembali duduk dikursi belajar. Viona hanya menggelengkan kepalanya, lalu Nada beralih ke ponselnya yang sudah tidak berdering lagi.
"Lo masih berhubungan sama kak vernon?" Tanya Viona yang kini beralih ke kasurnya.
"Gue bingung huhu, dari tadi pagi dia spam chat gue tapi nggak gue bales sih."
"Kan dulu udah gue bilang block aja, lu mah gamon terus."
"Bukannya gamon ana, gue cuma pengen denger penjelasan dia doang."
"Ya udah deh terserah, gue ngantuk tidur dulu." Ujar Viona sambil menyelimuti tubuhnya.
Nada masih bergelut dengan pikirannya, sesekali mengusap kasar wajahnya. Mengingat saat terakhir kali berpisah dengan Vernon dibandara dan tak kunjung kembali. Sedangkan kini laki-laki itu kembali menghubunginya setelah enam bulan lamanya tak ada kabar.
"Lama-lama otak gue overload dah." Gumam Nada lalu mematikan ponselnya dan meletakkannya diatas nakas.
.
.
06.30 a.m
Nada tengah bersiap untuk balik ke kosan mengganti pakaiannya untuk kelas siang nanti. Viona dia sudah mandi dan berganti pakaian, dia akan mengantarkan Nada balik ke kosannya. Mereka menuruni anak tangga, di ruang makan sudah ada bunda, Jisung, dan Doyoung yang tengah sarapan.
"Makan dulu nad," ucap Doyoung.
"Nih tante udah siapin nugget ayam sama capcay," ucap bunda Sooyoung.
"Siap tan,"
"Abang nggak ada kelas pagi?" Tanya Viona.
"Nggak ada, kelas sore doang." Jawab Doyoung.
"Bun ahsan udah selesai, berangkat dulu ya." Ucap Jisung lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Ati-ati cil," sahut Viona.
"Hmm....." Jisung pun meninggalkan ruang makan.
"Bun ana ikut ukm taekwondo di kampus sama yangyang," ucap Viona bercerita.
"Tumben nggak ikut mapala," sahut bunda.
"Belum ada pendaftaran bun, kalo udah ada nanti ana juga ikut hehe."
"Anak mager kek yangyang tumben mau ikut ukm," sahut Doyoung.
"Tau tuh ngikutin mulu,"
"Lo nad nggak ikut ukm?" Tanya Doyoung.
"Ikut bem aja yok, banyak poin kemahasiswaan." Lanjutnya.
"Itu si felix katanya daftar bem," sahut Nada.
"Oh iya katanya biar keren," timpal Viona.
"Kayak gue dong," sahut Doyoung menarik turunkan alisnya.
"Jauh jauh sono, jyjyk." Ketus Viona.
"Biadap anda sama abang sendiri." Viona yang kesel karena kepalanya dihimpit ketiak Doyoung, dia pun menggigit tubuh Doyoung. Doyoung yang kesakitan segera melepaskan himpitannya.
"Ihh bauuu, kemaren gue udah keramas yaaaa....." Teriak Viona.
"Bang arsa baru jogging loh kak," ucap bunda sambil menahan tawanya.
"IHHH ABANGGG..." Doyoung segera lari ke kamarnya sebelum mendapat amukan adik perempuannya. Mereka memang selalu jail dan jarang akur, sekalinya akur mereka mah belanja bareng ngabisin atm ayahnya.
"Ahhhhh kenapa sih bunda harus ngelahirin abang yang nyebelin, udah tua nyebelin lagi." Sungut Viona sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Kalo makan jangan ngomong kak nanti keselek," sahut bunda Sooyoung.
"Bun nanti minta uang ya buat beli seragam taekwondo,"
"Minta ayahmu sana,"
"Hmm ya udah deh nanti aku telpon ayah, dah bun kakak mau nganter nada dulu," Viona berdiri dari tempat duduknya lalu mengambil kunci motor yang ada di atas kulkas.
"Makasih ya tan," ucap Nada sambil menyalami tangan bunda Sooyoung.
"Sering-sering nginep biar ana nggak ngurung dikamar sendiri sama laptopnya," sahut bunda.
"Siap tante, nanti nginep bareng suhyun yeri deh,"
"Bagus tuh makin rame."
"Ya udah tan, nada balik kos dulu assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam hati-hati ya."
Nada pun segera menuju ke halaman rumah karena Viona baru saja mengeluarkan motornya dari garasi. Setelah menghantarkan Nada ke kosannya Viona pun pamit, tapi diperjalanan dia berhenti sebentar di mini market. Viona sedang mencari cussons baby cologne karena parfumnya hampir habis. Tiba-tiba ada yang mencolek dari belakang, dia pun terkejut setelah tau orang yang mencoleknya.
"L-loh j-jeno," ujar Viona tergagap, padahal kini posisinya dia sedang jongkok didepan Jeno sambil mendongakkan kepala.
"Hehe sorry kaget ya," ujar Jeno. Viona pun segera berdiri bingung harus merespon apa karena dia teringat surat yang akan dia berikan pada Jeno nanti, yang jelas melalui perantara Jaemin.
"Emm lo mau nyari apa?" Tanya Jeno.
"Obat nyamuk," jawab Viona asal.
"Ohhh...tapi kok lo bawa cusson baby,"
"Ihhh ngeselin, mau beli parfum dong jen kan ini lagi di rak parfum." Sahut Viona kesel.
"Yang jelas dong kalo ngomong hahaha," tawa Jeno.
'Eh ya ampun kok bisa manis gitu ಥ_ಥ' batin Viona.
"E-eh gue balik dulu ya soalnya mau ada kelas," ujar Viona salah tingkah.
"Oh oke hati-hati." Ujar Jeno yang masih berdiri di depan rak parfum. Viona pun segera ke kasir sebelum Jeno teringat dengan chatnya tadi malam.
Sesampainya dikamar, Viona mengambil kembali surat yang dia tulis tadi malam.
"Duh kenapa pake ketemu segala sih, jadi ngasih nggak ya jadi, nggak jadi, jadi, nggak jadi, kalo jadi nanti jadi freak gimana, duh gimana nih." Ucap Viona bermonolog.
Akhirnya surat itu urung Viona berikan pada Jaemin dan tetap berada di tasnya, walaupun dia ingin sekali memberikannya pada Jeno tapi lebih baik disimpan terlebih dahulu. Viona hanya ingin melihat lebih jauh lagi laki-laki itu, sebelum dia yakin bahwa laki-laki yang bernama Anandra Jeno pada id-nya itu adalah orang yang baik dan bisa dia percaya layaknya sahabatnya yang lain.
=====
Malam ini sungguh pelik tanpa bintang karena langit mendung, ditemani rintik hujan dan lantunan lagu yang menyayat hati. Viona terlelap diatas meja belajarnya dengan kertas putih yang berisi balasan suratnya untuk seorang laki yang dia temui tadi pagi.