Chereads / Triangle! ( Trio Cynical Women) / Chapter 9 - Rimba's BirthDay

Chapter 9 - Rimba's BirthDay

STELLA!

Tangerang, sabtu Tujuh april--Balik ke cerita aku, Stella. Aku yang masih terus terjebak dalam kamar--sibuk membolak-balik tubuhku yang bergeliat diatas kasur--sungguh membosankan!

Aku bingung harus ngapain? Bokap pun gak ada tanda buat nyelamatin aku!

Hingga beberapa Menit kemudian! Terdengar Suara ketukan pintu kamarku. Aku Mengernyitkan dahi--menggigit kuat bibir bawahku--diam--enggan menjawab!

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukannya semakin keras dan berulang beberapa kali--diiringi suara Mrs Tania memanggil namaku!

Aku tetap tidak menjawab!

Biarkan saja Mrs Tania menganggap kalo kalo aku sedang tidur. Sebab aku akan sangat risih, jika harus diajak untuk ikut bergabung di Pesta Rimba!

Glek!

Suara pintu kamarku terdengar terbuka, membuat ku reflek mengangkat tubuh, menyenderkan kepala ke sandaran tempat tidur.

Aku menatap flat ke dalam mata wanita anggun yang baru saja hadir di dalam kamar ku. Mrs. Tania melangkah menghampiriku.

Mrs Tania mengembangkan senyum hangat "Are you ok ?" tanyanya padaku.

Aku bangkit dari tempat tidur--berdiri sejajar dengan beliau sekarang di tepi Queen size milikku. "Im ok." Jawabku dengan senyum kupaksakan.

"Gak mau gabung ? Rimba lagi buat party."

Aku tahu pasti, itu maksud kedatangan Mrs Tania dikamarku saat ini.

Aku menggeleng ragu "Nggak kayaknya Miss.." ucapku mencoba menolak.

Mrs. Tania menatapku lekat lalu tersenyum "Why honey?" tanyanya.

Aku menghela napas pendek sebelum akhirnya kembali duduk ditepian ranjang "gak kenal mereka semua."

"Lagian, Rimba pasti gak akan setuju!" aku tertunduk ketika mengatakan itu.

Mrs Tania tertawa kecil, tawanya memang selalu ringan, jika kalian ingin tahu, bayangkan saja saat melihat Ibu-Ibu Pejabat Negeri sedang tertawa. Yah begitulah tawanya. ELEGAN!

"Nah. Kan nanti dikenalin." Balas Mrs Tania sembari mengelus pelan bahuku.

Mrs. Tania gak tau bagaimana Rimba memperlakukanku selama ini, bahkan di depan teman-temanku dia tidak pernah menghargaiku, jadi bagaimana mungkin dia akan mengenalkan ku pada teman-temannya .

Bukan mengenalkan kami, sebaliknya, mungkin dia hanya akan mempermalukan aku!

"Mau yah?" ucap Mrs Tania lagi, membuatku tersadar dari lamunan singkatku.

Aku mengernyit "Miss.. " aku menyebut namanya pelan dan menatap matanya begitu lekat.

Mrs Tania beralih duduk disebelahku membalas tatapanku dengan tatapan lebih bersahabat "Yeah honey. ?" jawabnya.

Dan untuk kesekian kalinya, Mrs Tania menjawabku hangat seolah mengerti.

Padahal sikapku sejak awal selalu ketus padanya!

"Rimba gak bakal nyaman. Icha paham itu." ucapku lalu menundukkan kepala, menatap lamat-lamat lantai marmer dikamarku.

Mrs Tania bangkit, berdiri dihadapanku "There's No, Like that! Ayok ikut kebawah." ucapnya lalu menarik lenganku mengikutinya, dan aku terpaksa menurut karna takut untuk terus membuatnya kecewa.

****

Aku sekarang berada ditengah kegaduhan pesta Rimba!

Mrs. Tania masih setia berada disisi kananku.

"Rimba. Come here !" ucapnya membuka suara dan memanggil Rimbà. Rimba yang melihat lambaian tangan ibunya segera mempercepat langkah dan mendekati kami. "Why mom.? " tanyanya ketika sudah berhadapan dengan kami.

"Tolong ajak Icha. Dia butuh enjoy. Biarkan dia berbaur. " pinta Mrs Tania pada Rimba.

Aku hanya menelan ludah menatap keduanya!

Rimba melirik tajam padaku. Aku tahu persis apa yang ada dalam benaknya saat itu. Yah apalagi kalo bukan caci maki dan sumpah serapah buat ku.

Dengan halis terangkat Rimba mengangguk pelan "Ok mam. " jawabnya.

"Dusta!" gumamku meliriknya sekilas lalu memutar malas mataku.

Aku tahu itu terpaksa! Mrs Tania menatapku tersenyum "See. Dia anak yang baik. Jangan takut!" ucapnya lalu kembali menatap Rimba dan menepuk bahu Rimba.

Rimba tersenyum kecut!

Aku berterimakasih pada Mrs. Tania sebelum akhirnya Beliau undur diri, mempersilahkan aku ikut Rimba---Mrs Tania pun berlalu meninggalkan kami berdua.

****

Rimba bersedekap, menatapku tajam "Lo mau apa? " tanyanya padaku setelah Mrs. Tania benar-benar sudah tak terlihat lagi.

Aku mengangkat sedikit daguku, menantangnya dengan tatapan yang lebih tajam "Gue gak mau apapun! Gue gak minta yah buat gabung." Ucapku ketus. Dan ingin sekali rasanya aku menyumpali mulutnya dengan Ponselku. Biar dia gak berkata yang lebih menyebalkan dari pertanyaannya, aku mau apa?

Menurutnya, memang aku mau apa? aku bahkan tidak meminta sepotong kue pun darinya!

jadi untuk apa dia bertanya?? sudah jelas aku kesini karena paksaan dari Ibunya!

"Aku juga ogah berada disini, untuk apa?" ucapku ketus lalu membuang muka.

Mendengar dan melihat sikapku, membuat Rimba semakin geram. Lalu dia dengan sengaja menarik keras lenganku, mencengkramnya "Hey.. sakit Rimba !!!" aku mencoba meloloskan diri dari cengkramannya.

"Lo jangan macem-macem---Ingat ini bukan rumah lo !!!!"

Aku tersenyum miring, mendengar perkataan Rimba yang sangat kekanakkan.

"Cuih childish!"

Mendengar ucapanku, Rimba kesal ditambah lagi dengan ekspresi wajahku saat itu, Ia semakin keras mencengkram lenganku.

Aku memekik "Kenapa sih kalian para cowok seneng banget nyakitin lengan gue. Aneh !!!" Teriakku marah.

Rimba menatapku terbelalak, kaget oleh teriakkan ku. Aku pun reflek menggigit bibir bawahku. gak sadar mengeluarkan statement seperti itu---teringat oleh tindakan sama yang juga dilakukan Galih waktu malam itu dirumahku---menarik kasar lenganku.

Aku mendesis! "lepasin gak!"

Rimba membuang kasar lenganku, Ia menyeringai "Oh banyak yah cowok yang kek gitu? Siapa lagi huh.?"

Matanya menatapku lekat, lengkap dengan senyum sok gantengnya!

Ingin sekali rasanya aku meludahi wajah sok gantengnya, hanya saja aku terlalu takut untuk lakukan itu dirumahnya, dan dipesta ulangtahunnya, gak lucu kan kalo dia mendapat hadiah ulangtahun dariku seutas jigong.

"Not your business!!!! " ucapku melototinya, Ia tersenyum kecut.

Aku semakin sebal dengannya. Tak ingin berlama-lama berdiri berdua, aku memutuskan meninggalkannya---mencari tempat duduk yang mungkin lebih nyaman daripada ikut gabung ke pestanya.

"Gak jadi gabung?" teriaknya saat aku melenggang menjauhinya.

Aku memakinya dalam diam, tidak ingin berbalik dan terus melangkah menjauhinya.

****

Aku duduk termangu, disudut taman Rumah Mrs Tania, sembari menatap kerlap-kerlip suasana pesta Rimba.

Tanganku menggenggam erat ponsel yang samasekali tak berguna malam ini.

Aku duduk dengan tatapan tertuju jauh ditengah halaman rumah.

Aku melihat Rimba dengan jelas meskipun dari kejauhan. Dia sedang asyik bergurau dengan teman gang motornya.

"Benar-benar anak jalanan." gumamku.

Tiba-tiba mataku memicing, memerhatikan gadis yang melangkah gontai mendekati Rimba. Dengan balutan gaun hitam yang ia kenakan. Membuatnya terlihat anggun. Diciuminya kedua belah pipi Rimba. Lalu menyodorkan satu kotak kecil hadiah untuk Rimba.

"Ahh itulah orang yang akan menerima first cake dari Rimba." ucapku.

****

Afew moment laters!

Lima!

Empat!

Tiga!

Dua!

Dorrrr!

Suara Mc terdengar keras disertai ledakan petasan---kembang api yang semarak bertaburan di atas awan---Tanda waktu pergantian tanggal. Yah usia Rimba menjadi 21 sekarang. Nyanyian selamat ulangtahun by kaka slank, tiup lilin + make quest dan pemberian First cake juga berlangsung disana.

Sementara aku yang masih duduk sendiri di salah satu kursi taman tiba-tiba terhentak oleh bunyi ponselku yang berdering. "Hape gue. Ahh video call dari Niken. Finally." Gumamku sembari men slide tombol jawab diponselku.

Aku memasang tampang sebal "Hallo .." sapaku.

"Iya hallo Stell.. sorry sorry. Gue baru on." Jawab Niken saat melihat wajahku, Ia langsung bisa menebak aku sedang marah.

"Iya. I need you all. " jawabku akhirnya.

Niken terkikik "Sorry sweety. Hape gue low jalan ke bandung gue molor."

"Idih Kang Molor. "

"Lo lagi dimana sih kerlap kerlip gitu. Diluar.?"

"Iya nih. Outdor Party si Rimba. "

"Oh si GILA."

"Lo sendiri dimana, Rame gitu. Kek Makmak kondangan."

"Njir gue cantik gini udah lo nyelah gue."

"Haha kidding bego. Beauty perfect."

"Beauty of the day. " ucapku bersamaan dengan Niken---kami berdua teringat mendadak sama our bestfriend si Luluisa.

Hening beberapa saat!

"Eh gue mau cerita Stell..." ucap Niken membuka suara pertama setelah keheningan beberapa saat lalu.

"Apaan bego. Nanti aja. "

"Urgen ini mah."

"Nantilah. Gue juga pengen cerita more than urgen !!! Eh eh bdw lu balikan sama Gabriel yah ?"

"Eh Who.? Gabriel .hadehh Ogah."

"Nah Loh. Enggak ??"

"Emang enggak Tolol."

"Be Smart be prof Nikenn Anjani...."

"Iye iyek giliran gue dibego begoin. Hooh.."

"Cie ngambek. Udah ah. Beneran Muka Loh tuh kesem sem bego.. kek udang."

"Masasih. Sejelas itu ??"

"Hooh. Sapa sih dia??" telisik Stella penasaran.

"Itulah gue mau cerita. Important verry verry."

"Yaudahsih, see you tomorow in the clashroom. UAS kita. Siapin nyali bego !!!"

"You know lah siapa penyelamat gue sama Lulu."

"Yaelahh gak gratis. "

"Idih sejak Kapan Anak Mr. Killey Jadi Matrealistis?"

"Bukan duit ih. Seomething. Ok"

"Ok dah. Shiapp. See you when i see you.."

Tu t tut tut tut

Sambungan telepon kami pun terputus.