STELLA!
Senin. 09 April.
Pukul 08. 20 WIB.
Aku sudah berada di Jakarta dan mengikuti UAS sesuai jadwal.
Tadi aku diantar balik ke Jaķarta sama Rimba. Terpaksa sih karena papah belum balik dari Ausy dan gak mungkin kan kalau aku balik bareng taxi! entar malah aku dibawa kabur sama kang sopirnya!
Bukan mikir macem-macem tentang sopirnya hanya saja untuk menghindari kemungkinan itu, gak salah, kan untuk was-was lebih dulu??
Perjalanan Tangerang-Jakarta lumayan melelahkan. Terus gimana, kalau-kalau aku ketiduran sepanjang perjalanan?
Duh!
Bisa bahaya, kan?
Karena hari ini jadwal UAS, makanya dari Tangerang, aku minta ke Rimba untuk langsung ke sekolah aja.
Waktu aku minta ke Rimba, Rimba hanya mengangguk setuju, tanpa komen apa-apa.
Entahlah!
Mungkin karena dia tahu aku ada UAS!
Rimba menurunkan aku didepan gerbang kelas, lalu pamit katanya nungguin aku di parkiran sekolah saja.
Ya sudah, aku sih setuju-setuju aja. Ribet mau debat lagi, bisa-bisa aku telat ikut UAS!
Barang bawaan ku pun semuanya masih dimobil Rimba, jadi tentu dia nungguin aku sampe pulang, yah kecuali emang dia mau ke rumah nganterin barang.
Yah Itu sih lebih bagus!
Kan jadinya, aku bisa pulang bareng Niken dan Luisa, gak perlu berdua-dua an dengannya lebih lama!
***
Setelah empat jam untuk dua mata pelajaran UAS akhirnya selesai. Aku keluar menuju parkiran sekolah hendak menemui Rimba.
Aku tahu pasti, Rimba bakal dongkol menunggu dalam mobil selama empat jam!
Aku juga tadi langsung pamit ke Niken dan Luisa, kalo aku harus nemuin Rimba dulu di parkiran.
Mereka setuju aja, walopun saling sikut-menyikut. Yah, apalagi kalau bukan kekepoan memenuhi kepala mereka, tentang kenapa aku bawa Rimba sampe sekolah.
Padahal aku kan, gak bawah Rimba. Kebetulan aja aku dari Tangerang, dan mau gak mau harus langsung ke sekolah daripada telat.
Perkara dia nungguin sampai jam pulang, yah itu urusan dia. Siapa suruh dianya mau? kalo gak setuju, kan tadi aku bisa bilang dia langsung balik aja, Gak perlu nungguin aku sampe pulang sekolah.
Tapi lagi dan lagi, yasudahlah. Udah kejadian juga!
***
Aku ketuk kaca mobil beberapa kali, ingin membangunkan Rimba yang lagi asyik molor.
Aku kesal sih, beberapakali ngetuk dianya masih keenakan tidur.
"Dasar kebo!' gumamku.
Aku coba lagi ketuk lebih keras---kerasnya kebangetan sampai-sampai kaca mobilnya hampir pecah. Eh tapi alhasil aku lihat Rimba mulai membuka matanya, mungkin mulai keganggu dengan ketukan kaca yang ku timbulkan.
Aku tertawa puas, melihatnya mendengus, pasti dia kesal karena terganggu tidurnya. Tapi bodoamat pikirku..
Dia mengernyitkan kening, saat melihatku menatapnya dari balik kaca mobil "Udah ?" tanyanya saat memastikan aku dibalik kaca mobilnya.
Aku mengangguk dua kali sembari berucap "Yah" meski tanpa suara. Aku tahu Rimba juga gak bakal denger sekalipun aku berteriak. Kaca mobilnya begitu tebal, seperti lapisan baja bertonton. Mungkin anti peluru? entahlah, nanti aku tanyakan kalau ada waktu.
Rimba menurunkan kaca mobil dikursi penumpang "Yaudah masuk, aku langsung anterin pulang!" pintahnya.
"Tunggu bentar, Niken sama Lulu mau ikut." ucapku pelan. Aku menelan ludah, gugup saat mengatakan itu.
"Yaudah cepetan panggil."
Dan saat Rimba mengatakan itu, aku sedikit tercengang karena biasanya Rimba akan lebih dulu mengomel sebelum mengiyakan--kali ini begitu cepat ia setuju, tanpa tanya satu-dua pun--padahal kalo dipikir empat jam menunggu dimobil pasti sangat membosankan.
Kini aku berpikir kalo ada yang aneh dengan Rimba hari ini.
'Dari pagi dia cuman diam selama perjalanan dari Tangerang-Jakarta. Dia juga gak marah-marah atau ngebacot apapun, gue lama kluar kelas pun juga sama. Ehh tambah sekarang gue minta dia nunggu lagi. Dan yang bikin seram dia mengiyakan tanpa komentar apapun. Benar-benar ada yang gak beres menurutku.' batinku sembari menatap lekat Rimba.
"Udah sana buruan, malah bengong" tegur Rimba padaku yang terlihat melamun dan enggan berpindah.
"Ohh iya tunggu" balasku cepat dan bergegas meninggalkannya menuju kelas hendak mencari lulu dan Niken.
Aku bertemu Niken dan Lulu depan kelas, mereka sudah siap dengan ransel di punggung untuk pulang bareng.
Saat berada diparkiran kami langsung bergegas masuk ke mobil. Karena aku udah sempet cerita sedikit tentang keanehan Rimba pagi ini ke Niken dan Lulu saat tadi didepan kelas. Mereka jadi gak banyak bacot selama perjalanan ke rumah.
Sedikit tegang dan risih sebenarnya dalam mobil tapi ini demi ketidak tahuan yang bisa saja terjadi. Dan kami menghindari itu.
***
Kurang lebih dua jam diperjalan, kini mobil Rimba sudah memasuki pekarangan rumah. Saat mobil terparkir tepat depan pintu utama, Niken dan lulu sigap keluar dari mobil langsung menerobos masuk kedalam rumah. Sementara aku dibiarkan membantu Rimba membawa koper.
"Gue boleh masuk?" tanya Rimba saat kami sudah berada diteras.
"Boleh." jawabku singkat. Sedikit jawaban aku pikir cukup, karena merasa gak pantes lama-lama dengannya.
"Udah tunggu sini!"kataku saat kami berada di ruang tamu dan Rimba menjawabku dengan anggukan. Lalu ia duduk disalah satu sofa. Sementara aku melenggang kedalam hendak menyusul Niken dan Lulu--meninggalkan Rimba diruang tamu.
***
"Gimana, dia udah balik?" tanya Niken padaku saat melihatku menghampiri mereka di bartender.
"Belom tuh. Ada di depan." jawabku sembari menarik satu kursi bartender untuk kududuki.
"Whats wrong?" tanya Lulu penasaran.
"Udah biarin aja, yuk ke kamar." ajakku pada mereka.
"Gak bisa lama-lama Stell." ujar Niken "Musti balik kita. Iya, kan Lu??" lanjutnya memberi kode pada Lulu--Lulu ikut mengangguk mengiyakan.
Aku mengernyit, "Heh kenapa.?" tanyaku serius.
"Itu ada tugas tambahan, kan kita remedial semester kemarin." terang Niken menjelaskan yang aku tahu sebenarnya itu hanya alasan semata untuk menghindari Rimba.
"Gue ikut aja, gimana?" pintaku.
"Gila. Ada rimba noh." Lulu memonyongkan bibirnya menunjuk arah ruang tamu dimana Rimba berada.
Aku mengidikkan bahu, "Biarin aja--bodoamat sih, nanti juga dia pulang" jawabku ketus sembari membuka satu kaleng coca-cola lalu kuminum sampai habis.
"Jangan gitu ih, dia udah baik loh hari ini." ujar Niken lagi. Dan untuk itu aku mendengus. Bagaimana bisa Niken mengatakan kalau Rimba hari ini baik, hanya karena diamnya yang menakutkan itu.
Aku melihat Niken dan Lulu saling lirik dan buat ku sebel "Emang gue pikirin." ucapku ketus sembari mengambil kaleng kedua dan hendak menghabiskan-nya lagi.
Namun, Lulu secepat kilat merampasnya dari tanganku "Ihh jangan banyak-banyak ntar lo kena usus buntu lagi tau rasa!" protesnya yang kemudian memasukkan kalengnya kedalam tong sampah.
"Belom juga habis Luy" keluhku memasang wajah sok imut.
"Ah-gada yahh cola mulu--Nohh jus avocado dari uncle hondsome lo minum" bentak Lulu kemudian ia beranjak dari kursi dan berdiri disamping ku.
"Ok siap bawel" balasku lalu beralih ke minuman avocado yang baru saja Niken ambil untukku dari kulkas.
"Udah kita duluan nanti lu nyusul. Ok!" ujar Niken yang ikut beranjak dari kursi bartender dan berdiri sejajar Lulu.
"Yadeh. Go away." ujarku malas dan fokus pada gelas avocado ditanganku.