Chereads / Triangle! ( Trio Cynical Women) / Chapter 18 - Tuan Kill dan gadis belia

Chapter 18 - Tuan Kill dan gadis belia

Seperti janji-nya, Tuan Killey hari ini mengunjungi Stella di Jakarta.

Dari Tangerang, Tuan Killey langsung mengemudikan mobilnya menuju kediaman lamanya di Jakarta (rumah yang dahulu di tempati bersama mantan istri, dan yang akan di wariskan kepada anak semata wayangnya, Stella!)

Tuan Killey menggunakan mobil Pajero kesayangan-nya, dan entah kenapa, Tuan killey hari ini tidak menggunakan jasa sopir, melainkan mengemudikan mobilnya sendiri.

Ditengah perjalanan, Tuan Killey yang sedang fokus menyetir dengan kecepatan 100 km/jam tiba-tiba menginjak pedal rem mendadak.

Ketika menggunakan mobil sporty. Like pajero or other sports cars, pasti kalian tahu, kan bagaimana asyiknya mengendarainya dengan kecepatan tinggi? yah silahkan caritahu sendiri jika kalian penasaran, kalau aku sih sudah pernah merasakan berada dikursi penumpang, yah cuma dikursi penumpang, bukan dikursi Sopir atau bukan aku yang menyetir. Melainkan aku hanya sekedar menikmati. Namun, yang jelas dengan mobil Pajero saat perjalanan jauh akan semakin menyenangkan ketika dilajukan dengan kecepatan tinggi. Percaya dehh! (pengalaman Author)

Dengan syok, Tuan Killey ikut menarik rem tangan mobil, lalu mendongak menatap lurus ke depan kaca mobil--hendak melihat mobil yang sudah begitu kurangajar menyelip mobilnya namun mendadak berhenti begitu saja.

"Sungguh tidak tahu diri si pengemudi mobil tsb!" Tuan Killey mengumpat kesal.

Ketika itu, Tuan Killey mendapati sebuah mobil sedan berwarna biru gelap, tepat di depan mobilnya yang mungkin hanya berjarak sekitar satu meter.

Tuan Killey menggeleng-gelengkan kepala sembari memencet penuh emosi klakson mobil. Benar-benar saat itu, Tuan Killey tersulut emosi. Emosinya meletup-letup, hingga memutuskan mematikan mesin mobil--keluar.

Tuan Killey melangkah pasti, dengan tangan terkepal kuat, menampilkan urat-urat biru pada punggung tangan kekar putih miliknya (maklum Tuan killey blasteran Indo-Germany).

Tuan Kill sudah berada disisi kanan mobil--berdiri tepat disisi kaca mobil pengemudi. Tuan Killey menaruh heran pada si pengemudi. Ketika itu, dipikirannya, kenapa sejak tadi si pengemudi tidak melakukan apa pun, sekedar keluar memastikan keadaan mobilnya apakah tertabrak? atau kalo memang ia takut si pengemudi itu bisa saja langsung melajukan mobilnya, dalam artian melarikan diri karena takut. Namun, yang terjadi ketika itu benar-benar membuat Tuan Killey bingung setengah mati.

Bahkan saat Tuan Killey sudah berada disisi mobil sekali pun, si pengemudi tak memberi respon.

'Apa yang sedang terjadi???' Tuan Killey bertanya-tanya dalam benak-nya. Sebab, ia juga tak bisa memastikan apa yang terjadi didalam mobil karena kaca mobil itu dipasang riben full.

Maka dengan rasa penasaran yang memuncak, Tuan Kill coba mengetuk kaca pintu mobil.

Sekali tak ada respon, lalu Tuan Killey mencobanya lagi-lagi dan lagi. Hingga beberapa kali. Namun masih sama tak ada respon.

Tuan Killey yang sedaritadi emosi, kini berubah menjadi cemas.

Ia mulai mencari-cari keberadaan orang lain di sekitarnya. Posisi-nya saat itu sedang berada di daerah perbatasan yang memang saat waktu seperti sekarang teramat sunyi.

Tuan Killey mulai kebingungan, ia tidak mungkin memaksakan diri membobol pintu mobil. Lagi pula ia juga belom tahu pasti apa yang terjadi dengan si pengemudi.

Lagi dalam benak Tuan Killey pun sedikit ada rasa was-was, takut kalo ternyata didalam ada sekelompok orang-orang jahat. Terlebih melihat situasi sekeliling-nya, sangat jauh dari keramaian.

Maka dengan ragu, ia kembali ke mobil.. duduk dikursi sopir--menutup pintu mobil dan menguncinya.

Tuan Killey, menunggu dengan perasaan campur aduk, ada rasa khawatir, takut kalau telah terjadi sesuatu yang membahayakan pada pengemudi dan disisi lain juga ada rasa was-was, takut jika diri-nya terjebak permainan orang jahat.

Terpaksa demi menghindari kemungkinan terburuk, Tuan Kill memilih menunggu di dalam mobil, hingga ada pertolongan atau sampai situasi sedikit lebih jelas.

Tuan Kill pun tak bisa menggunakan ponselnya untuk menghubungi siapa pun, sebab ponsel miliknya sejak tadi Low.

***

Beberapa menit kemudian!

Tuan Killey yang sedari tadi terus stand by memantau mobil sedan biru di hadapan mobil-nya, mendadak menajamkan penglihatan-nya yang mulai kelelahan.

Perlahan pintu mobil sedan itu terbuka, lalu keluar sosok gadis dari mobil itu. Tuan Kill melotot ketika yang keluar adalah seseorang yang ia kenal.

Buru-buru Tuan Kill ikut beranjak dari mobil, berjalan menghampiri gadis yang baru saja keluar itu.

"Luisa?" sapa Tuan Kill seraya menyentuh pundak Luisa dari belakang (gadis yang tadi keluar dari mobil ternyata adalah Luisa, yang tidak lain adalah sahabat putri kesayangan-nya, Stella!)

Luisa terperanjat, kaget oleh suara dan sentuhan seseorang dipundak-nya. Lalu dengan cepat ia berbalik seiring dengan tangan-nya yang menepis kuat lengan seseorang itu.

Luisa semakin terperanjat ketika menemukan siapa seseorang yang menyapa-nya "Uncle Handsome?" ucap-nya dengan mata melotot-syok!

Tuan Kill tersenyum--merasa lucu dengan ekspresi wajah Luisa yang bercampur-aduk. Sakit, takut juga kesal.

Luisa memegang kepala-nya, merasa sedikit pusing "Uncle ngapain, kok disini ?" tanyanya sembari melirik kesana-kemari entah siapa yang ia cari.

Tuan Kill tidak menjawab malah tertawa-membuat Luisa keheranan "Ihs, uncle kok malah ketawa?" ucapnya dengan bibir mengerucut.

Tuan Kill geleng-geleng, gemas oleh tingkah Luisa. "Luisa, kau ini hampir buat om kehilangan akal. Kau tau, perasaan om bercampur-aduk tadi seperti wajah-mu saat ini" ucap-nya seraya menampilkan garis-garis kerutan halus di Wajah tampan-nya karena tawa.

Mendengar perkataan Tuan Kill, Luisa mengernyitkan dahi, bingung " Maksud uncle apa? memang kenapa dengan wajahku?" tanyanya sembari cepat-cepat melihat wajahnya di spion mobil.

"Kau tadi menyelip mobil Om, dan juga tiba-tiba berhenti, hampir om menabarak mobilmu dari belakang, apa kau lupa?"

Luisa menautkan kedua halis-nya, berpikir sejenak lalu menit berikut mulut-nya terbuka lebar membentuk huruf O yang kemudian di sambung menjadi kalimat, Oh-May-God!

Luisa menggigit kuat bibir bawahnya-malu menatap Tuan Kill, sedang Tuan Kill kembali tersenyum.

Luisa ikut tersenyum, meski senyuman yang ia tampilkan serasa kecut " Sorry" ucap-nya.

"Tapi ada apa dengan-mu Luisa, kenapa lama sekali baru keluar dari mobil, apa kau tidak apa-apa ?" tanya Tuan Kill sembari melirik sekilas mobil Luisa.

Luisa menggeleng kuat "Oh tidak uncle, Luisa gak kenapa-napa kok" sangkalnya.

"Lalu kenapa kau bawa mobil ugal-ugalan?" tanya Tuan Kill lagi dengan dahi berkerut.

Luisa diam, tidak menjawab hanya menatap manik mata Tuan Kill lekat.

"Yasudahlah, nanti kau bisa cerita pada Stella, om tahu kau sedang ada masalah, jadi om tidak akan lagi memaksa-mu bercerita"

"Melihat kau baik-baik saja, itu sudah cukup buat om" ucap Tuan Kill ramah.

Sorot mata Luisa begitu hangat, melihat Tuan Kill penuh harapan.

"kau masih bisa mengendarai mobil-mu?" tanya Tuan Kill.

Luisa mengangguk. "Bisa uncle!" jawab-nya

"Ok, kalau begitu kau ikut dengan om saja!"

"Kemana?" tanya Luisa bingung.

"Ke rumah om, ini kan jalan menuju rumah Om, pasti kau juga akan kesana, kan ?"

"Kau mau bertemu Stella, kan? kebetulan om juga mau menemui Stella, jadi ayo sama-sama!"

Wajah Luisa berubah, sedikit cemas, Tuan Kill Meperhatikan-nya. "Ada apa, apa om salah?"

Luisa menggelengkan lemah ''Tidak uncle, hanya saja, uncle tolong jangan cerita soal Luisa yang hampir menabrak mobil uncle yah?" ucap Luisa gugup.

Tuan Kill terlihat bingung, "Kenapa jangan?" tanyanya.

"Nanti Luisa ceritain sendiri ke Stella, Luisa Janji, tapi jangan sampai Stella tahu dari uncle, biar Luisa yang kasitau ke Stella, kalo Luisa udah siap," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Tuan Kill mengelus lembut pundak Luisa "Ok ok, understand, keep silent, right?" ucap-nya menenangkan Luisa.

Mendapati perlakuan baik Tuan Kill, Luisa tersenyum, Tuan Kill pun sama ikut tersenyum.

"Ok, kalo begitu kau masuk kembali ke mobil dan ikuti mobil om dari belakang, kita sama-sama ke rumah om!" terangnya dan Luisa menatapnya dengan mimik wajah penuh tanya (maksud wajah-nya adalah, bagaimana kalo nanti Stella melihat kedua-nya datang di waktu bersamaan?).

"Tenang, bilang saja kebetulan samaan, kan?" ucap Tuan Kill seolah mengerti maksud tatapan Luisa. Luisa mengangguk paham.

Lalu Tuan Kill meminta Luisa kembali melanjutkan perjalanan.

Lagi Luisa mengangguk, menyetujui. Kemudian ia masuk ke dalam mobil. Begitu pula dengan Tuan Kill, ia berjalan menuju mobil-nya.

Tuan Kill mulai menstarter mobil--melajukan mobil-nya lebih dahulu melewati mobil sedan Luisa--Luisa menyusul membuntuti mobil Tuan Kill, sesuai arahan!