STELLA!
"Yah sendiri lagi gue dirumah, pusing dehh gini amat idup gue, gada ortu!" gerutuku seraya menghempaskan tubuh diatas kasur. menatap lekat langit-langit kamar. Entah kenapa tiba-tiba bayangan wajah mamah dan papah muncul ditengah kerlapan bintang dilangit-langit kamarku.
Seberapa keras logikaku menyangkal akan rinduhku pada mereka tetap tidak akan mampuh menipu hatiku.
Sebagai bukti, hatiku berkata yah dengan memaksa air menetes tanpa pamit disudut mataku..
Aku buru-buru menyekanya!
Mamah begitu tegah, meninggalkan Papah dan aku semata karena karir-nya.
Papah pun sama, sama egoisnya dengan Mamah. Memilih meninggalkanku dengan cara menikah lagi!
Bukan berarti menikah lagi, lantas papah bebas melupakan sakit hatinya karena mamah, lalu melampiaskannya padaku dengan memilih menetap dirumah istri barunya.
Kejam!
Jika mereka menyayangiku, mereka tak akan se-egois itu!
Saat ini, I hate them!
Rasa sakit, itu yang melekat--bak pisau menancap hebat di jantungku.
Dengan secepat kilat, rasanya aku sudah hancur lebur!
Berlama-lama dalam ingatan yang kelam tentang mamah dan papah, bisa membuatku frustasi berat! Maka dengan perasaan jengkel aku buru-buru bangkit dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi.
Aku ingin berendam dalam bath up--membuang segala kotoran yang menempel dalam benakku.
Sebelum masuk kedalam bath up aku sengaja menyetel alarm.
Aku sengaja melakukannya, agar tak terlalu lama dan tak sampai keriput di dalam loyang mandi itu.
Setelah alarm sudah kuset sedemikian, aku langsung masuk ke dalam bathup. Berbaring dengan nyamannya, aroma bunga mawar terhirup begitu dalam.
Sabun aroma terapi yang ku gunakan hadiah dari Luysa tahun lalu, sewaktu dia liburan ke Prancis.
Katanya bath soap itu sengaja Ia beli untukku, karena bath soap itu recommended banget ( bath soap dari BP-Guide!) dan hebatnya itu rekomendasi dari abang tampannya langsung lohh (Regar).
Wow, kan?
And you know what? lucunya waktu aku dapat hadiah itu, aku sempet ke egeran lohh. Mungkinkah Regar memilih itu karena memikirkanku setiap kali ia sedang berendam?
Haha pikiran yang sungguh ngeres untuk anak se-usiaku ketika itu. Aku yang baru ber-umur 15 tahun, sedang Regar 5 tahun diatasku.
Silahkan hitung sendiri usia Regar!
Dan 20 menit sudah, alarm yang ku-setting berbunyi nyaring ditelingaku.
Aku bangkit, keluar dari bathup. Menyambar baju mandi lalu ku pakaikan ke tubuhku.
Rasanya terlalu lemas untuk berganti baju, aku langsung berjalan menuju tempat tidur.
Ku rebahkan tubuhku diatas kasur empuk milikku. Dan baru saja aku ingin memejamkan mata getaran diponselku membuatku terganggu. . .
Perlahan ku raih ponselku dari atas nakas, dan ketika mataku terbuka ku temukan nama Galih yang tertera dilayar kaca Ponselku.
Kenapa tiba-tiba, ia mengirimiku voice chat???
Aku terus bertanya-tanya dalam hati sembari mendengarkan isi voice chat darinya.
(Malam ini orangtuaku mengundangmu makan malam, bersiaplah dan dandani dirimu seanggun mungkin ibuku pasti menyukaimu)
Begitulah isi voice chat yang dikirim Galih untukku. Dan setelah mendengar voice chat tsb, aku baru menyadari ada kotak besar yang tadi ku temukan depan rumah.
Deg!
Aku memijat pelan pelipisku, mendadak teringat akan kotak itu.
Kotak yang tadi aku taroh dengan sembarang di ruang tamu. Aemoga tidak dikira sampah oleh Ibu petugas rumah dan membuangnya ke tong sampah. Bisa mampus aku kalo-kalo sampe itu benar terjadi.
Oh iyah, sepulang dari Tangerang, Papah menyewa Asisten rumah tangga baru untukku. Meski ART itu tidak bisa nginap dirumah, sebab ia masih punya keluarga yang harus ia urus.
Dan janjinya setelah jalan sebulan nanti, ia akan mulai menginap dirumah.
Aku sih tidak masalah soal ART yang tidak bisa menginap, sebab yang ku perlukan seseorang yang bisa membersihkan kehebohan di kitchen set karna ulah Luysa, tiap harinya. Just It!
Luysa memang senang sekali membuat onar di pentri--menghambur disetiap sudut pentri. Makanya aku dan Niken suka lelah kalo sudah urusan membereskan semua kekacauan itu.
Nah!
Itu alasan kenapa aku buru-buru minta ART baru ke Papah, dan berharap Papah secepatnya kirim ke rumah.
Dan senengnya sesuai keinginan ku, pas balik Tangerang, ART itu sudah ada, lebih-lebih aku ber-syukurnya ART pilihan Papah lumayan Ok!. Kerjanya bagus, rumah selalu rapih ( sebelum Luysa dateng pastinya!)
Oh iya lagi, setiap kali pulang sekolah , aku juga selalu di siapkan makan siang yang super enak--bahkan sampe makan malam pun suka disiapkan sebelum bibinya pulang--padahal yah sebenernya makan malam tidak terhitung tugas ketika itu, karena emang gaji ART baru itu hanya di hitung mulai jam 07.00-17.00 WIB oleh Papah.
Nah gimana? Baik banget kan ART barunya!
Yah, Paling nggak dengan adanya ART baru (Bi Narti) membuat ku sedikit terdengar normal.
At least, ada ART dirumah segede ini. bukan aku sebatang-kara.
****
Secapatnya aku berlari turun kelantai bawah, menuju ruangtamu.
Dan ketika menemukan kotak itu aman diatas meja, aku menghela napas legah.
Huffh!
Kotak itu dikemas dengan begitu mewah, mana mungkin ada yang mampu memindahkan-nya ke tong sampah?
Kalo pun ada itu pasti, aku!
Aku yang kehilangan kesadaran , karena merasa Galih terlalu banyak menuntutku, ini dan itu selalu harus ku lakukan!
Rasanya, begitu menjengkelkan ketika ada yang mengatur-atur hidupku. Sampai pakaian yang akan ku gunakan ditentukan sedemikian-nya.
Benar-benar Galih si Tuan ribet. You name it!
Lalu dengan perlahan aku mendekati kotak itu-membukanya dengan sangat telaten, aku bahkan tidak sanggup menyobeknya, bungkusnya terlalu cantik.
Namun, bagaimana lagi? kan bukan kotaknya yang Galih berikan sebagai hadiah, melainkan isi dari kotak itu.
Dan setelah bagian atas tutup kotak sudah terbuka, aku menemukan mink dress warna pink kombinasi putih tergeletak rapih didalamnya.
"Gaun yang cantik" gumamku.
Aku memujinya untuk pilihannya kali ini.
Akhirnya ia tahu salah satu kesukaan-ku---yaitu aku sangat menyukai warna Pink!
Lalu aku mengangkat dress cantik itu, dan aku terbelalak saat kembali menemukan satu pasang sepatu hak mewah.
Wow!
Galih seniat ini, sampe mempersiapkan-nya begitu detail.
Mencengangkan, tetebengek yang harus kugunakan untuk dinner malam ini bersama keluarga Galih, memang berbeda jauh dengan kebiasaanku berdandan.
Walopun aku terlahir dari keluarga tajir melintir, namun, aku bukan lah gadis yang suka menghambur-hamburkan uang untuk baju-baju yang harganya selangit, apalagi untuk masa pakai satu kali doang.
Membuatku bergidik ngerih, memikirkannya.
Tapi siatuasi saat ini berbeda, ini kemauan Galih. si Tuan ribet (you name it).
Dengan kekayaan yang keluarganya miliki dan gaji yang diperoleh dari bekerja di Perusahaan Ayah-nya.
Bagaimana mungkin dia membiarkan Ku memilih. Dia tahu aku pasti akan datang dengan pakaian alakadar. Jadi siapa yang akan membantah Galih. Mr. Perfeksionis??
Ia mengingatkan ku pada Mrs. Tania.
Mereka sepaket!
Lalu dengan menenteng kotak yang berisi gaun beserta sepatu didalamnya, aku melenggang menuju lantai atas, kamarku.
Kebetulan sekali, sehabis mandi tadi, aku belum berganti pakaian, tubuhku masih terbalut baju mandi. Jadi mudah saja untuk-ku mengenakan gaun pemberian Galih.
Waktu juga sudah semakin dekat dengan waktu yang ditentukan Galih.
Waktu yang tak pernah ia diskusikan denganku. Suka-suka dia lebih tepatnya!
Aku mulai mengenakan gaun itu ditubuhku. Setelah terpasang rapih, ku raih heels yang juga sedaritadi mencuri perhatianku.
Maka lengkap sudah, gaun dan heelsnya membuat sempurah penampilan-ku!
Aku mematut diriku sedemikian, lalu berdiri memandangi bayanganku di cermin.
Dengan mengenakan gaun pink kombinasi putih yang melekat di lekukan tubuhku dan menyisakan sedikit celah untuk imajinasi.
Rambut ikal hitam menyapu pundakku dan ku sematkan di kepalaku hingga meninggalkan leherku terekspos.
"Galih dan Gaya hidupnya yang Super Hedon!" bisikku dalam hati ketika mataku mengamati tubuhku dicermin.
Maka malam ini adalah malam dimana Galih akan membuat semuanya sesuai keinginan-nya.
Aku memang tak bisa menolak, bukannya tak ingin menolak! Sebab sejak awal, beginilah perjanjiannya. Bak sepasang kekasih yang terkontrak.
Hal-hal seperti ini, tak bisa aku maupun Galih tolak!
Dan malam ini adalah giliranku menuruti keinginan Galih!
Entah, kapan aku melakukan-nya pada Galih!
Atau mungkin tak akan pernah?
Ahh Entahlah. Lihat nanti setelah aku bertemu keluarganya!
Boleh jadi, hatiku bisa berubah sedikit lebih menerima Galih!