May, 16. 2020
Axel berjalan melewati sepanjang koridor ini dengan cepat. Dirinya hampir saja terlambat di rapat pemegang saham yang hanya dilakukan sekitar dua kali dalam 5 tahun itu.
Ya, ini pertama kalinya ia diundang sebagai anggota dan bisa dibilang ini adalah pertama kalinya juga ia akan berbicara di depan banyak orang, memperkenalkan dirinya sebagai ketua perusahaan yang baru.
"Maafkan aku terlambat, Dad" ucapnya saat sampai di depan ayahnya yang menunggu kedatangan dirinya.
"Tak apa, masih 10 menit lagi saat acara dimulai. Duduklah" ucap Dad
Acara yang diadakan di salah satu Hotel bintang 5 dengan dekorasi yang sangat megah. Orang yang datang kemari juga bukanlah sembarang orang. Mereka mempunyai gelar tinggi dengan jabatan yang tinggi pula, manner mereka terjaga, bahkan pakaian mereka juga bermerek. Dan jangan lupakan jika Axel merupakan teman dari pemilik hotel tersebut, Damian James.
Kira kira 1 setengah jam lebih Axel duduk dan mendengarkan orang orang berbicara di depan sana. Yah, sebenarnya sangat membosankan tapi mau bagaimana lagi?
"Sebenarnya kali ini Saya ingin mengenalkan seseorang pada kalian semua. Dia sudah kuanggap sebagai keponakanku sendiri... Kudengar dia akan memimpin perusahaan Lausel kedepannya, bukan begitu Jordan?"
Jordan, Ayah Axel hanya tersenyum dan mengangguk ketika namanya disebutkan. Sedangkan orang yang sedang berbicara didepan sana adalah River Scott, paman Axel.
"Baiklah Axel, perkenalkan dirimu didepan sini" ucapnya
Axel berdiri, berjalan maju menuju panggung dengan penuh percaya diri. Sesampainya di panggung, semua orang menatap kearah Axel seolah mereka penasaran dengan penerus perusahaan Lausel ini. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bekerja di bidang perhotelan, perbankan, serta mengelola taman rekreasi bernama Happy World.
"Halo, selamat siang.." ucap Axel menyapa orang disana
"Perkenalkan nama saya Axel Verheaven, saya yang nantinya akan menjadi pemimpin perusahaan Lausel.. mohon kerja samanya" ucap Axel memperlihatkan lesung pipinya ketika ia tersenyum.
Mungkin setelah ini menantu idaman para ibu ibu yang hadir disini akan bertambah meski hanya melihat Axel berdiri di depan, haha.
"Dad, aku pergi ke toilet dulu" ucap Axel berbisik pada ayahnya, Jordan. Ayahnya pun mengiyakan begitu saja karena ia tahu bahwa Axel pasti sangat bosan berada di kerumunan yang asing ini.
Perlahan Axel mengendap endap keluar dari ruangan, mencari tempat sepi dengan udara yang sejuk. Dirogohnya saku celana Axel kemudian ia mengeluarkan sebungkus rokok Malbore dan pematik api.
Huffff
Asap keluar dari mulut dan hidung secara bersamaan. Setiap hisapannya sudah menjadikan candu bagi Axel sejak masih remaja.
Dirogohnya lagi kantong sebelah kanan, mengeluarkan sebuah smartphone keluaran terbaru dari Apple.
Ia menekan tombol button, menyalakan smartphonenya dan melihat foto seorang wanita yang ia pasang sebagai wallpaper.
"Haruskah aku menelfonnya? Entah kenapa akhir akhir ini aku sangat merindukan Alice" ucap Axel sambil tersenyum, membayangkan tunangannya itu tersenyum kearahnya.
Pria itu bergegas menaruh rokoknya sebentar dan mulai menekan ikon panggilan. Ia sudah mencoba beberapa kali memanggil namun tak kunjung di angkat. 'Apa mungkin dia sibuk?' Pikir Axel.
Tak lama kemudian, terdengar ada suara pesan masuk yang ternyata itu dari Alice
"Maaf, aku tidak bisa dihubungi. Aku sedang melakukan seminar dan sebentar lagi aku akan presentasi jadi telfonku akan ku matikan sementara, Xel. Nanti mari kita bertemu di tempat biasa jam 8 malam"
Axel hanya membaca pesan tersebut tanpa berniat membalasnya. Ini sudah kesekian kalinya Axel ditolak saat melakukan panggilan disaat ia tau jam jam senggang tunangannya itu.
"Hey Xel, ternyata kau disini huh? Aku sudah keliling mencarimu" teriak Damian yang muncul tiba-tiba.
"Ada apa kau tiba tiba mencariku?"
"Oh ayolah.. harusnya kau merasa terhormat karena telah di sambut bahkan dicari cari oleh pemilik hotel ini. Bukankah seperti itu, tuan Axel?" Kata Damian menyindir
Axel hanya tersenyum tipis. Kemudian ia kembali mengantongi handphonenya dan mengambil rokok yang tadi sempat ia letakkan.
"Ya tentu, aku merasa terhormat" balas Axel tak kalah sinis
"Oh iya. . . selagi kau disini, aku ingin memperkenalkan kau pada pacarku yang baru" Damian menyeringai
Axel membulatkan matanya, terkejut mendengarkan kalimat yang baru saja di katakan oleh Damian. Pacar baru?? Hell. Desas desus jika Damian seorang playboy makin terlihat kalau seperti ini.
"Laura? Miska? Sarah? Sonia? Kau kemanakan semua orang orang itu? Oh aku tau" Kata Axel terhenti, sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Kau bisa kaya raya seperti ini karena 'mengambil itu' ya?" Lanjut Axel
Damian menyeritkan dahinya, bingung dengan kode yang dibicarakan temannya. "Maksudmu?"
Terlihat Axel menoleh kekanan dan kekiri, memastikan jika tidak ada orang di sekitar mereka. Kemudian perlahan lahan Axel mendekat kearah telinga Damian,
"Kau melakukan perdagangan manusia ya?" Bisik Axel
Plakkk
Pukulan Damian tepat mengenai bahu Axel hingga sang empu merintih kesakitan.
"Kau gila?? Orang baik sepertiku melakukan perdagangan manusia? Hell" sahut Damian tak habis pikir
Axel mengangkat bahu serta alisnya, seolah olah berbicara 'siapa tau'
"Kau tahu kan jika harga organ manusia tahun ini meningkat pesat? Ginjal, jantung, hati, hanya perlu 3 item itu kau sudah bisa membeli mobil atau rumah"
Damian menghembuskan nafasnya perlahan. "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, Xel" Damian menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah, aku mau bermesraan dengan Aneth saja. Hubungi aku jika otakmu itu sudah benar" kata pria yang mempunyai bulu mata lentik itu pergi, meninggalkan Axel sendirian. Sontak Axel langsung mematikan rokoknya dan membuang ketempat sampah, mengejar Damian yang hampir menjauh.
"Jadi namanya Aneth??? Apa paru-parunya sehat??? Kudengar harga paru-paru bisa mencapai 4 milyar. Jika kau perlu bantuan, kau bisa menghubungiku" Axel masih saja mengejar Damian sambil mengejek pria tersebut.
******
Cklekkk
Perlahan Damian membukakan pintu ruang kerjanya dan mempersilakan Axel untuk masuk.
Saat melangkahkan kakinya masuk, Axel begitu terkejut karena ruangan ini benar benar sangat luas dan megah. Dilihatnya semua penjuru ruangan, kemudian matanya menangkap sosok perempuan yang sedang tersenyum kearahnya.
Perempuan itu berdiri didekat jendela besar. Banyaknya sinar matahari yang masuk membuatnya nampak seperti bersinar namun mengeluarkan semacam siluet-bayangan hitam.
"Wow" sahut Axel
Plakkk
Lagi lagi pukulan Damian membuyarkan lamunan Axel.
"Apa yang kau pikirkan bodoh?" Pekik Damian seolah tau pikiran Axel karena mereka sama sama pria tulen.
"Dia Aneth, orang yang kuceritakan tadi" ucap Damian kemudian
Perlahan gadis itu mendekat kearah Axel dan juga Damian. Dari cara berjalannya saja dia sudah mempesona. 'Sial! Cantik sekali dia. Pantas saja Damian mau' umpat Axel dalam hati.
"Aneth perkenalkan, ini Axel. Dan kau Axel, perkenalkan dia Aneth" kata Damian yang sebenarnya malas memperkenalkan mereka berdua karena paham dengan tabiat temannya.
Aneth mengulurkan tangannya yang disambut halus oleh lawan bicaranya. "Aneth" ucapnya
"Apa kau merokok??" Tanya Axel.
wanita bernama Aneth tersebut menyeritkan dahinya. "Tidak... aku tidak merokok, memangnya kenapa?" Jawabnya bingung
"Ahhh jadi paru-parumu bersih ya? Hmm menarik" Axel memutari tubuh Aneth seakan akan sedang menganalisis suatu objek.
"Maaf, tapi kenapa kau bertanya soal paru-paru ku?"
"Kudengar har---ashhitt" Damian seketika menginjak sepatu Axel dengan sengaja.
"Axel ini perokok berat. Jadi setiap kali bertemu orang baru, dia pasti akan bertanya seperti itu. Dia memastikan bahwa hobi merokoknya tidak akan mengganggu orang orang di sekitar, apalagi orang baru haha" Damian tersenyum hambar
"Ah jadi begitu" Aneth menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menyalahkan pikiran buruknya terhadap Axel.