"paman!"
Lirih panggilan gadis mungil itu,sontak membuat joan yang masih terpejam disalah satu ruangan rumah sakit dikota ini mengarahkan atensi nya pada pemilik suara tersebut.
Keadaan Prilly terlihat sangat kacau saat mengetahui kondisi Lim parah dan harus mendapatkan perawatan yang intensif.
Joan pun mengambil langkah untuk menghampiri gadis kecil kesayangannya itu dan duduk disampingnya.
"apa yang sekarang ada difikirannmu sayang?" Tanya joan seraya mengusap lembut rambut coklat ponakan nya itu.
"apa kak Kevin dan Rada sudah tau kondisi ayahnya? aku hanya takut Kevin dan Rada menyalahkanku atas apa yang terjadi pada ayahnya,paman"
"percayalah sayang,Kevin dan Rada sangat menyayangimu,bahkan saat tadi paman memberitahukan kondisi lim,ia sama sekali tidak menyalahkanmu.Bahkan kevin lah yang memberi paman saran untuk pindah ke negara ini."
"aku sangat menyayangi tuan Lim paman.Aku takut kak Andra akan melenyapkan kembali orang-orang yang aku sayangi."lirihnya dan menenggelamkan tubuh mungilnya dalam dekapan ternyaman setelah ayahnya.
"bagi kevin dan rada ini sudah tugas lim sebagai seorang abdi yang sangat mencintai majikannya.Memang sejak dulu Lim begitu sangat berabdi pada ayahmu."
"Dulu juga lim pernah mencoba menukar nyawanya saat ayahmu diserang oleh musuh dalam dunia bisnis ayahmu.Begitu lah Lim," tutur joan menjeda ceritanya dan kembali menunduk melihat ponakannya yang masih nyaman dalam pelukannya.
ia sangat mencintai pekerjaanya.Jadi sekarang yang kita harus pikirkan kesembuhan lim."
###
12 tahun kemudian.
"nona adiguna,sudah waktunya makan siang,cacing-cacing diperut ku sudah berontak meminta asupan."
Suara berat itu mengalihkan atensi gadis mungil berparas cantik itu.Ia mengalihkan pandangannya pada pria yang sekarang sedang duduk manis di kursi kebesarannya.
Ia melirih jam tangan mahal yang bertengger ditangan mungilnya.
"Bersabarlah rada,pekerjaan ku juga masih menumpuk. Aku tak mungkin meninggalkan tugas ku yang akan berakhir dengan kemarahan Jojo"
"ya ya ya..baiklah nona muda,aku hanya mengajak mu makan,bukan malah mendengarkan keluhan tugas mu itu ." Gerutu rada saat mendapat penolakan dari prilly,sedangkan gadis itu tadi hanya bicara biasa saja padanya.
Dasar rada.
"Aku tidak menceramahi mu rada,justru aku ingin meminta bantuan mu saat ini,"
"tapi...." jedanya dan menatap berbinar pada rada.Oh ayolah saat ini dia butuh kebaikan rada karna ia tidak bisa keluar makan untuk menyelesaikan proyek games yang akan dirilis 2 bulan lagi.Jdi memang prilly harus ekstra dengan proyek besarnya ini.
Rada yang melihat gelagat mencurigakan dari sahabat mungil nya itu pun segera memahami kondisi.
"Tapi apa?? Pasti ada yang kamu inginkan ..." sahut rada dan mulai paham dengan maksud Prilly
***
"sebentar lagi akan ada rapat pemegang saham bu,20 menit lagi." jabar sang sekretaris mengingatkan jadwalnya hari ini.
ada yang mengganggu fikiran illy sebenarnya.Rasanya ia malas mengikuti rapat ini,karna akan ada perwakilan dari A2 company.
Dimana ia akan merasa getar getir,mengingat perbuatan masa lalu yang masih terekam jelas dalam memorinya.
"aku tidak boleh lemah dan takut.Dendamku harus terbalaskan." gumamnya bersumpah pada dirinya sendiri.
***
"Kamu yakin dia tidak datang??"
"Yakin nona,dia hanya mengirim perwakilannya untuk menghadiri rapat pemegang saham hari ini " Ivander hanya berusaha menyampaikan bagaimana kondisi rapat tadi. Kenapa ia tak jadi datang? Jawabannya karena ia takut,takut ia akan mudah jatuh pada pesona Ali dewasa yang juga sialnya yang semakin tampan menurutnya.
"pantau terus keadaannya Ivander,dan pastikan ia tak ada niat macam-macam padaku dan paman. Mengingat bagaimana dulu kakaknya menghabisi kedua orang tuaku,rasanya aku gatal ingin melenyapkannya juga seperti bagaimana lenyapnya kakak nya itu dari muka bumi ini."
Kejam??
Mungkin itu yang terlintas dalam benak orang-orang mendengar penuturan gadis mungil itu. Bagaimana ia bisa terima dengan mudah, pengkhianatan dan pembunuhan yang dilakukan Andra terekam jelas diotaknya. Bahkan ia harus rela kehilangan orang-orang yang cintai untuk pergi meninggalkannya.
Kebengisan Andra telah membentuknya menjadi pribadi yang seperti sekarang. Gila akan kekuasaan dan akan melenyapkan semua yang berani menyakiti atau menggangu keluarga nya.
Terlebih saat ini yang tersisa hanya pamannya dan juga juga Rada dan Kevin, putra dari Lim yang telah menyelamatkan hidup nya.
"Bukankah kesakitan harus dibalas dengan rasa sakit juga. Aku benar kan yah? Lirihnya menatap bingkai foto sang ayah yang tersenyum gagah menghadap padanya.
Ia sengaja tidak menurunkan foto mendiang ayahnya, agar ia bisa selalu melihat senyum tulus yang dipancarkan sang ayah difigura tersebut.
Senyum pahit terpatri di bibirnya dan semakin membuatnya semakin berambisi untuk menjatuhkan kekuasaan Ali,agar Andra bisa melihat betapa hancurnya adik nya itu. Memang Ali dahulu nya adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Tapi sayang,cinta itu hilang menjadi ambisi untuk menghancurkan lelaki itu.
"Sampai jumpa dilain waktu,Li. Mantan sahabat ku."
****
"Sampai kapan kamu akan mencoba untuk menyusun rencana menghancurkannya Prilly.?? Ali pun sama hancurnya dengan apa yang Andra lakukan dulunya. Berhentilah sebelum nanti kamu menyesal."
Joan menghentikan langkah Prilly yang hendak menaiki undakan tangga menuju kamarnya.
Ia tau,rencana apa yang telah direncanakan oleh Prilly atas kejadian masa lalu yang menimpanya. Berulang kali Joan mengingatkannya agar melepaskan dendam yang selama ini telah terpasung dihati ponakannya itu.
Prilly sempat terdiam diujung tangga bawah dan menggenggam erat pegangan tangga menahan kesal atas pembelaan pamannya pada adik pembunuh itu. Sialan!!
" Bagaimana aku harus jelaskan lagi paman?"
"Seorang anak harus dipisahkan dari ayah dan hidupnya disaat ia masih berumur 10 tahun. Bahkan aku kehilangan ibuku terlebih dulu. Dan disusul ayahku. Mereka mati dihadapan ku. Dan aku menghadapi maut didepan mataku saat ia Andra mencoba menghabisi nyawaku dan dirimu. Apa itu semua tak cukup menjadi alasan untuk aku juga menghancurkan hidup Ali? Dia mati pun rasanya aku belum puas,sampai aku bisa memastikan Ali dan Andra membusuk di neraka."
Sarkas nya dan memusatkan perhatiannya pada pamannya. Satu-satunya keluarga yang masih ia miliki.
"Ayahmu tak pernah mengajarkan padamu bahwa dendam itu bisa menyelesaikan semuanya ly. Jangan bodoh kamu!" Ucap Joan dan mengangsur langkah mendekati Prilly dan menatap lekat wajah Prilly yang enggan menatap wajahnya.
"Lanjutkan hidup mu dengan semestinya dan lupakan dendam itu."
"Ayah memang tak pernah mengajarkan aku untuk membalas sakit ku pada orang yang menyakitiku. Tau karna apa?? Karna ia telah dulu meninggalkan ku sendiri di dunia ini,sehingga aku tak dapat ajaran apapun dari ayah dan bunda. Dan itu semua karena apa?? Karna manusia biadab bernama Andra itu. Kalo paman lupa akan hal itu."
Tatapan bengis ia layangkan pada pamannya itu. Sungguh saat ini, ia merasa tak butuh dengan nasehat siapapun termasuk pamannya sendiri.
"Lalu dengan kamu membalas semua kebiadaban Andra,semuanya akan menjadi lebih baik??"
"Setidaknya aku bisa membalas rasa sakit ayah dan bundaku,serta kematian mereka." Setelah mengucapkan kalimat itu Prilly mulai melangkahkan kakinya menuju tempat istirahatnya. Mungkin berendam di air hangat bisa mengrileksan tubuhnya yang sangat letih setelah pekerjaan panjang yang ia lewati seharian ini.
Sedangkan Joan diujung tangga,hanya bisa menghela nafas panjang dan menundukkan kepala nya. Entah bagaimana caranya membuat Prilly melupakan dendamnya dan kembali menjadi Prilly yang dulu ia lihat sangat ceria dan menggemaskan dalam waktu bersamaan. Dan sayang nya itu adalah 13 tahun yang lalu, sebelum ia harus kehilangan kakak kandung nya, ayah kandung Prilly sendiri.
"Apa sebesar itu kecewanya kamu pada Andra hingga kamu tega melampiaskan segalanya pada Ali,Ly?