"Kamu yakin aku bisa memiliki Ali dengan cara ini,apa jaminan mu?" Gadis yang duduk didepan Prilly ini benar-benar berambisi untuk mendapatkan seorang Ali. Ia sengaja memanfaatkan nya agar rencana nya kali ini berjalan lancar.
"Aku jamin jika kamu berhasil membuat Ali,menanam benih di rahim mu itu,selamanya kamu bisa mengikat Ali dengan tanggung jawab. Tapi itu dengan syarat kamu bisa membuat Ali jatuh ke pelukan mu"
"Jika Ali malah membenciku,bagaimana?" Tanya nya gadis tersebut setelah sedikit menyesap coffe latte nya.
"Ali itu pria polos dan..baik hati,maybe. Tapi aku hanya bisa saran,buat dia menjadi milik mu seutuhnya." "Dan aku rela sakit saat melihat nya berada di pelukan wanita lain,asalkan hidup nya hancur. Lanjut nya dalam hati.
"Well,aku bertanya satu hal. Apa landasan utama mu ingin Ali hidup dalam genggaman ku,siapa kau bagi Ali,maksud ku kau kenal Ali atau dekat dengannya?" Tanya gadis tersebut menatap Prilly intens,seperti membaca sesuatu mungkin.
Sedangkan Prilly yang ditatap intens seperti itu,hanya tersenyum sungging dan mengedikkan bahu nya. Entahlah,. Kira-kira jawaban apa yang bagus ia berikan?
Sahabat?
Atau lebih tepat nya Cinta pertama?
Semua nya benar,tapi tidak dengan takdir yang miris.
"Aku hanya seseorang yang sedang berbaik hati,ingin membantu mu untuk mewujudkan keinginan mu, jadi tidak usah bertanya hal lain,fokus lah pada tujuan. Status ku tidak penting" kembali Prilly menyahuti dengan santai pertanyaan yang cukup membuat nya sesaat tertegun. Jika dipikir-pikir hubungan mereka sedang buruk,jadi kalau sampai gadis didepannya tau ia adalah musuh Ali,itu sama saja membuat gadis didepannya ini mundur teratur dari misinya.
Jika ia seorang pria,mungkin akan lebih mudah bagi nya untuk melampiaskan semua nya. Tapi sayang,ia hanya gadis kecil yang tak lagi punya sanggahan siapapun. Ada sih,tapi ya begitulah. Sulit untuk dijelaskan.
"Okey,aku terima tawaran mu, bisa berikan obat itu pada ku, aku tidak sabar untuk memilikinya seutuhnya." Ucap gadis itu dengan seringai am culas,yang cukup membuat Prilly menyunggingkan senyuman mengejek. Dasar Murahan.
"Well,kamu sudah tau rencana ku kan,selamat bersenang-senang,aku terima hasil terbaik mu. Aku ada urusan lain,kabari aku jika kamu sudah melakukannya" pamit Prilly dan melenggang pergi dari hadapan Tasya, gadis bodoh yang mau Prilly peralat untuk membalaskan dendam nya.
"Selamat tinggal Ali, selamat bersenang-senang"
****
"Baba gak mau ketemu mama sama papa dulu,mungkin mereka ada dirumah,mobil nya ada tuh"
Ali yang mendapat tawaran mampir tersebut pun tersenyum manis seraya mengusap lembut Surai legam Kania yang duduk di bangku penumpang.
Menengok sedikit ke bagasi,terlihat mobil orang tua Kania terpakir rapi dibatasi tersebut. Mungkin bertemu sebentar,tidak masalah. Selagi Cici Kania belum datang.
"Baba takut ada Cici didalam ya?" Pertanyaan Kania kembali membuat Ali menolehkan kepala nya pada gadis kecil itu.
"Mungkin baba akan singgah sebentar,untuk ketemu mama dan papa Kania,ya udah,kita turun" ajak nya yang mendapat anggukan dari gadis itu.
Berjalan beriringan menuju rumah mewah tersebut,Ali menggandeng tangan kecil Kania yang tengah bersenandung riang. Ia bahagia karena akhirnya baba nya mau singgah barang sebentar.
Memasuki rumah,Kania dan Ali disambut hangat oleh ART,dan mempersilahkan Ali masuk diiringi Kania yang menggeret nya menuju ruang dimana mungkin ada mama dan papa nya. Dan benar,terlihat mama dan papa gadis itu tengah bersantai.
"Ma,pa,Kania bawa Baba ke sini" ucap nya mengalihkan perhatian orang tua nya dengan kedatangannya bersama seseorang.
Pasutri itu pun tersenyum melihat Ali yang datang bersama Kania. Betapa susah nya selama ini Ali mau datang ke rumah ini. Kini dengan bujukan putri kecil mereka akhirnya Ali mau datang dan berkunjung ke sini.
"Siang paman,bibi" sapa Ali pada kedua orang tua gadis itu.
"Hai Ali,lama tidak bertemu,kemarilah nak,silahkan duduk," sapa papa Kania dengan ramah pada Ali.
"Bagaimana kabar paman dan bibi? Maaf aku baru bisa berkunjung sekarang"
"Seperti yang kamu lihat Li,tampang ku masih terlihat awet muda,sebelas dua belas dengan mu" gurau papa Kania yang dihadiahi cubitan kecil diperut nya oleh sang istri. Ia pun hanya terkekeh menanggapi tingkah istri nya itu.
"Udah tua,masih aja eksis,nyadar umur pah," sahut istri nya dibarengi kekehan kecil melihat ke pede and suaminya.
"Lah iyakan ma,papa sama Ali itu masih kayak adik kakak kali,orang kakak nya Andra sahabat nya papa." Sahut nya menanggapi istrinya. Sedang kan mama Kania hanya mengiyakan saja celoteh suaminya itu.
"Pasti putriku memaksamu untuk mampir kan, asal kamu tau saja,dia begitu merindukan baba nya." Ucap mama Kania saat Ali telah mendaratkan bokongnya di sofa empuk ruang keluarga.
"Tidak bibi,Kania tidak memaksaku,kebetulan aku sedang ingin berkunjung menengok paman dan bibi."
"Ah begitukah. Hmm,bukan karna Cici nya Kania belum pulang kan, dia sekarang sibuk sekali dengan perilisan projek baru nya." Papa Kania terlihat menggoda Ali yang memang tepat sasaran. Jujur saja,Ali mau mampir karna memang Cici kania belum pulang ke rumah.
"Bukan paman,gak gitu" kilah nya
"Bersabarlah nak,cepat atau lambat Prilly akan kembali menerima mu dihidup nya,dia hanya butuh waktu. Biar bagaimana pun kamu dan Prilly sangat diinginkan kakak ku untuk bersatu,dan aku akan mewujudkan keinginannya. Dulu,kak Adi sangat ingin memiliki seorang putra,begitupun mba Fitri," tutur papa Kania yang hanya direspon Ali dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah sedih,terharu atau bahagia. Karna sampai nafas terakhir di badan,Adiguna masih sangat menyayanginya.
"Aku harap juga begitu paman," ucap Ali seraya mengukir senyum manis dibibir nya.
Diana sebagai sang istri sangat bangga dengan Joan yang berbesar hati,mau membesarkan dan membimbing Ali hingga sekarang. Entah apa yang akan terjadi pada Ali,jika Joan tak segera mencari Ali,dihari dimana Andra terbunuh oleh suruhannya.
Niat Joan,bukan untuk menghabisi Andra saat itu,tapi malah mengajak Andra berdamai dan melepaskan Prilly dari bayang-bayang kejahatannya. Bagi nya sudah cukup Prilly menderita dengan mengetahui fakta-fakta yang ada,jangan malah membuat Prilly hampir terkena gangguan jiwa karna berbagai teror yang ia berikan pada gadis itu.
Jika dipaparkan satu persatu,memang wajar gadis itu berubah sangat kejam sekarang. Penderitaannya tak seujung kuku,tapi seluas air laut. Tapi bicara mengenai penderitaan,Ali pun sama menderita nya. Dulu,ia pernah diberi pelajaran oleh Andra dengan kekerasan fisik,baik cambuk,tendang,atau hal keras lainnya jika apa yang diperintahkannya tak dijalankan atau lupa Ali lakukan. Hanya saja,ia hanya mau terbuka dengan Joan saat itu dan memohon agar jangan sampai Adiguna tau soal itu,bisa-bisa ketika Adiguna menegur Andra malah Ali lah yang jadi sasarannya.
Maka wajar,sekarang Joan mau menjadi sanggahan baru setelah Adiguna dan Andra pergi meninggalkam Ali. Ia menyayangi pria muda ini dan segala hal yang ada padanya. Melihat Ali yang selalu tulus menyayangi Kania seperti putri nya sendiri,seperti yang Joan dan Diana lakukan terhadap anak nya. Malah bisa dikatakan,gadis kecil itu lebih menyayangi Ali ketimbang orang tuanya sendiri.
Setelah banyak hal yang diobrolkan,akhirnya Ali pun memutuskan untuk lanjut kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertinggal. Bagi nya,jika itu bersangkutan dengan gadis kecil nya itu,rasanya sulit bagi nya untuk menolak.
Dan disinilah ia sekarang,dimobil mewah nya yang dikendarai oleh sang supir. Pak bagus.
Bukannya Ali tak mau untuk mengendarai mobil sendiri,hanya saja ia lebih nyaman jika dimobil ada yang menemaninya. Jadi ia putuskan untuk memakai jasa supir.
Tak butuh waktu lama,akhirnya ia pun sampai di gedung pencakar langit ini. A2 Group. Perusahaan besar nya yang bergerak di bidang teknologi dan property. Sengaja ia tak melanjutkan cita-cita nya bersama Prilly,membangun sebuah perusahaan game kelas dunia. Ia lebih membiarkan Prilly menggarap nya. Ia cukup dengan apa yang ia punya sekarang,ia bersyukur. Setidak nya ayah dan ibunya di surga bisa merasa bangga padanya.
Sedari tadi,tangannya tak lepas dari gawai pipih keluaran baru itu yang baru beberapa bulan ia beli karna gawai lamanya kecebur ke dalam kolam. Entah apa yang saat itu ia lakukan hingga gawai berlogo apel itu mendarat mulus didasar kolam. Saat tengah asik dengan kerjaannya,ia mendapatkan sebuah pesan singkat dari Abigail,yang menanyakan tentang kebersediaan nya pada party yang pernah Abigail beritahukan sebelumnya.
Seketika ia pun teringat hal tersebut. Apakah ia harus ikut?
Sebenarnya malas baginya berada ditempat ramai tersebut,tapi tak ada salah nya juga merekatkan diri dari rutinitas nya selama ini yang sibuk pacaran dengan kertas dan bolpoin. Siapa tau,ia bisa mencari kesenangan disana nantinya. Setelah berpikir,akhirnya ia membalas pesan singkat teman nya itu.
'Ok,nanti aku datang'
Balasan yang membuat penerima pesan disana merasa senang. Akhirnya.
Dan bagi Ali sendiri,dia yang tak menyadari akan ada hal buruk nanti yang menimpa dirinya yang berhubungan dengan gadis tercintanya.
Berdoa saja,semoga anak baik sepertinya dilindungi oleh sang pencipta. Karna pada dasarnya,manusia bisa berencana,tapi Tuhan lah yang bertindak.
***