Chereads / hold Me Tight / Chapter 5 - 05.Hold Me Tight

Chapter 5 - 05.Hold Me Tight

Hari ini Prilly memulai hari nya kembali dengan sekelumit permasalahan kantor yang menerpanya. Penat!!

Kata itu lah yang setiap saat ia keluhkan ketika ada hambatan atau gangguan yang mendera kinerja nya atau hal apapun yang berhubungan dengan profesi nya saat ini sebagai pimpinan tertinggi di perusahaan peninggalan almarhum orang tuanya.

Perusahaan games yang kini mulai melaju pesat berkat otak cerdas nya kini sudah mulai mengepakkan sayap di kancah industry mancanegara. Kalau biasanya pemilik perusahaan games dipegang kendali oleh seorang pria ,beda hal dengan perusahaan games ini. Yang memegangnya seorang gadis mungil yang punya segudang ide cemerlang nya dalam dunia games dan itu semua,tentu bakat turunan dari sang ayah dan pamannya.

Tangannya saat ini dengan lincahnya sedang merakit game online baru yang rencana nya akan di launching dalam waktu dekat ini.

"Keruangan ku sekarang!"

Permainan jarinya pada keyboard terpaksa berhenti saat ia ingat akan sesuatu yang sudah lama mengganjal dihatinya. Mungkin dengan bertanya pada rada akan membuatnya lebih tenang setelah mendapatkan jawaban dari sahabat nya tersebut.

Tak lama terdengar ketukan pintu dari arah luar, dan ia pun membiarkan si pelaku untuk masuk. Tanpa menoleh karna ia yakin itu adalah Rada.

"Aku minta laporan kemarin dan lebih memuaskan dari laporan sebelumnya," ucap nya masih asik dengan permainan jarinya pada keyboard.

"Jika laporan tentang kekalahan tender yang dialami oleh A2 grub,aku sudah mengembalikan tender nya asal kamu tau ly,."

Suara berat seseorang yang tadi disangka Rada malah berganti dengan suara Kevin yang tegas dan maskulin. Prilly tau,cepat atau lambat Kevin akan mengetahui niat tak baik Prilly dan sebagai seseorang yang sudah menganggap Prillya adikknya,Kevin berusaha agar Prilly tidak salah langkah dalam bertindak.

"Berapa kali aku katakan,jangan serang Ali dan jangan hancurkan dia ly,itu sama saja kamu dengan Andra. Apa bedanya? Sama- sama dihantui dendam."

Prilly hanya diam menanggapi celoteh yang dikeluarkan Kevin. Biar bagaimanapun juga,ia tidak berani bertindak melawan atau membangkang pada Kevin. Ia begitu menyayangi pria jangkung ini.

"Aku rasa Kaka gak perlu ikut campur kak,aku akan menyelesaikan semua dengan cara ku sendiri"

"Dengan membunuh rasa mu sendiri? Bodoh!" Kevin akui ia memang menyayangi Prilly tapi tidak dengan kejahatannya.

"Rada mungkin mau membantu mu,karna dia mau kamu bahagia,tapi asal kamu tau,kebahagiaan yang sesungguhnya bukan dengan balas dendam dan membuat hidup seseorang hancur ly,ingat itu" tutur Kevin dan melangkah menduduki kursi diseberang meja Prilly.

Prillya hanya diam dan menghentikan pekerjaannya sejenak dan menatap lekat iris mata yang hampir sama dengannya itu.

"Lebih baik aku membunuh cintaku daripada ketidak adilah atas ayah dan ibuku belum terbalaskan di masa lalu. Persetan Dengan cinta." Ujar Prilly tetap tenang dan santai.

12 tahun adalah waktu yang lama bagi Prilly untuk mencoba mengikhlaskan. Tapi sayang,sakit nya tak kunjung hilang dan semakin membekas.

"Mungkin sempat terfikir didalam benakku bahwa aku akan terus membawa rasa  cintaku untuk Ali dan memiliki kehidupan yang layak bersamanya. Tapi semua telah terkubur dan tak ingin ku gali lagi"

Kevin sendiri hanya memperhatikan ketenangan Prilly dalam berbicara,santai dan relaks. Mungkin orang mengira ia hanya berpura-pura kuat. Tapi ketahuilah,saat ini dendam telah membuatnya mati rasa,dan begitu kebal dengan rasa sakit.

"Baiklah kalo memang itu maumu. Aku hanya mengingatkan. Semoga saat kamu bertindak nanti,tak ada penyesalan dalam dirimu Prillyana Adiguna."

Reaksi yang ditunjukan Prilly semakin membuat Kevin geram dan memilih untuk meninggalkan Prilly dengan pikirannya saat ini. Saat ia telah memastikan Kevin keluar dari ruangannya,ia menghela nafas panjang dan meluruhkan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya dan menatap langit-langit ruangannya dengan pandangan menerawang jauh,pada masa lalu,masa lalu nya dan Ali kecilnya.

"Seandainya bukan Andra,mungkin aku masih berharap bisa memiliki keluarga yang indah dimasa depan sama kamu Li,".

***

Termenung dan menerawang jauh,itulah yang kini dilakukan Ali. Entah kapan Prilly nya nya mau memaafkan kesalahan yang terjadi dimasa lalu,meski itu bukan kesalahannya.

"Satu perusahaan ku sudah hancur ly,apa masih akan ada lagi yang ingin kamu hancurkan?aku siap sayang,aku siap,demi kebahagiaan kamu"

Setelah rapat besar dewan direksi tadi,Ali pun mengetahui bahwa salah satu cabang perusahaan nya mengalami kekalahan tender pembangunan proyek dan itu sangat berdampak buruk bagi kelangsungan perusahaannya.

Dering ponsel yang berasal dari meja kerja nya,membuat atensi Ali mengalir pada benda pipih yang teronggok di atas meja tersebut. Kevin? Saat melihat nama pemanggil tersebut,Ali pun mengernyitkan dahinya. Ada apa Kevin menghubungi nya dan itu tidak biasanya.

"Hallo"

Berbincang beberapa saat ditelvon,akhirnya Ali pun tau,bahwa maksud Kevin menghubunginya karna sesuatu yang penting,mungkin sangat penting.

"Baiklah,terima kasih atas bantuan mu Vin,aku harap tidak akan ada masalah nantinya dengan Prilly,"

Setelah menerima panggilan dari sahabatnya itu,kini Ali bisa bernafas lega,sekaligus bimbang. Biar bagaimanapun Prilly pasti akan sangat marah dan membencinya karena Kevin saat ini terlihat membela nya. Tidak menutup kemungkinan Prilly ya akan berbuat lebih dari pada kemarin. Rasanya sebelum semuanya terlambat,Ali harus segera mengambil tindakan dan harus ia yang mengakhiri semua kesalahpahaman dan menghapus segala kenangan buruk Prilly dan dirinya dimasa lalu.

"Seandainya masa lalu tak menjadi penghalang bagi masa depan kita,"

***

Saat sedang menyelami dunia kerja nya,Prilly kembali mendesah panjang,saat seseorang menyerobot masuk ke ruangan nya. Siapa lagi kalau bukan Joan,

"Tadi kak Kevin,sekarang Jojo,"

"Ada apa paman kesini?"

"Apa tidak boleh? Ini juga kantorku dulu nya,"

"Apa berhasil dengan kerja mu menghancurkan Ali? Ingatlah nak,kejahatan tak kan pernah berhasil apapun caranya!"

Prilly hanya bisa menghela nafas kembali. Kenapa begitu sulit. Kenapa semua orang seakan berada dipihaknya Ali,Ali dan Ali,apa mereka tak menganggapnya. Apa mereka tak peduli dengan perasaannya,dendamnya?

"Sebaiknya paman jadiin aja dia ponakan paman."

"Kalau bisa aku pun mau,tapi sayang masih ada ponakan keras kepala ku ini yang masih aku sayangi"

"Saran ku kalian bertemulah,coba dengarkan bagaimana dari pihak Ali,biar bagaimanapun juga,yang bersalah itu Andra,bukan Ali. Seandainya semua dilampiaskan pada Ali,apa itu pantas? Umurmu sudah dewasa nak,berpikirlah lebih logis,"

Prilly hanya memberikan tatapan datar nya pada Joan yang duduk di sofa empuk yang terdapat diruang kantor nya yang luas ini. Sedang kan Joan, pria tua itu kini mulai menyesap sedikit kopi pahit yang beberapa waktu lalu diantarkan OB. Bagi nya sudah saat nya Prilly nya keluar dari zona ini. Hidup dalam kubangan masa lalu itu tidak baik. Ia sudah sepakat dengan Ali akan mengubah Prilly yang sekarang menjadi Prilly yang dulu mereka kenal.

"Jangan menutup seribu kebaikan hanya karna kekecewaan kita pada satu hal,itu akan jadi Boomerang bagi kita nantinya."

Dan respon Prilly hanya diam dan sibuk dengan kerjaannya seolah tak terlalu peduli dengan apa yang Joan ucapkan. Hingga sebuah ketukan pintu dari luar akhirnya berhasil m mbuat Prilly bergeming dan melihat pada arah pintu siapa yang datang.

Terlihat Rada datang dengan beberapa file yang ada ditangannya. Rada yang sudah tau kehadiran Joan pun menundukkan sedikit kepala nya memberi hormat pada atasan tertinggi perusahaan ini,biar bagaimana pun juga beliau adalah Presdir di perusahaan ini.

"Maaf mengganggu nona,hari ini ada beberapa pertemuan dengan kolega bisnis anda dari Jepang,Mr Kenjiro. Dan ini ada beberapa dokumen yang harus anda cek dan setelahnya ditanda tangani."

Rada berucap dengan tenang pada atasan yang sialannya juga sahabatnya itu. Sebenarnya Rada sedikit getir,mengingat disini ada Joan. Jujur saja,dari tadi ia dapat merasakan bahwa Joan tengah menatap nya dengan intens.

Joan sendiripun memang sedang melihat gerak gerik Rada dan keponakannya yang cantik itu. Jangan tanya Joan tau atau tidak keterlibatan Rada pada rencana Prilly,bahkan Rada rela mengorbankan Ali demi Prilly dan Joan tau semua itu adalah bentuk kasih sayang Rada pada Prilly. Tapi bagaimana pun juga itu tak dapat dibenarkan.

"Sepertinya kalian sibuk,baiklah paman pergi dulu,aku percaya kamu yang terbaik sayang" pamit Joan pada Prilly. Prilly pun berdiri dari kursi kebesarannya dan melangkahkan kaki nya menghampiri paman nya dan memberikan kecupan perpisahan pada pipi kiri dan kanan Joan. Dan tak lupa Joan menyematkan pula kecupan pada kening dan puncak kepala ponakan nya itu. Setelahnya pandangannya bertabrakan dengan Rada yang berdiri di samping meja kerja Prilly.

Seolah mengerti rada pun segera pamit. Dan tinggalan Prilly dengan pemikirannya. Kini ia cukup tertegun dengan apa yang tadi disampaikan Joan. Apakah benar ia terlalu berlebihan dan terlalu membawa masa lalu pada masa depannya?. Entahlah..

Diambilnya ponsel nya yang terletak disamping laptop kerja nya. Pandangannya terarah pada benda pipih tersebut yang menampilkan potret dirinya bersama Ali kecilnya. Senyum bahagia terpatri jelas dibibir keduanya. Senyum yang selalu Prilly dapatkan dari sahabat kecilnya itu. Senyum yang akan memberikan ketenangan disaat ia tengah diri dung berbagai kendala.

"Maafin aku Li,"

***

Diruangan ini Ali sedikit uring-uringan karna hadirnya sosok wanita yang tak ia harapkan kehadirannya. Berulang kali ia menyuruh Tasya pergi dari ruangan ini,tetap saja gadis itu bersikukuh ingin berlama-lama di ruangan CEO ini. Lihatlah betapa tidak tau dirinya ia,memilih menaikan kaki jenjang nya pada sofa empuk yang ada di ruangan itu. Sudah bertahun-tahun Ali berusaha menyingkirkan Tasya bahkan Ghina pun turut andil membantu Ali mengenyahkan perempuan satu ini.

Mulai dari Ali memperkenalkan Ghina sebagai kekasihnya,padahal fakta yang sesungguhnya Ali dan Ghina memiliki hubungan persaudaraan yang cukup erat.

"Aku ada agenda keluar sekarang,jadi silahkan kamu pergi ke tempat target kamu selanjutnya sya,aku sibuk dan tak ada waktu untuk bermain-main" Ali berucap sambil menggamit gawai nya yang tersimpan diatas meja. Menghubungi Ghina adalah ide yang bagus untuk menjauhkan Tasya dan ia berharap Ghina nya sedang tak bersama Kevin.

"Yah,,kok gitu sih,aku disini baru sebentar Li,masak mau kamu usir gitu aja.hm.. gimana kalau aku ikut kamu meeting,kan aku calon istri kamu sayang" ucap Tasya berusaha agar Ali tak bisa berjauhan dari nya. Ia tau Ali dan Ghina memiliki hubungan tapi selagi mereka belum menikah ia masih bisa menggaet Ali untuk dijadikan suaminya.

Sering kali ia dan Ghina beradu mulut karna  ke ngatotannya ingin memiliki Ali,bahkan tak jarang pula Ghina meremas atau menghajar dirinya didepan Ali. Pernah juga waktu itu Ghina memelintir tetek nya yang nyaris keluar dari cup nya. Sungguh kalau bukan karena ia ingin menjaga Ali dari wanita ular ini,rasanya ia malas harus meladeni suaranya yang sebelas dua belas dengan Kentingan tukang empek-empek,memekakan telinga alias berdenging.

Saat ini Ali berharap besar pada sepupu manis nya itu,dan saat panggilan tersambung,ia segera memproklamirkan bahwa ia sangat membutuhkan kehadiran Ghina saat ini.

"Baik sayang,aku tunggu ya,bye"

Saat panggilan tersebut berakhir Ali pun hanya tersenyum manis pada benda pipih itu. Bukan karena pujaan hati nya datang,tapi Tuhan dengan berbaik hati menolong nya.

Jangan tanyakan Tasya yang sedari tadi sudah mencak-mencak karna Ali menghubungi gadis menyebalkan itu, menyebalkan hanya bagi Tasya,anugrah bagi Ali.

"Bisa kamu pulang,aku yakin Ghina akan merusak tatanan make up mu yang bagus itu kalau sampai dia melihat mu ada disini. Dan itu mungkin akan terlihat buruk bagimu nantinya." Ali berucap santai sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya itu. Tak mau menengok pada Tasya yang memasang muka masam,ia lebih berminat pada langit-langit kantor,sambil menyusun rencana untuk menjinakkan Prilly nya. Apapun caranya ia harus berhasil meluluhkan hati Prilly nya.

Lamunan nya yang sedang serius terpaksa berhenti akibat suara keributan yang ada didalam ruangannya. Sedari tadi ia hanya bergelut dengan pikiran hingga tidak sadar bahwa Ghina dan Tasya sedang adu mulut. Entah kapan sepupunya itu datang. Tapi ia bersyukur Ghina datang dengan cepat.

Seperti yang sudah-sudah pasti Ghina lah yang akan menang melawan gravitasi cabe gorengan itu. Gadis itu pun membalikkan badannya dan menatap nya langsung Ali yang hanya nyengir tanpa dosa. Benar-benar pingin ditampol. Tak taukah Ali bahwa tadi ia sudah merusak istirahat makan siang nya dengan Kevin. Sepupu menyebalkan.

"Punya muka jangan suka diobral,jadinya kamu harus dikejar-kejar sama cabe gocengan kan. Siapa yang ribet kalau bukan aku," dikelas Ghina yang mendaratkan bokongnya di kursi kebesaran yang tadi Ali duduki.

"Nolong orang itu harus ikhlas Na,biar pahala nya gak nanggung-nanggung."

"Lagian tuh cewek gak ada malunya apa ya,hoby banget ngintilin kamu,atau emang dia kurang belaian,heran,jadi cewek gak ada wibawa nya dikit pun" tak hentinya Ghina mengoceh tentang Tasya. Gadis semok dan montok yang selalu mengganggu Ali dan juga otomatis diri nya juga akan terseret menyelamatkan sepupu bedebah nya ini.

"Iya,beda jauh sama Prilly pastinya." Ucap Ali seraya tersenyum kecut.

"Oiya,sampaikan salam terima kasih ku pada Kevin. Dia mau bantu aku buat kembalikan kestabilan gue perusahaan. Meski itupun akan berlawanan dengan Prilly."

Ghina hanya mengangguk an kepalanya tanda mengerti dengan arah pembicaraan Ali. Kevin sudah bilang padanya. Ia bangga memiliki kekasih yang netral seperti Kevin dan pria yang selalu berfikir objektif. Wajar dia diangkat sebagai wakil CEO mendampingi Prilly.

"Kevin seperti itu karna dia gak mau,Prilly semakin terjebak dalam masa lalu,udah waktunya dia bangkit" ucap Ghina menyandarkan tubuhnya dan menatap lurus pada objek yang berada didepan matanya.

"Ya,semoga saja,aku pun akan berusaha mengembalikan semua nya menjadi sedia kala,ya walaupun gak sama seperti dulu"

"Aku dukung kamu,apapun itu,asalkan positif, apalagi menyangkut Prilly,dia sahabat kita,"

Ali hanya mengangguk sekilas dan tersenyum lembut pada Ghina begitu pun sebaliknya.

"Kamu tau Li,aku harus ngebut kesini dan meninggalkan Kevin di resto cuman untuk nyelamatin kamu dari cabean goceng tadi. So,kamu harus tanggung jawab,traktir aku makan ditempat yang paling enak dan itu wajib. Ayo!perut aku udah demo"

Ali hanya terkekeh kecil dan menganggukkan kepalanya mengikuti langkah tergesa Ghina yang memang terlihat lapar. Lebih baik Ali turuti dari pada dia yang akan dimakan gadis berlesung Pipit itu.

***