Reynand berjalan masuk ke ruangan pribadi Kayla. Wanita berambut pendek sebahu yang mengenakan gaun hitam dengan bahu terbuka tampak duduk membelakanginya. Seorang make up artis sedang merias wajahnya yang cantik.
Wanita cantik yang sedang dirias itu adalah salah satu artis papan atas ibu kota. Kayla Putri Nabila. Di depan Kayla terdapat lampu bercahaya putih menyilaukan yang menempel pada sekeliling cermin.
Kayla melihat pantulan bayangan Reynand di dalam cerminnya. Seketika wanita itu menoleh ke belakang.
"Ah, akhirnya kau datang, Rey!" serunya lalu menoleh ke arah kanan. Seorang wanita terlihat duduk di sebuah sofa. "Nita, tolong ambilkan setelan kemeja untuk Rey di mobil. Aku sudah mempersiapkannya untuk acara ini."
"Ya, Kay." Wanita yang dipanggil Nita itu mengangguk. Segera ia berjalan keluar ruangan.
Reynand tampak tidak berkomentar. Ia berjalan mendekat lalu menaruh bokongnya di atas sofa menggantikan Nita. Dikeluarkannya sebatang rokok dari balik sakunya.
"Hei, kau akan membuat sekeliling ruangan ini bau rokok jika mengisapnya di sini!" Kayla memperingati. Ia memang kurang suka melihat Reynand yang mulai merokok.
Pecandu nikotin itu mengembuskan napas kasar. Sebatang rokok itu pun masuk kembali ke balik jasnya. "Sepertinya aku tidak perlu mengganti setelanku, Kay. Apa penampilanku tidak cukup bagus?" tanya Reynand mengalihkan pandangannya ke arah Kayla.
Tanpa menoleh balik, Kayla hanya melihat pantulan bayangan Reynand, lalu menjawab pertanyaannya. "Kau lupa? Kita ini pasangan. Sudah semestinya memakai setelan yang juga senada dengan gaunku."
Pria itu tidak menjawab lagi. Ia meraih sebuah majalah yang berada di atas meja dan mulai membacanya. Sebuah tajuk berhasil mencuri perhatiannya.
Rahasia Kehidupan Putra Semata Wayang Kerajaan Asyraf Corporation, Sukses pada Bisnis dan Percintaan.
Seringai miring terulas begitu saja. Tampak sedikit meremehkan. Lagi-lagi wartawan. Masih ingat dalam benaknya kala para pencari berita itu menggoreng berita hubungannya dan Sheryl. Kayla adalah narasumber utama yang menangis saat wawancara itu berlangsung. Mengatakan kalau Reynand mengkhianatinya dengan menghamili tunangan adik tirinya sendiri. Berita itu tidak sepenuhnya benar. Bagaimanapun hubungan Reynand dan Kayla sudah berakhir lama sebelum berita itu muncul ke permukaan. Reynand tidak menghamili Sheryl, walau kecelakaan saat mabuk itu terjadi apa adanya.
Para wartawan itu seakan lupa dengan apa yang mereka tulis. Kali ini memuja Baruna Adrian Asyraf yang sukses dalam mengelola bisnis dan bahagia menikah dengan Sheryl—wanita pilihannya.
"Apa yang kau baca, Rey?" tanya Kayla melirik kembali ke arah bayangan Reynand yang terpantul pada cerminnya.
Tidak ada jawaban dari mulutnya. Matanya masih menyisir tulisan demi tulisan yang terlihat pada majalah itu.
Penasaran, Kayla pun meminta MuA-nya untuk berhenti sejenak dan meninggalkan mereka berdua. Wanita itu beranjak menghampiri Reynand. Kayla berdiri seraya bersendekap di depan Reynand.
"Oh, kau sedang membaca profil adik tirimu," komentarnya melirik ke tajuk sebuah artikel. Kayla lalu beringsut duduk di samping Reynand. "Aku sudah menemanimu liburan untuk melupakan Sheryl. Apa begitu sulit merelakan mereka?" celetuknya.
Sebuah dengusan berbarengan dengan tawa kecil tercipta. Reynand tidak menjawab, melainkan bereaksi seperti itu.
"Aku tahu apa yang kau rasakan. Sampai sekarang pun aku tidak bisa benar-benar melupakanmu. Mengapa kita tidak menyambung hubungan kita saja seperti dulu, Rey? Ibumu sangat berharap pada hubungan kita."
"Menurutmu, hubungan kita dulu seperti apa? Aku berpacaran denganmu karena terpaksa. Mama yang menyuruhnya. Saat itu aku sama sekali tidak berminat kepadamu," sahutan Reynand terdengar begitu saja.
"Tapi kita berciuman. Bagimu, apa artinya hal itu?"
"Kesalahan," sahut Reynand singkat.
"Termasuk merenggut kehormatan tunangan adikmu sendiri?" Kayla makin memancing emosi Reynand dengan pertanyaannya.
"Jika kau masih ingin aku menemanimu pergi ke acara itu, sebaiknya hentikan pembahasan ini," timpal Reynand yang langsung merasa tidak nyaman dengan kalimat yang terlontar dari mulut Kayla. Air mukanya yang dingin makin menjadi. Ia sendiri malas untuk memperdebatkan sesuatu di masa lalu yang membuatnya makin sakit hati.
Ucapan dingin Reynand membuat mulut Kayla langsung terkatup. Ia tidak berkata apa-apa lagi hingga menjadikan suasana di ruangan itu ikut dingin, sedingin es yang berada di Kutub utara.
Selang beberapa saat kemudian, Nita masuk ke ruangan Kayla. Membawa setelan pria untuk dipakai oleh pria tampan satu-satunya yang berada di ruangan itu. Sepasang manusia itu sontak menoleh ke arah pintu yang terbuka.
Nita berkelebat memandang keduanya. Wanita itu langsung peka dengan apa yang sedang terjadi di ruangan itu. Dia langsung menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu.
Tanpa berkata-kata, Kayla yang bergeming langsung menghampiri Nita dan meraih setelan pakaian resmi itu dari tangan sang asisten. Kemudian membalik badannya dan memberikannya kepada Reynand.
Kayla mengembuskan napas panjang. Ia lalu menyodorkan tiga buah hanger yang menggantungkan jas beserta celana dan kemeja untuk Reynand. "Sebaiknya kau mengganti pakaianmu dengan ini," katanya.
Tanpa menyahut, Reynand meraih setelan dari tangan Kayla. Dia kemudian berjalan ke arah sebuah ruang ganti. Kayla hanya menyunggingkan seulas senyumnya melihat tingkah dingin dan ketus Reynand. Kayla tetap mencintai pria itu.
"Kay, kau yakin membawa Reynand ke acara penghargaan?" tanya Nita terlihat khawatir.
"Kenapa?" Kayla mengangkat sebelah alisnya.
"Aku takut para wartawan itu akan menanyakan perkembangan hubungan kalian."
"Santai saja, Nita. Kalau hanya pertanyaan seperti itu, bagiku sudah biasa. Mereka tidak akan bosan bertanya hingga melihatku menikah dengan seorang pria," tukas Kayla sembari menyengih, memperlihatkan barisan giginya yang putih.
Nita terdiam. Ia tidak ingin menambah komentar mengenai apa yang terjadi pada hubungan Kayla dan Reynand yang amat sangat tidak biasa itu. Selang beberapa saat, pintu ruang ganti terbuka. Reynand sudah berdiri dengan setelan warna senada dengan gaun Kayla.
Bola mata wanita itu berkilat melihat pria tampan yang berdiri di depannya. Reynand tampak gagah dengan setelan yang ia telah persiapkan. Diam-diam ia telah meminta seorang desainer yang juga merupakan kawan Reynand untuk membuat setelan itu jauh-jauh hari.
"Kau tampak sangat cocok dengan setelan itu, Rey. Kau sangat tampan," komentar Kayla.
Reynand menunduk ke kanan dan kiri. Melihat setelan yang memang sangat pas membalut tubuhnya yang atletis itu.
"Ya. Lumayan. Tidak ada perancang busana lain yang bisa membuat setelan seperti ini untukku selain dia," sahut Reynand yang langsung menebak isi kepala Kayla. Ia tahu siapa yang membuat busana itu.
Kayla terkekeh. Tangannya terangkat menutupi mulutnya yang belum selesai berlipstik merah karena ia keburu mengusir make up artistnya.
"Farhan memang jenius. Aku memang meminta ia membuatkan setelan itu untukmu, Rey," timpal Kayla.
"Jadi, tunggu apa lagi? Ayo pergi! Setelah ini hutangku terhadap kebaikan hatimu menjadi lunas, bukan?" Reynand mengangkat sebelah alisnya.
"Kita lihat saja nanti!" Kayla memajukan bibirnya sesaat lalu tersenyum kecil. Entah apa yang ia pikirkan.