Chereads / SAHID : Death in Love / Chapter 1 - Kekacauan Jiwa

SAHID : Death in Love

Sy_Vanilla
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 13.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kekacauan Jiwa

Sahara. Namanya se-masyhur Gurun Pasir Sahara. Gadis perawan yang cantik nan menawan. Pembawa kebahagiaan bagi orang-orang di sekelilingnya. Kini, gadis perawan itu telah dipinang oleh seorang saudagar kaya dari desa tetangga. Agil, seorang duda beranak tiga yang usianya dua kali lipat

dari usia Sahara. Di persandingannya, tak henti-hentinya air mata Sahara menetes membasahi pipinya hingga menghapus riasannya sedikit demi sedikit. Nasib baik tak berpihak padanya. Setelah sang kekasih pergi meninggalkannya dan menyerah pada keputusan kedua orang tuanya masih menyisakan luka yang mendalam di hatinya. Mengingatkan betapa bodohnya pria itu.

Sementara di tempat terasing, Sahid duduk bersama beberapa wanita jalang dan minuman keras. Salah seorang wanita menuangkan minuman di cangkir Sahid. Salah seorang lagi mencoba menggoda Sahid. Sementara yang lainnya memijat pundak Sahid. Tetapi, dia tidak bergeming sedikitpun. Hanya satu kata yang keluar dari bibinya. Sahara.

Sahid, putra bangsawan terkemuka di Yogyakarta yang masih memiliki darah keturunan ningrat. Tak ada yang cacat dalam dirinya. Keluarga terpandang. Wajah yang tampan rupawan. Pria saleh dan berpendidikan. Banyak wanita yang berharap menjadi kekasihnya. Tapi, yang terjadi justru berbanding terbalik dengan kehidupannya dulu. Kehidupan yang didambakan pria-pria di desanya. Sahid yang sekarang hanyalah pecundang dan sampah masyarakat yang hidup dan matinya tidak diharapkan lagi.

Perbedaan kelas inilah yang membuat cinta mereka terhalang oleh restu keluarga besar Sahid. Yang membuat mereka harus mengorbankan cinta mereka demi keegoisan keluarga mereka. Bagi keluarga bangsawan, penerus darah keturunan mereka juga harus dari kalangan bangsawan supaya harkat,

martabat, dan kehormatan mereka tetap terjaga dalam masyarakat.

"Sahara..."

"Bro, lupakan wanita itu. Di sini banyak wanita yang cantik-cantik. Tinggal pilih aja," kata Mike yang datang bersama dua wanita di sisi kiri dan kanannya.

Mike menarik lengan Sahid, tapi buru-buru ditepis olehnya. "Tenang, Bro. Gue hanya ingin ajak lo joget."

"Gue nggak mau. Lo aja sana," katanya seraya mendorong tubuh Mike untuk menjauh.

"Lo mau kemana, Bro?"

Sahid berlalu tanpa menjawab pertanyaan Mike terlebih dahulu. Mike hanya menggelengkan kepala melihat sikap temannya itu. Dia mulai memahami Sahid setelah beberapa bulan mereka tinggal bersama dan menghabiskan waktu bersama.