Setelah membaca puisi itu, ia menangis tersendu-sendu. Dia teringat kata-kata terakhir yang Sahid ucapkan sebelum ia pergi 12 tahun yang lalu. "Mulai saat ini aku akan pergi dari hidupmu untuk selama-lamanya. Tapi ingatlah, suatu hari nanti aku akan datang untuk memberitahukan kabar kematianku".
Sahara berlari keluar rumah dan tidak menghiraukan suara-suara yang memanggilnya. Dia menabrak para pelayan yang lewat di depannya. Dia juga menabrak vas bunga yang ada di pojok ruangan dan
membuat vas itu jatuh ke lantai dan melukai kakinya hingga berdarah. Sahara mencabut serpihan vas itu dan membuangnya. Darahnya terus menetes hingga menyisakan jejak pada setiap jalan yang ia lalui.
Sampai di depan pintu gerbang, dia melihat sang kekasih telah pergi jauh darinya. Dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah Sahid karena terhalang tubuh orang-orang yang membopong tubuhnya. Dengan pandangan mata yang sangat kabur dan jarak yang semakin jauh. Sahid tidak bisa melihat wajah
sang kekasih untuk terakhir kalinya. Dia benar-benar tenggelam bersama sang surya. Matanya telah terpejam untuk selama-lamanya. Langit yang gelap menjadi saksi bisu kisah cinta yang tak lengkap ini. Sahara tersungkur di tanah dengan deraian air mata yang tidak henti-hentinya menetes. Jiwanya telah hancur berkeping-keping bersama hancurnya jasad sang kekasih.
"SAHID..."
END