Dari balik tirai bambu, aku melihat
Hamparan tanah lapang yang hijau nan asri
Tempat dulu kita bermain dan tertawa
Aku berdiri sempoyongan
Dengan sebotol minuman keras di tangan kiriku
Dan sebuah pensil tua di tangan kananku
Menatap kenanganmu yang tersenyum dan memanggil namaku
Sahid, nama itu
Sudah sekian lama aku tak mendengarnya
Seakan telah lenyap
Seiring berkurangnya sisa umurku
Yang terdengar di pendengaran ini hanyalah satu kata, pecundang
Melalui puisi ini, kuukir kenanganmu dalam setiap sanubariku
Melalui puisi ini, kutuliskan gurat rinduku padamu
Melalui puisi ini, kusampaikan berita kematianku
Kuharap kau 'kan menerimanya
Kuharap kau 'kan tersenyum saat mengenangku
Hanya itu impianku