Mbak dian.. cepetan bangun. Kamu gak sekolah? Udah jam berapa ini?!" Teriakan itu sukses menghancurkan mimpi indahku. Padahal aku baru saja bertemu Shawn mendes di mimpiku, tapi seolah tiba-tiba terjadi badai yang mengubah idolaku itu dan orang-orang di sekitarnya menjadi debu, lalu hilang diterbangkan angin. "iya, iya" jawabku malas, melirik jam dinding berwarna biru yang tergantung di dinding kamarku yang berwarna sama, "baru jam setengah enam" batinku, tapi mama berteriak seolah sudah terjadi kiamat saja. Aku menerjapkan mataku, rasa kantuk masih melanda, wajar saja, semalaman aku mengerjakan tugas, mengejar deadline yang jatuh tepat hari ini. Dan hal itu berhasil membuatku tertidur lagi sesudah melaksanakan solat subuh, padahal biasanya aku tidak pernah begitu. Aku pun bergegas mandi, sebelum teriakan mama yang maha dahsyat terulang lagi.