"Barr, aku mau izin keluar sebentar. Mau bawa motor ke bengkel, itu banyak yang lecet soalnya," izin Rere sengaja menghampiri Barra yang sibuk melakukan terapi di teras rumah.
"Keluar?" Barra mengernyit. "Lama? Nanti kalau ada apa-apa gimana, Re. Lo inget terakhir kali lo keluar itu kejadian apa, lutut lo masih sakit kan?" Tak salah jika Barra cemas, ia sampai menunduk menunjuk lutut Rere yang dibalut kain kasa serta pleseter cokelat. "Udah, besok aja benerin motornya."
"Barra, bengkel dari sini juga deket kan, aku pernah lihat sebelum masuk komplek itu ada bengkel. Nggak mungkin ketemu sama cowok jahat itu lagi, kemarin ketemu karena kita lewat jalan yang sama, jalan yang dulu sempet aku tolongin Chelsea. Izinin aku ya, Barr? Kasihan motor aku." Rere sampai mengatupkan telempap tanda memohon, interaksi mereka tak luput dari perhatian Melisa yang lagi-lagi hanya bisa menyimak.