"Mbak Rere bikin mie rebus cabenya banyak banget, emang enggak takut mules?" tanya Bi Asma saat melirik aktivitas perempuan berkaus hitam yang berdiri di dekatnya seraya memotong sekitar sepuluh cabai rawit di permukaan talenan, atau lebih tepatnya pada panel di dekat kompor.
"Kalau soal itu sih emang udah tanggungan, Bi. Berani makan pedes juga mesti siap mules kan? Rere udah biasa makan pedes, malah kalau enggak pedes rasanya aneh, ada yang kurang." Ia menanggapinya dengan santai, tak hanya cabai yang menjadi tambahan mie rebus Rere sore ini, beberapa lembar sawi serta bakso sapi yang ia temukan di dalam kulkas turut menjadi pelengkap.
Semua bahan yang sudah dicuci tersebut berpindah posisi pada pancil kecil yang sudah tergeletak di permukaan api kompor, air di sana sudah mendidih, kini semuanya meluncur—menanti matangnya mereka, tak lupa mie rebus yang sudah Rere buka bungkusnya.
