"Mas, kok tidur di sini? Nanti masuk angin," ucap wanita pemilik warung kopi yang dititipi motor oleh Barra, wanita tersebut baru saja membungkuk seraya menepuk bahu Barra beberapa kali hingga tersadar.
Sekarang sudah mendekati tengah malam, warungnya memang masih ramai, hanya saja ia merasa aneh—mengapa motor Barra tak diambil-ambil, alhasil wanita itu mencari tahu keberadaannya dan menemukan Barra terpejam dengan posisi menyandarkan kepala di atas kepala Rere yang sudah lebih dulu merebah lelahnya pada bahu Barra. Di atas jembatan penyebrangan yang sepi dengan angin melintas mereka terlelap bersama.
"Eh, iya, Bu. Saya ketiduran." Barra menoleh menemukan Rere begitu pulas, padahal angin malam ini cukup kencang, dan Rere sama sekali tak mengenakan baju panjang selain jaket yang memabalut tubuh, lantas di bagian kaki tidak sama sekali, hanya rok lipit selutut yang membiarkan angin mengulitinya.
"Ini kuncinya kalau mau pulang, Mas." Wanita tersebut mengulurkan kunci motor Barra.
