Chereads / The Next Level Player / Chapter 3 - Chapter 3 - Solo

Chapter 3 - Chapter 3 - Solo

Di sebuah rumah yang mana itu adalah penginapan untuk para Player.

Note : sebut saja tentara sebagai Player.

Satu rumah bisa memuat sekitar sepuluh Player.

Kini Reus sudah berada malam itu, ini adalah malam pertama kalinya ia tidak tidur di rumahnya.

Mungkin nanti pagi ia tak bisa lagi melihat wajah ceria keluarganya yang menunggunya di meja makan untuk sarapan.

Tapi Reus kini tak ingin berlarut dengan kerinduannya.

Disini juga banyak teman yang tidur bersamanya.

Jadi tak terlalu merasa kesepian akan hal itu.

Namun, Reus yang tak bisa tidur pun memutuskan keluar dari penginapan untuk mencari angin malam.

Ia pun duduk di sebuah tunggul bekas tebangan pohon.

Ia kini mengotak-atik Status Windownya.

"Status!"

Nama : Reus Rethrissa

Level : 1

STR : 50 HP : 12500

VIT : 50 MP : 2500

INT : 50

AGI : 50

DEF : 50

• Memberikan 10 Point stat setiap membunuh 5 musuh.

• Mendapatkan 2500 exp tambahan ketika membunuh musuh setiap 10 menit.

• Mendapatkan Koin setiap membunuh musuh, jumlah koin tergantung level musuh.

Setiap 1 level mendapatkan 10 koin.

"Apakah status orang-orang juga seperti ini?" batin Reus melihat statistik miliknya sangat besar.

"Aku dapat merasakan perbedaan tubuhku dari sebelumnya." batin Reus.

Setiap kali Stat naik maka tubuh kita akan dapat merasakan efeknya.

"Skill!" ucap Reus.

Status Window pun berubah sesuai perintah Reus.

Kini Reus ingin melihat skill yang ia miliki.

Skill aktif

•Assasins

Locked

•Mage

Locked

•Tanker

Locked

•Fighter

Locked

•Healer/Support

Locked

•Marksman

Locked

–Naikkan level untuk membuka skill aktif–

Skill pasif

•Menambahkan Critical Damage sebesar 40% selama 5 detik, Cooldown 5 menit.

–Naikkan level untuk membuka Skill pasif–

"Jadi aku harus menaikkan levelku untuk membukanya?" batin Reus.

Tiba-tiba pandangan Reus pun teralihkan kepada seseorang yang berada di jembatan sungai.

"Siapa itu? Kukira sudah pada tidur semua!" batin Reus penasaran melihat orang itu.

Dia adalah seorang wanita dengan rambut sebahu berwarna hitam kecoklatan.

Memakai baju tidur serba pendek di tubuhnya.

Ia adalah anak dari Gubernur, orang penting di kota ini.

Reus sempat melihatnya tadi siang, namun karena gelap malam Reus tak terlalu mengenalnya dari jauh.

"Seorang perempuan?"

"Baju tidur pendek, apa dia tidak kedinginan?"

"Akan bahaya jika dia ditemui cowok cabul nantinya, lebih baik aku yang menemaninya" batin Reus.

Ia segera menghampiri perempuan itu.

Terlihat perempuan itu tak menyadari kehadiran Reus yang berada di dekatnya.

"Dia melamun? Sedekat ini aku berjalan dia masih tidak sadar?" batin Reus.

Jelas saja, tatapan perempuan itu kosong, ia sedang memikirkan sesuatu.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Reus.

Membuat lamunannya terpecah, ia segera melihat sumber suara yang berbicara padanya.

Reus sudah tepat berada disampingnya.

"Dia?" Reus pun langsung mengenalinya ketika perempuan itu menatap matanya.

Anak dari Gubernur yang sangat ia benci saat ini.

"Bukankah ini kesempatan emas?" batin Reus berpikir jahat.

"Ahh maaf, aku tidak bisa tidur... Jadi aku keluar sebentar untuk mencari angin" sahut perempuan itu menjawab ucapan Reus.

"Apa yang sedang kau pikirkan? Apa karena tempat tidurnya tidak senyaman tempat tidur mewahmu?" tanya Reus sedikit menyinggung.

"Tidak, aku hanya belum bisa tidur"

"Siapa namamu?" tanya Perempuan itu.

"Reus"

"Aku Sicilya Aguero"

Reus pun ber oh ria mendengar ucapan Sicilya.

"Reus" panggil Sicilya.

"Hmm?"

"Apa keluargamu dari keluarga yang biasa saja?" tanya Sicilya sambil menatap sungai yang terus mengalir.

Reus pun sedikit kesal mendengar pertanyaan Sicilya, ia seperti sedang merendahkan keluarga Reus.

"Apa maksudnya bertanya seperti itu, si bangs*t ini!" batin Reus.

"Yahh... Jika dibandingkan dirimu, aku bukanlah apa-apa" jawab Reus sambil menahan amarahnya.

"Apakah menyenangkan?"

Sicilya semakin membuat Reus kesal, meskipun terkesan bertanya tapi Reus merasa direndahkan.

"Tentu saja, walaupun sederhana... Tapi aku setiap pagi di sapa dengan hangat, sarapan bersama keluarga... Bercanda bersama mereka setiap hari, melakukan kegiatan-kegiatan rumah bersama" Merasa kesal, Reus pun menceritakan tentang dirinya bersama keluarganya.

Seketika Sicily mengalirkan air matanya mendengar cerita Reus bersama keluarganya.

Reus pun seketika terkejut melihat Sicilya menangis.

"Ehh?? Kenapa? Apa aku membuatnya menangis?" batin Reus bingung.

"Benarkah? Apakah semenyenangkan itu?" tanya Sicilya. Wajahnya menjadi basah akibat air matanya yang mengalir.

Sicilya berasal dari keluarga bangsawan dan ayahnya adalah seorang gubernur. Tapi ia tak menikmati kehidupannya sama sekali.

Ayahnya yang mempunyai banyak istri, sehingga lupa padanya. Ibunya juga pergi meninggalkannya karena bertengkar dengan Ayahnya.

Setiap hari saudara tirinya beserta ibu tirinya selalu menatapnya dengan sinis.

Ayahnya juga jarang pulang, sekalinya pulang cuma beberapa jam saja. Itupun menemui Sicilya hanya beberapa menit.

Meskipun saudara tiri dan ibu tirinya tak suka padanya, mereka tak menganggu Sicilya. Siapa yang berani menyentuh anak gubernur?.

Meskipun begitu, Tak ada yang mau menemaninya. Ia kesepian berada di rumah besar layaknya istana itu.

Teman-temannya selalu memanfaatkannya karena dia anak orang kaya.

Karena merasa dimanfaatkan, Sicilya pun tak mau lagi memiliki teman.

Setiap hari dari balik jendela kaca rumahnya, ia selalu melihat anak-anak seumurannya bersenang-senang dengan keluarganya.

"Apa dia sedang iri padaku?"

"Apa kehidupannya tidak menyenangkan?"

"Apalagi yang kurang? Dia sudah mempunyai segalanya" batin Reus.

"Hey... Berhentilah menangisi hal yang tidak berguna" ucap Reus.

Sicilya pun segera menghapus air matanya.

"Dia dingin sekali" batin Sicilya.

"Maaf, aku menangis tak jelas" ucap Sicilya.

"Lebih baik kau masuk ke dalam dan tidur" suruh Reus.

"Baiklah"

Sicilya pun berjalan menuju ke penginapannya.

"Aku akan mengantarmu"

"Terimakasih" ucap Sicilya.

Reus pun mengurungkan niatnya untuk berbuat jahat pada Sicilya.

Ia tak tega melihat perempuan yang menangis di hadapannya itu.

"Lagian dia tidak ada hubungannya dengan kejahatan Ayahnya" pikir Reus.

Beberapa menit kemudian, Mereka sampai di depan penginapan Sicilya, tempatnya para wanita.

"Terimakasih sudah mengantarku" ucap Sicilya tersenyum manis.

"Masuklah, udaranya sudah semakin dingin!"

"Emmm"

Sicilya segera masuk ke dalan penginapannya.

Reus yang sudah memastikan Sicilya benar-benar masuk pun akhirnya pergi.

Reus juga kembali ke penginapannya lalu tidur dengan lelap.

* * *

Hari pun kembali cerah, sinar matahari yang tak bosannya terus menerangi bumi.

Pagi yang indah mulai menyapa seluruh Player.

Mereka semua bersiap untuk melakukan kegiatan hari ini.

Reus pun kini telah rapi dengan seragam militernya.

Ia segera duduk di meja makannya, lalu segera menyantap sarapan yang sudah di siapkan.

Begitu pun teman-temannya yang duduk di meja yang sama dengan Reus.

Tepat jam 8 pagi, seluruh pasukan militer berbaris dengan rapi. Mereka melaksanakan upacara di pagi itu dengan disiplin, serta penyambutan bagi para tentara atau player baru. Komandan Deuch dengan fasih berpidato didepan seluruh pasukan militer.

Setelah sekitar satu jam, Komandan Deuch mengatakan bahwa hari ini para Player baru akan ikut berburu monster di luar dinding.

Tim pun dibentuk untuk melakukan perburuan.

Di setiap tim ada sepuluh orang, satu orang adalah komandan berlevel 200 keatas.

Sekarang terbentuklah 23 Tim yang akan berburu di luar dinding.

Meskipun banyak yang protes bahwa mereka belum bisa berburu tapi sudah diajak berburu, Komandan Deuch tak menghiraukannya.

Dari awal Deuch juga sudah mengatakan bahwa pelatihan militer sangat keras. Mereka harus siap mental, dan harus siap mati di medan perang.

Reus bersama sembilan orang lainnya sudah berada di mobil truk yang membawa mereka ke luar dinding kota Akku. Dan 22 mobil truk lainnya saling beriringan.

Kini mereka sudah berada di luar dinding kota Akku, lebih tepatnya didalam kota kelima yang sudah hancur.

Namun kota ini sudah ditumbuhi pepohonan yang rimbun, serta banyak monster yang berkeliaran.

"Ayo cepat! Kita harus ambil tempat yang monsternya tidak terlalu kuat!" Komandan tim Reus sangat tegas memberi arahan dan bimbingan.

Mereka semua berlari mengikuti Komandan, sedangkan Reus melihat Status Window-nya yang belum ia lihat sampai habis malam tadi, ia terus berlari melangkahkan kakinya sambil memandangi Status Windownya.

"Wahh... Di shop banyak barang-barang berharga yang bisa dibeli dengan koin" batin Reus melihat Status Window-nya yang sedang menampilkan shop. Suatu aplikasi perbelanjaan di Sistem game milik Reus.

Ia pun kemudian membuka inventory.

Ada sebuah Long sword didalamnya inventory-nya.

Ia pun segera menarik keluar pedang itu dengan meng-equipnya.

Kini pedang itu sudah berada di tangan Reus.

•Long Sword Grade 1.

Damage 500

Memberikan efek luka yang mengurangi 20 HP

musuh setiap detik, selama 2 menit.

–Perlu batu kristal merah untuk upgrade ke grade berikutnya–

"Pedang ini bukannya terlalu bagus?" batin Reus kagum setelah melihat status pedangnya.

Namun siapa sangka, setelah ia melihat sekitarnya. Teman-temannya sudah tidak ada bersamanya.

Ia kini hanya sendirian di hutan yang penuh monster itu.

"Aku tertinggal dari timku?" batin Reus.

Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia hanya sendirian tanpa adanya tim yang saling melindungi.

Banyak yang mengatakan bahwa pertarungan melawan monster akan sulit jika sendirian.

Karena monster kebanyakan berkelompok, contohnya seperti monster srigala yang tingginya 2 meter berjumlah sekitar puluhan yang kini sedang mengepung Reus.

"Ini kah bentuk asli monster?"

"meskipun aku sering lihat Player lainnya livestream pada saat sedang berburu, aku tak menyangka jika dilihat secara nyata monster-monster ini seperti..."

"Hewan yang imut!!" batin Reus merendahkan monster-monster yang sedang mengepungnya itu.

Disisi lain, Tim Reus yang terpisah darinya tadi kini sedang bekerja sama melawan monster-monster berbentuk seperti tikus, namun ukurannya sangat besar, seperti kambing. Monster tikus itu berlevel 5.

Mereka bertarung sambil saling menjaga bokong teman.

Atas bimbingan komandannya, mereka semua terlihat kompak. Dimana support terus membantu dan memberi healing pada rekannya, tanker berdiri di garis depan melindungi teman-temannya, petarung dan assasin menghabisi monster yang lengah, serta mage yang ikut membantu fighter dan assasin dengan sihirnya dari jarak jauh.

Mereka pun berhasil mengalahkan monster tikus tersebut, level mereka pun meningkat hingga diatas level 10.

Kerjasama tim juga akan menaikkan level Player, Exp yang didapat akan dibagi secara rata melalui sistem tim yang sudah disediakan Status Window.

Mereka pun sudah mulai kelelahan, namun lelah itu telah terbayarkan dengan bertambahnya level mereka. Tentu itu akan menambah kekuatan mereka.

"Ahh akhirnya selesai juga"

"Aku naik ke level 15!"

"Aku juga!"

"Haaa! Aku cuma level 14"

"Aku juga naik level!"

"Aku mau tambahin point stat-ku ke point MP, biar sihirku tambah kuat!"

"Aku mau tambahin ke point DEF!"

Seketika salah satu dari mereka menyadari seseorang menghilang.

"Komandan, rasanya kita kurang satu orang" ucapnya.

"Mana mungkin, kita kesini bersama-sama!" sahut yang lainnya.

"Coba hitung jumlah kalian yang ada di tim!" suruh Komandan.

Seseorang pun mulai menghitung jumlah anggotanya.

"Kurang satu, Komandan!" beritahunya.

"Apa?!"

"Sejak kapan?"

"Kita kan kesini bersama-sama!"

"Apakah dia terpisah dengan kita?!"

"Komandan! Kita harus mencarinya!"

"Tenang dulu!" Komandan mencoba menenangkan timnya.

"Siapa yang tidak ada?" tanya Komandan.

"Reus Reeberry, Komandan!" jawab salah satu dari mereka.

"Reus?"

"Bahaya... Dia hanya Player yang menggunakan cairan sistem game berwarna hijau, di levelnya sekarang dia tidak akan bisa melawan monster sendirian!"

"Kita harus segera mencarinya!"

Mereka pun mengkhawatirkan Reus, meskipun tidak terlalu kenal.

Mereka tidak ingin jika anggota tim mereka ada yang mati.

"Kita tidak bisa mencarinya dengan jumlah kita yang sekarang! Kita tidak tahu monster level berapa yang akan kita temui nanti, ada kemungkinan bertemu monster berlevel 30! Kita harus kembali ke titik awal, semoga saja sudah ada tim yang berhasil... Kita akan meminta bantuan mereka!" Komandan memberikan usul dan sarannya yang terbaik.

Meskipun Komandan mereka berlevel 200, mungkin dia bisa melawan monster yang kuat berlevel 30, tapi tidak ada yang menjamin jika mereka hanya bertemu monster berlevel 30 saja.

Meskipun dia selamat, salah satu anggota timnya akan ada yang mati nantinya.

Maka dari itu ia memutuskan untuk kembali.

* * *

Ditempat lain, Reus membantai habis monster srigala yang ia hadapi.

Bersama pedangnya ia terus menebas kepala srigala berukuran 2 meter itu.

Berbekal ilmu beladiri yang ayahnya ajarkan, Reus berhasil membabat habis puluhan monster yang lebih besar darinya itu.

Monsternya pun berlevel 35, HP monster itu juga sekitar 1500. Kecepatan mosnter srigala juga lumayan cepat.

Tapi ayunan pedang Reus membuat level monster itu hanyalah angka.

Notifikasi sistem pun terus berbunyi.

[Anda mendapatkan 350 koin]

[Anda mendapatkan 1 point stat]

[Anda mendapatkan 10 Point stat karena telah membunuh 5 monster]

[Anda mendapatkan 350 koin]

[Anda mendapatkan 2500 exp karena telah melawan monster selama 10 menit]

Notifikasi itu terus saja timbul selagi Reus membunuh mosnter-monster srigala itu.

Hingga akhirnya Reus membunuh seluruh monsternya.

Reus pun mendapatkan banyak point stat dan koin setelah berhasil membunuh monster itu.

Namun tak sampai disitu saja, kini mosnter berlevel 50 muncul dihadapan Reus.

20 monster ogre muncul dihadapannya.

Mereka membawa kayu seperti stik baseball ditangannya.

Dan tinggi mereka pun 3x lipat dari monster srigala yang pertama kali ia lawan.

"Ahh... Sepertinya aku tidak berikan waktu istirahat" kata Reus maju dengan berani untuk melakukan ronde ke-2.

"Sistem Voice!"

"10 point ke STR"

"10 point ke AGI"

"10 point ke VIT"

"10 point ke DEF"

"10 point ke INT"

Karena Reus sudah membuat sistem voice, ia hanya perlu memerintahkan sistem melalui suara saja.

Tanpa harus menekan Status Window-nya.

Ia dengan cepat menyerang para Ogre itu dengan lincahnya, ia juga sambil memerintahkan sistem untuk terus menambahkan point statnya.

Ia berlari-lari di tubuh Ogre itu sambil menebaskan pedangnya di tubuh Ogre itu.

Meskipun hanya goresan kecil, pedang itu memiliki stat yang mampu mengurangi HP musuh tiap detiknya.

Serta memberikan 500 damage tiap tebasannya.

Karena sulit mengincar lehernya, Reus hanya bisa menebas bagian tubuh lainnya seperti kaki dan tangannya yang ingin menyerang Reus.

[Point stat sudah habis, mohon kumpulkan kembali point stat anda]

Reus pun sudah selesai menambahkan setiap point statnya.

"Aku rasa sudah cukup main-mainnya"

Dengan kekuatan penuh, Reus membelah tubuh Ogre itu menjadi 2 bagian dengan sekali tebas.

"Hahaha! Mosnter apaan ini! Lemah seperti jelly!" Reus berteriak dengan sombong sambil menebas tubuh para Ogre itu.

"Hahaha!! Bajingan lemah, pedangku jadi kotor dengan darah bangs*t" Reus terus mengoceh menghina monster itu.

Ia sudah seperti ayahnya yang menghinanya jika kalah bertarung.

[Anda mendapatkan 20 point stat]

[Anda mendapatkan 10 point stat karena membunuh 5 musuh]

[Anda mendapatkan 20 point stat]

[Anda mendapatkan 20 point stat]

[Anda mendapatkan 500 koin]

[Anda mendapatkan 500 koin]

Notifikasi sistem terus timbul disaat Reus dengan riang gembira membunuh monster ogre itu.

Nama : Reus Rethirissa

Level : 1 (42550/500000)

STR : 82 HP : 12500

VIT : 80 MP : 2500

INT : 70

AGI : 91

DEF : 85

Point stat : 240

Koin : 28550

Exp yang didapatkan : 42550