Chereads / The kingdom of Fair and Ice / Chapter 3 - Jalan kisah

Chapter 3 - Jalan kisah

Suasana kediaman pribadi pangeran terlihat semraut, acak-acakan dan tidak beraturan. Beberapa ornamen berserekahan dilantai. Pangeran Saka sedang mengalami situasi hati yang kurang nyaman, perkataan ayahnya tempo lalu tergiang-giang dalam pikiran. Bagaimana bisa menyentuh dirinya dengan tangan kotor dianggap masalah sepele, tidak habis pikir. Saka membanting semua benda yang ada disekitarnya, merasa sangat emosional.

"Saka!"nada tegas Ratu Ramelda terdengar. Pangeran Saka melirik ibunya dengan sorot mata yang tajam, begitu kesal. Berbalik, memunggungi.

"Kau sadar dengan apa yang kau perbuat? Kamar macam apa ini? Berantakan sekali." Ratu Ramelda berkacak pinggang, memanggil dayang istana untuk membersihkan kamar puteranya. Saka, mendorong dayang-dayang istana. Emosi dalam diri melatup-latup ketika barang miliknya, disentuh oleh dayang. Ratu Ramelda, mendekati puteranya, menjewer. "Saka, ibunda tidak pernah memanjakan dirimu. Berhenti bertindak kasar pada dayang istana." Pangeran Saka memutar bola mata teramat jengah, bodoh amat dengan segala yang dikatakan oleh ibunya, dia sama sekali tidak peduli.

"Jangan sentuh."

Ratu Ramelda merasa geram dengan kelakuan puteranya. "Aku harap ada seorang wanita yang mampu menurunkan ego dan keras kepala dirimu, Saka." Ratu memilih meninggalkan wisma pangeran kembali ke wisma miliknya. Dayang berdiri dengan badan gemetar, takut akan tindakan lancang yang akan dia lakukan. Saka memandang datar dayang itu.

"Untuk apa kalian masih disini? Pergi!"usir Saka. Dayang undur diri pamit dari hadapan sang pangeran. Pangeran Saka mengibaskan tangan ke udara, dalam sekejap ornamen itu tertata rapi diatas meja, dan buku yang semula berserakahan dilantai melayang-layang kemudian berjajar rapi pada rak. Benda tersimpan ulang ditempatnya. Merasa semuanya telah selesai. Saka keluar dari wisma.

***

Berbeda dengan kehidupan Saka yang glamor. Justru Jane hidup sederhana disebuah desa terpencil dibawah naungan kerajaan api. Gadis itu berlarian mengejar seekor kelinci. Pria tua memanggil Jane agar tidak terlalu pergi jauh, gadis kecil itu berbalik mendekat pada orangtua angkatnya.

"Jane, dengarkan aku! Disana bukan dunia mu. Jangan sekali-kali kau singgah dipulau sana, kau mengerti." Jane mengangguk. Namun rasa penasaran nya tetap ada, dalam benak dia berkata, "Suatu saat nanti akan singgah ditempat bersalju itu." Pria tua itu menuntun Jane menjauh dari kawasan perbatasan. Identitas Jane sebagai penerus kerajaan api harus tetap disembunyikan dari semua orang, termasuk musuh.

"Daniel." Jane memanggil pria yang menuntunnya. Pria tua itu terdiam, menoleh. Jane bergelayut manja, mengayun-ayunkan tangannya. Daniel, berjongkok. Menatap Jane dengan seksama. "Sejak kapan kau mengetahui namaku, Jane?"tanya Daniel. Jane kecil tertawa begitu riang dan ceria.

"Daniel seorang penyihir. Sampai kapan akan berwujud wajah tua seperti ini?"balas Jane bertanya. Daniel, menangkup wajah mungil itu, tersenyum.

"Jane mengetahui semuanya?"tanya Daniel. Jane mengangguk, "Ya."

Daniel menjauh memberi jarak. Mengubah tampilan wajah nya lebih muda. Jane tertawa dengan senang, dugaannya benar, wajah lelaki yang selama ini merawatnya ternyata sangat tampan. "Kau tampan." Daniel terpaku untuk beberapa saat merasa tersipu. Mereka melanjutkan jalan.

***

KERAJAAN ES

Pangeran Saka mengambil busur mengarahkan panah, membidik sebuah rusa. Hari nya di istana sangat suntuk maka dia berniat untuk berburu, mencari sebuah kesenangan. Jendral serta prajurit berjaga agak jauh memberi jarak. Panah itu meluncur menancap tepat dibagian belakang badan rusa. Hewan itu langsung ampruk. Saka bersorak gembira, hari ini dia mendapatkan seekor rusa yang besar.

"Jendral."

"Ya, Pangeran."

"Kau bawa rusa itu."

"Baik."

Pangeran berjalan lagi menelusuri hutan lebih dalam. Sepasang kijang sedang bercumbu memadu kasih mengecupi anaknya. Pangeran Saka tersenyum keji, membidik kawanan kijang itu. Jendral merampas busur dari tangan pangeran. Saka, memandang dengan kesal. "Apa?"tanya Saka tidak terima. Kali ini hewan buruannya kabur, mengerang kesal.

"Kau!"nada tegas Saka terdengar. Jendral hanya menatap dengan datar, sadar bahwa mereka sudah memasuki kawasan terlarang. Biasanya pada dewa dan dewi akan turun ke bumi merubah wujud menjadi hewan. Jendral mengetahui jika kijang yang akan diburu oleh pangeran jelmaan dewa. Kesenangannya hancur dalam sekejap. Saka mengibaskan jubah ke belakang, berlenggang pergi dengan hati yang dongkol. Jendral memberi intruksi pada prajurit untuk membawa rusa ke istana. Saka, menaiki kuda memacu dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan Jendral.

Kuda itu terus berpacu liar dijalan hutan yang rimbun, berulang kali meloncat tinggi ketika akar pohon mencuat ke permukaan tanah. Saka, menjadi sangat emosional. Semua orang tidak ada yang mengerti jalan pikiran dan isi hatinya. Saka tiba di perbatasan, wilayah kerajaan api terlihat didepan nya. Ayahnya selalu melarang dia mendekat ke kawasan itu, membuatnya selalu penasaran. Saka turun dari kuda, melangkah mendekat pada sebuah dinding ghaib. Menjulurkan telapak tangan ke depan, menembus dinding itu, terasa sangat hangat, namun kehangatan itu berubah menjadi panas, begitu panas hingga tangan nya melepuh. Saka, mengerang menggaduh sakit, meniupi tangannya yang terbakar. Ternyata bukan tanpa sebab, ayahnya menyuruh dia untuk tidak masuk ke dalam sana, rupanya suhu disana sangat panas.

Seekor kelici meloncat dari sana. Saka mengernyit, bagaimana mungkin hewan itu bisa bolak-balik melewati dua element dengan keadaan baik-baik saja. Rasa penasaran membuatnya tidak kapok. Saka menjulurkan telapak tangan nya kembali, kini dengan perlahan, tetap sama berakhir terbakar tangannya melepuh, bahkan nyaris meleleh.

"Tempat terkutuk." Saka berbalik, kembali menaiki kuda pergi dari perbatasan.

***

Daniel mendudukan Jane.

"Aku harap kau jangan datang ke perbatasan lagi." Jane mengangguk. Daniel pergi ke dalam rumah, tidak lama kembali sembari membawa makanan untuk Jane. Gadis kecil itu bersorak dengan gembira, kue-kue buatan tangan lelaki itu sangat enak. Daniel, duduk disebelah Jane, mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Suatu saat nanti gadis kecil ini akan tumbuh dewasa menjadi wanita yang anggun. Daniel sangat menantikan itu semua, kejayaan kerajaan api akan bangkit ditangan si puteri kecil. Keserakahan adik raja akan terbalaskan. Dibayar setimpal.

Daniel, sendiri merupakan sahabat karieb Ratu Erna, ketika perempuan itu masih belum menyandang gelar Ratu.

"Aku berjanji akan membalaskan semua yang dilakukan oleh Raja Antonio padamu, Erna." Jane memandang dengan tajam.

"Kau berkata apa?"tanya Jane.

"Gapapa, kau hanya perlu makan yang banyak Jane, biar cepat tumbuh menjadi puteri yang sangat cantik." Jane mengangguk, kembali mengambil roti setelah itu dimakan dengan lahap begitu rakus.

Daniel memandang jauh ke depan sana, kelak ketika Jane beranjak remaja dia akan melatih gadis ini menjadi petarung yang hebat dengan ahli sihir.

"Jane, apa kau sudah siap?"tanya Daniel. Jane memandang dengan bingung, kemudian bertanya.

"Apa?"balas Jane.

"Kau harus menjadi pendekar yang hebat, hingga semua orang takut ketika mendengar namamu."