Chereads / The kingdom of Fair and Ice / Chapter 6 - Kembali berjumpa

Chapter 6 - Kembali berjumpa

"Kau pikir itu sebuah kelucuan?"tanya Saka sinis. Jane hanya menatap datar, berbalik. Saka, mencekal tangan Jane. Tidak membiarkan gadis itu pergi. "Kau harus aku hukum! Karena telah melukai diriku."

Jane memandang kesal, "Apa yang aku lakukan?"balas Jane bertanya. Saka, memaksa menarik Jane kembali ke wilayah es. Jane merasakan aura yang lebih dingin.

"Lepaskan! Biarkan aku pergi. Ayahku pasti mencari,"elak Jane berkelit. Saka, tidak mengubris, terus menarik Jane lebih dalam lagi. Rasa dingin membuat Jane tidak tahan, refleks mengeluarkan kekuatannya. Api melingkupi tubuh Jane, membuat setiap langkah yang mereka ambil, kawasan itu mulai mencair. Penduduk mulai risih dengan kejadian ini, menghadang pergerakan sang pangeran.

"Pangeran, siapa yang anda bawa? Wilayah kami semakin meleleh." Saka memandang sekitar, mengernyit. Langsung memandang tajam pada gadis dibelakangnya. "Apa yang kau lakukan? Kau telah membuat kekacauan di kerajaan ku." Jane hanya menggidikan bahu dengan acuh.

"Itu salahmu, aku sudah meminta untuk dilepaskan." Pangeran Saka melepaskan cekalannya, membantu warga untuk membekukan sekitar. Merasa ada celah, Jane berputar kemudian menghilang dari sana. Pangeran Saka berbalik hendak membawa gadis yang ditemukan nya ke istana, namun gadis itu berhasil kabur. Saka, mengerang. Kembali ke perbatasan.

***

Perbatasan antara hutan Eonapia. Pangeran Saka berpendar mencari sosok gadis itu. Mereka kerap kali berjumpa di kawasan hutan dekat perbatasan.

Jane mendarat dengan tepat diatas sebuah batu. Saka, menemukan gadis itu, berjarak sangat jauh darinya. Saka, berniat mengejar namun teringat di pulau sebrang sangat panas. Jane, berbalik menatap kemudian menjulurkan lidah, bergegas pergi dari sana. Saka, mengerang merasa kesal dan tidak berdaya.

"Dasar wanita aneh,"umpatnya.

Pangeran Saka memutuskan untuk kembali ke kerajaan.

***

Jane bersandar pada sebuah pohon bernafas lega, bagaimana jadinya jika dirinya terjebak di pulau sana. Apa pendapat Daniel? Apa lelaki itu akan memarahinya? Berbagai spekulasi pertanyaan singgah dalam pikiran. Beruang kecil itu berontak mengedor-gedor tutup keranjang. Jane membukanya, beruang itu langsung loncat ke pangkuan Jane, membuat keranjang itu terjatuh. Jane terjengkang ke belakang, kemudian tertawa.

"Kau mengagetkanku teman." Beruang itu bersandar di dada Jane, kemudian memejamkan mata. Mereka kembali ke gubuk. Setelah sampai di tempat sederhana itu, Jane hanya duduk selonjoran di pelantara memandang ke arah depan. Daniel, baru saja keluar dari dalam gubuk. "Sudah kau dapatkan tanaman obatnya? Seorang penyihir harus mampu membuat ramuan." Jane terperanjat langsung menoleh. Menengok isi keranjangnya, sial tanaman obat itu terjatuh ketika bertikai dengan pemuda salju. Jane hanya menampilkan raut wajah polos, mecengir.

"Lupa, aku rasa karena terlalu asik bermain dengan para hewan,"elak Jane berkelit. Daniel memandang dengan tajam, matanya memicing. Dia sangat hapal, sorot polos itu sedang berbohong. Daniel mengambil beruang yang ada dipangkuan anaknya, ditaruh di tempat lain.

"Kau harus lebih dewasa! Jangan bermain-main, Jane."

Jane langsung berdiri, memajukan bibir beberapa senti ke depan, macun dan cemberut merajuk. "Bear." ucap Jane seraya mengambil beruang kecil itu.

"Papa boleh marah sama Jane, tapi jangan bawa bear, dia teman baru ku." Daniel hanya menghela, beranjak dari sana.

Daniel kembali ke dalam membawa sebuah tongkat dan dua buah ember, dilempar ke hadapan Jane. Gadis itu terperanjat bahkan sempat terjengkang jatuh terduduk.

"Sebagai hukuman! Kau bawa air dari sungai selama 50 kali balikan." Jane terkesiap, menatap dua ember kecil dan tongkat bambu. Mendesis. Dalam hati bergumam, "Yang benar saja."

"Papa,"rajuk Jane. Daniel, hanya berkacak pinggang memberi kode agar gadis itu segera pergi. Dengan raut wajah tertekuk, Jane memaksakan diri untuk pergi. Membawa ember dan tongkat, berjalan dengan kaki yang di hentak-hentakkan.

Beruang kecil mengintili dibelakang.

***

Sungai IceFair.

Sebenarnya sungai ini merupakan terusan dari wilayah es. Air yang membeku itu melintas ke kawasan api, dan mencair. Jadilah sungai IceFair. Jane memandang hamparan ilalang didepannya. Suara air sungai mulai terdengar, gadis itu berjongkok mengisi ember dengan air. Tongkat itu dipasangkan kemudian diangkat, ditanggungnya. Selama beberapa saat hanya adegan itu yang Jane lakukan.

Dari jauh, Daniel tersenyum. Hukuman itu akan membuat anaknya menjadi sangat lihai dalam bertarung.

Jane merasa sangat lelah hendak berjalan ke 50 kali, tiba-tiba saja kakinya tersandung dan terjatuh. Air yang telah di isi olehnya tumpah. Jane mengerang. Menendang ember itu dengan kesal, tendangan disertai kekuatan hanya membuat ember itu terbakar berputar-putar di udara, jatuh dan mendarat di wilayah kerajaan es. Jane terganga mengumpat, "Astaga. Kenapa aku selalu berurusan dengan pulau sebrang."

Jane mengendap-endap hendak masuk ke wilayah itu, namun dengan sigap Daniel mencekal.

"Hukuman cukup! Kau pulang bersama papa sekarang." Jane membulatkan mata, apakah sejak tadi lelaki ini mengawasinya.

"Ya, papa mengawasimu. Apakah kau berniat memasuki kawasan musuh. Disana sangat berbahaya, Jane."

Jane tertunduk, mengikuti ayahnya. Sesekali melirik ke belakang, berharap jika pemuda salju itu ada disana. Namun hingga ujung jalan, sosok pemuda itu tidak nampak. Jane, menghela.

***

Kerajaan Es.

Raja Antonio dan Ratu Ramelda, sedang menyambut kedatangan puteri Eneulis. Perjodohan terjadi. Kerajaan Es dan Angin sepakat untuk berbesanan. Pangeran Saka memandang dengan datar, tidak ada raut senang diwajahnya. Bukan kah dia sudah menolak untuk dijodohkan, mengapa puteri Eneulis masih di undang kedatangannya.

"Pangeran Saka, ini puteriku Eneulis." ucap Raja Angga memperkenalkan anaknya. Pangeran tidak membalas, hanya mengalihkan pandangan. Entah mengapa yang ada di kepalanya bukan lah gadis ini melainkan gadis lain. Saka, sejak awal tidak mempunyai ketertarikan dengan puteri kerajaan Angin. Berlenggang pergi tanpa membalas sapaan raja Angga.

Puteri Eneulis tersenyum getir, perwatakan pangeran memang sudah sangat dikenal. Puteri Eneulis menyusul, mencekal tangan pangeran. Saka, menoleh dengan kesal.

"Lepas! Kau sudah lancang menyentuh tanganku. Jika kau bukan puteri raja sudah aku hukum seperti para dayang." Mendengar itu puteri Eneulis langsung menjauhkan tangannya. Mundur beberapa langkah.

"Kau akan kemana, Saka?"tanya Eneulis. Pangeran Saka terkekeh. Apakah baru saja, ada yang menanyakan kemana dia pergi? Saka mendekat berbisik, "Menemui kekasih hati." Eneulis terperanjat memandang kaget.

"Kau telah memiliki kekasih?"seru Eneulis bertanya. Pangeran Saka menopang dagu, menimang jawaban yang pas. Raut wajah Eneulis membuatnya semakin asik mengerjai.

"Ya, tentu saja aku punya. Aku tampan, rupawan, dan kharismatik. Banyak wanita yang menjadi kekasihku, mungkin kau salah satunya, kelak."

Eneulis memandang tidak suka, "Dasar pria buaya." Setelah itu pergi meninggalkan Saka seorang diri.

Pangeran bergegas pergi ke perbatasan, barangkali perempuan api itu memunculkan diri disana.

***

Perbatasan.

Satu jam pangeran Saka menunggu, namun gadis yang diharapkan tidak kunjung datang. Saka dibuat geram, berbalik pergi dari sana.