Kegigihan Karen semakin terlihat saat ia mulai berdiri dengan tubuh penuh luka, menantang Maria sekalian. Maria cuma tersenyum dan mengayunkan cambuknya hingga berbunyi.
Pletar..
Pletar..
dan membuat Karen bergidik ngeri, sebab ia sudah merasakannya sendiri. Rasa sakitnya hingga sampai ke tulang belulangnya. Matanya menatap tajam, kali ini ia tidak mau lengah dan menjadi sasaran cambuk Maria itu. Ia akan berusaha menghindari cambuk itu dan mengambil pedang yang sempat terlepas dari tangannya itu.
Karen berlari mengambil pedang itu. Maria langsung melucuti cambuk itu kearah Karen. Ia berguling buat menghindarinya lecutan cambuk Maria. Sayangnya, pedang itu tidak ia dapatkan. Ia takut terkena cambuk berduri itu. "Sial, kenapa mata gue jadi buram? Apa ada sesuatu dengan cambuk itu?" kata Karen. Napasnya sangat sesak. Dan rongga dadanya menjadi sangat sempit. Udara susah untuk keluar masuk kedalam saluran pernapasannya.