"Aku pamit duluan" ucap Cinta.
Nico melirik dengan tajam, memperhatikan gerak-gerik Cinta. Gadis itu terlihat sangat terburu-buru sekali. Mau kemana dia, tanya Nico, sedikit penasaran, tapi bukan Nico namanya kalau tidak gengsi untuk bertanya. Lelaki itu hanya melirik sekilas ke arah Cinta, yang sudah beranjak pergi ke luar kelas dengan tergesa-gesa.
"Mengapa terburu-buru sekali, apa dia harus kerja lagi? Atau ada suatu masalah?" tanya Nico dalam hati pada dirinya sendiri. Nico jelas melihat perubahan ekspresi Cinta setelah membaca pesan di ponselnya.
Sekitar dua menit kemudian, Nico ikut beranjak dari duduknya. Akhirnya dia penasaran juga ingin mengetahui kemana Cinta pergi. Kalau benar Cinta sedang terburu-buru untuk bekerja, harusnya Nico menawarkan bantuan untuk mengantarkannya, dasar bodoh, Nico mengumpat dirinya sendiri. Lelaki muda itu berjalan dengan tenang, berusaha mencari sosok gadis mungil yang seharian ini menempel terus pada dirinya.
"Kemana dia?" ucap Nico, bermonolog. Kepalanya bergerak ke segala arah mencari kemana Cinta pergi.
Langkah Nico berhenti ketika melihat kerumunan orang yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Ada apa sih?" gumam Nico pada dirinya sendiri. Mengapa bisa ada kerumunan seperti ini di kampus, batinnya kesal. Nico paling benci semua hal yang berhubungan dengan keramaian.
Awalnya, lelaki muda itu berniat untuk menghindari kerumunan itu dan kembali ke tujuan utamanya untuk mencari Cinta. Tapi, langkah Nico terhenti saat telinganya mendengar jelas jeritan dari beberapa mahasiswi muda yang meneriakkan nama Jovan berulang kali. Nico langsung membalikkan badannya untuk memastikan pendengarannya.
Jovan terlihat sedang berjalan dengan langkah acuh, pandangannya hanya tertuju pada satu arah. Nico mengikuti arah langkah Jovan, kedua matanya langsung menyipit saat menemukan siapa orang yang Jovan tuju itu. Orang itu tidak lain adalah gadis yang sedang dia cari juga, Cinta. Sinar matanya meredup saat melihat adegan romantis yang disuguhi oleh Jovan. Artis itu memamerkan kemesraannya dengan Cinta. Dia bahkan tidak segan-segan mengelus puncak kepala Cinta dan menggenggam jemari gadis mungil itu.
Riuh sorak kerumunan makin jelas terdengar saat Jovan menarik Cinta pergi, ditambah dengan perlakuan gentleman dari Jovan pada Cinta, seperti membukakan pintu mobilnya, seakan Jovan sudah tidak ragu lagi untuk menunjukkan kebenaran dari rumor yang selama ini berseliweran muncul di semua media.
"Hmm, aneh sekali" gumam Nico, pelan. Sepasang matanya masih tetap mengawasi kepergian mobil sport mewah berisi sepasang sejoli, yang Nico yakin akan membuat kehebohan esok hari, sampai mobil itu hilang dari pandangan mata.
_______________
"Kita mau kemana?" tanya Cinta bingung.
"Kan gue udah bilang, hari ini gue mau buat elu terlihat cantik" ucap Jovan.
Cinta tidak menjawab, wajahnya menampilkan ekspresi tidak senang karena kalimat Jovan belum menjawab pertanyaan dirinya. Jovan melirik sebentar, memperhatikan wajah kekasih bayarannya itu. Kadang Jovan tidak mengerti ekspresi dari Cinta. Gadis ini sulit untuk ditebak, pikir Jovan. Bukankah seharusnya semua gadis akan bahagia kalau diberikan kejutan seperti yang dia lakukan tadi, mengapa gadis ini justru terlihat tidak senang, tanya Jovan dalam hati.
"Lu enggak suka gue jemput kaya tadi?" tebak Jovan. Cinta mengangguk tanpa ragu. Jelas dia tidak suka. Jovan sudah membuat keributan di kampusnya.
"Kenapa?" tanya Jovan, bingung. Dia yakin banyak gadis diluar sana yang bermimpi bisa merasakan hal romantis seperti yang sebelumnya Jovan lakukan pada Cinta.
"Tadi terlalu gaduh, aku enggak suka" jelas Cinta.
Jovan cukup terkejut mendengarnya. Dia pikir semua gadis pasti akan tersipu-sipu malu, tersenyum bahagia atau mungkin bersorak kegirangan bila mendapat perlakuan seperti itu, apalagi Jovan bukan orang biasa, dia penyanyi muda dan tampan yang paling terkenal saat ini. Padahal hari ini Jovan sudah memakai mobil sport yang paling mewah dan berusaha tampil setampan mungkin, tapi sama sekali tidak membuat Cinta
"Sungguh gadis aneh," gumam Jovan dalam hati. Sebelumnya, saat agensinya menawarkan sejumlah uang, gadis ini justru meminta beasiswa dan pekerjaan untuknya. Hari ini, Jovan berniat untuk memberikan kejutan, lagi-lagi gadis ini menunjukkan rasa tidak suka yang jelas.
"Kenapa dijemput, bukannya kita sudah janjian di gerbang, kalau begini nanti heboh lagi besok" keluh Cinta.
"Tenang aja, besok juga udah mau konferensi pers, sekalian aja" balas Jovan. Dia sengaja berbuat seperti itu untuk memanfaatkan momentum sebelum konferensi pers besok.
Cinta melirik sebal ke arah Jovan. Bagaimana bisa lelaki ini bertingkah santai seperti ini. Sementara Cinta merasa takut untuk menghadapi hari-hari selanjutnya sebagai mahasiswi dikampusnya. Jovan menatap lurus ke depan, tapi dia tahu kalau Cinta jelas tidak menyukai aksi romantisnya siang ini.
"Jadi sebenarnya kita mau kemana?" tanya Cinta lagi. Dia masih belum mendapatkan jawaban pasti dari Jovan tentang tujuan mereka siang ini.
"Salon, buat make over kamu. Sebelum konferensi pers tampilan kamu harus diubah, kita juga harus beli baju yang cocok buat keseharian kamu" jelas Jovan.
Lagi-lagi Cinta mengerutkan keningnya. Apa yang salah dengan penampilan dirinya, ucap Cinta dalam hati. Terakhir kali dia mengubah penampilannya malah mendapatkan masalah, batin Cinta lagi.
"Kenapa? Enggak suka?" tanya Jovan lagi. Penyanyi ini semakin heran mengapa gadis ini berbeda sekali. Bukannya salon adalah salah satu sumber kebahagiaan para gadis, tanya Jovan lagi dalam hati.
"Ya, memang ada yang salah sama penampilan aku?" tanya Cinta dengan polos. Yah, dia memang bukan gadis tercantik di kampus, tapi rasanya penampilan dirinya masih bisa masuk dalam kategori "lumayan", pikir Cinta. Buktinya saja video make over Frida tempo hari langsung viral. Raut wajah Cinta sedikit muram mengingat hari itu. Harusnya saat itu dia tidak menuruti ajakan Filda. Kalau saat itu dia menolak, sudah pasti hubungan Filda dan dirinya masih baik-baik saja dan dia tidak perlu terlibat dalam masalah seperti ini, keluh Cinta lagi tapi hanya bisa mengeluh dalam hati saja.
"Ini konferensi pers, bukan jalan-jalan ke mall, jadi harus tampil bagus" balas Jovan lagi. Memang tidak ada yang salah dengan penampilan sederhana dari Cinta, Jovan hanya khawatir media akan mengkritik atau memberikan komentar pedas mengenai penampilan Cinta nanti kalau dia tidak memperbaiki penampilan gadis itu hari ini. Semua harus sempurna. Jauh di lubuk hati Jovan, dia selalu merasa bersalah pada Cinta.
"Jadi harus make over" jelas Jovan lagi.
"Hmm, " balas Cinta pelan. Dia memalingkan wajahnya, memandangi pemandangan dari jendela mobil. Pikirannya melayang kesana kemari, hanya satu yang Cinta pikirkan, bagaimana dia harus menghadapi semua orang di kampus setelah konferensi pers besok. Apakah semua orang akan mencemooh dia lagi, atau akan banyak orang yang pura-pura baik dan mendekatinya lagi. Entahlah, memikirkannya saja sudah membuat kepala Cinta terasa penuh.