"Jadi mau manggil aku dengan sebutan apa? Panggil Cinta juga kaya nama kamu? Atau Bebeb? Darling? Honey? Bae?" goda Jovan, wajahnya perlahan mendekati wajah Cinta. Jovan sengaja berlaku seperti itu untuk menggoda Cinta, dia juga ingin melihat ekspresi Cinta bila digoda seperti ini. Gadis itu minim ekspresi bila bersama dirinya.
Cinta mundur perlahan seiring pergerakan Jovan ke arahnya, berusaha menghindari Jovan. Gadis itu mengerutkan keningnya mendengar kalimat yang Jovan lontarkan. Semua panggilan sayang itu membuat perut laparnya semakin terasa mual. Sayang, Bebeb, darling, apalagi honey, dia benar-benar tidak sudi menyebutkan panggilan itu untuk Jovan. Biarlah semua panggilan itu nanti dia berikan pada lelaki yang benar-benar dia cintai dengan tulus, bukan untuk kekasih pura-pura seperti Jovan.
"Kak, Kak Jovan. Aku panggil seperti itu, apa boleh?" tanya Cinta cepat.
Cinta segera menggeser posisi duduknya, membuat jarak sejauh mungkin dari Jovan. Cinta merasa tidak nyaman, walaupun dia sudah tahu kemana arah orientasi seksual Jovan, tapi lelaki itu tetap saja lelaki. Siapa yang bisa menjamin Jovan tidak tergoda dengan perempuan, yah walaupun Cinta juga tidak pernah merasa sebagai wanita yang menarik, tapi tetap saja dia perempuan dan Jovan lelaki.
Mendengar kalimat balasan Cinta dan melihat Cinta menjauh, niat Jovan untuk menggoda sirna. Huh, benar-benar tidak seru, batin Jovan dalam hati. Gadis ini memang hanya memposisikan hubungan mereka sebagai hubungan kerja sama saja, pikir Jovan lagi.
"Yah, bolehlah. Kakak oke juga" ucap Jovan dengan wajah datar.
"Em.." Cinta mengangguk. Mengambil minuman yang sudah tersaji dihadapannya untuk meredakan laparnya.
Beberapa saat kemudian muncul dua pelayan butik sambil mendorong dua buah gantungan baju berisi banyak setelan baju yang sebelumnya diminta Jovan.
"Silakan nona, dicoba dulu baju-bajunya" ajak seorang pelayan dengan sopan ke arah Cinta.
Cinta terbengong dalam duduknya. Dia terkejut melihat banyaknya baju dihadapannya. Otaknya mulai berpikir, berapa uang yang harus dikeluarkan untuk membeli baju sebanyak itu. Memegangnya saja Cinta tidak berani, apalagi mencobanya. Dia juga tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia sampai merusak baju-baju itu.
"Sayang, kok malah bengong, ayo dicoba dulu, aku pengen lihat cocok tidak sama kamu" ucap Jovan dengan lembut sambil menyentuh tangan Cinta dengan lembut. Akting lelaki itu benar-benar sempurna untuk menunjukkan kalau mereka berdua memang sepasang kekasih.
"Eh?" Cinta tambah linglung. Sementara kedua pelayan itu tersipu sendiri melihat kemesraan yang ditujukan Jovan pada Cinta.
Cinta melirik ke arah tangan Jovan yang masih berada di atas jemarinya. Dia ingin menarik tangannya, Cinta tidak suka kontak fisik terlalu sering seperti ini, bukannya sudah ada di perjanjian awal mereka, walaupun berpegangan tangan masih diperbolehkan. Tapi Cinta mengurungkan niatnya. Masih ada orang lain disana, sandiwara mereka tidak boleh terungkap begitu saja.
"Ah, iya. Aku.. aku cuman terkejut, ternyata banyak sekali baju yang harus dicoba ya, hehehe.." balas Cinta, tertawa kaku.
"Silakan Nona," ucap pelayan itu lagi. Cinta mengangguk, mengikuti pelayan itu untuk memulai mencoba semua baju yang ada disana.
Gaun pertama yang Cinta coba adalah sebuah gaun malam berwarna merah terang berhias beberapa manik berwarna senada, dengan potongan dada yang cukup rendah, tanpa lengan dan menjuntai panjang, sehingga membuat tubuh mungil gadis itu tenggelam.
"Sudah selesai? Aku mau lihat Sayang" panggil Jovan. Tetap konsisten dengan panggilan "Sayang" nya. Pria itu keheranan mengapa Cinta tidak kunjung selesai mencoba gaun pertamanya.
"Mbak, kayanya enggak cocok deh" ucap Cinta sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya diri memakai gaun ini.
"Pak Jovan mau lihat Nona, coba keluar dulu" pinta pelayan itu dengan sopan.
Cinta menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia mau tidak mau dengan berat hati harus keluar dari kamar pas, dan menunjukkan penampilannya pada Jovan. Cinta yakin lelaki itu akan mengolok-olok penampilannya.
Benar saja, baru satu detik Jovan melihat penampilan Cinta saat keluar dari kamar pas, tawanya langsung meledak. Gadis itu terlihat lucu. Sementara dihadapannya Cinta sudah merengut karena ulah Jovan yang menertawakan dirinya.
"Jelek banget?" tanya Cinta, masih berusaha menahan kekesalannya.
"Banget!" jawab Jovan, tanpa ragu sedikitpun. Cinta memajukan bibirnya, pertanda semakin kesal.
"Emm, coba carikan pacar saya ini gaun yang pendek saja, jangan long dress seperti ini" perintah Jovan pada pelayan itu.
"Baik, mohon maaf Pak" sahut pelayan satu lagi, menyadari kesalahannya.
Jovan berdiri dari duduknya, menghampiri gantungan baju, memilih beberapa baju yang dia rasa cocok untuk Cinta, lalu memberikannya pada gadis itu untuk dicoba.
"Nih, sementara nunggu yang lain, coba yang ini dulu" ucap Jovan.
Cinta menurut saja. Dia melirik sebentar beberapa dress pilihan Jovan.
"Hmm, lumayan juga pilihannya" batin Cinta dalam hati.
"Ayo cepetan dong, Yang coba yang aku pilih" perintah Jovan lagi, menarik tangan Cinta untuk segera masuk ke dalam ruang pas.
Cinta menurut, dia berjalan ke dalam diikuti pelayan yang membawa beberapa potongan dress pilihan Jovan.
"Wah, Nona beruntung banget, pacar Nona baik sekali" ucap pelayan itu sambil tersenyum. Cinta hanya membalas dengan senyuman datar. Kalau saja pelayan ini tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka, pasti dia tidak akan mengatakan kalau Cinta adalah gadis yang sangat beruntung.
Gaun yang Cinta coba adalah gaun pendek, model A-line sebatas lutut berwarna pastel, dengan tangan pendek. Gaun itu dilengkapi dengan tali pinggang kecil.
"Wah, pas sekali" ucap pelayan itu dengan mata berbinar. Tubuh mungil Cinta terlihat lebih jenjang dan berisi. Dia pun terlihat lebih dewasa.
"Ayo Nona, Pak Jovan pasti sudah tidak sabar melihat cantiknya Nona dengan gaun ini" ajak pelayan itu lagi.
"Tuan," panggil pelayan itu. Jovan memalingkan wajahnya ke depan, mendapati Cinta yang terlihat menawan dengan mini dress pilihannya.
"Nona cantik sekali dengan dress pilihan Tuan" ucap pelayan itu lagi.
"Bagus enggak?" tanya Cinta, kebingungan karena Jovan hanya menatap dirinya dengan bergeming.