Chereads / INDESCRIBABLE FEELING / Chapter 37 - Still In Chapter 4

Chapter 37 - Still In Chapter 4

Hembusan angin malam mulai menyelinap masuk ke dalam kamarku. Jam dinding sudah hampir menunjuk pukul 10, tetapi tetap saja mataku enggan terpejam. Kuraih ponselku dan mencoba memeriksanya barang kali ada pesan yang masuk. Kulihat nama Liao Jin berada di atas dan mengirimkan pesan padaku satu jam yang lalu. Rasanya aku terlalu kejam padanya, tiba-tiba membatalkan pulang bersama tanpa memberitahunya.

"Malam, Yuan Lin. Maaf jika aku mengganggu waktu istirahatmu. Aku tak tahu jika kau sudah ada janji pulang bersama Zhai Lian, tapi tenanglah aku tidak apa-apa. Tapi, mengapa kau tak jujur padaku dan menerima ajakan pulang bersamaku siang itu? Apa kau tengah mempermainkanku?" bacaku yang membaca isi pesan singkat Liao Jin. Tiba-tiba tubuhku gemetar, nampaknya kali ini ada hati yang sudah kupatahkan.

"Liao Jin, maafkan aku. Tapi sungguh aku tak ada maksud untuk melukaimu. Bukankah tadi kau bilang bahwa ada sesuatu yang ingin kau tunjukan padaku? Apa itu?" balasku dengan harapan semoga ia cepat membukanya. Kulihat tanda online mulai muncul, nampaknya Liao Jin belum tidur.

"Ya, tapi kurasa kau takkan mau melihatnya." bacaku isi pesan Jin yang membuatku semakin merasa bersalah.

"Janganlah seperti itu, kau memaafkanku, bukan?" tanyaku kembali. Kulihat tulisan Typing berada di kolom chat kami.

"Ya. Aku akan selalu memaafkanmu."

"Kalau begitu tunjukan rahasia itu padaku ketika pulang sekolah esok, bagaimana kau setuju?" balasku lagi kali ini aku harap ada suatu hal baik yang bisa kuterima setidaknya aku bisa menebus kesalahanku sore tadi.

"Baiklah. Tapi jangan kau bohongi aku lagi ya, esok kau pulang bersamaku." balas Liao Jin yang membuatku tersenyum manis. Liao Jin memang pria yang baik.

"Ya sudah, tidur lah ini sudah jam 11 malam." balasnya lagi. Perlahan tanda online kembali meredup sepertinya Liao Jin mematikan ponselnya. Tapi tak apa, setidaknya dia telah memaafkan kesalahanku hari ini.

Namun, mataku kembali tertuju pada sebuah nama yang kubuat menjadi daftar favorite-ku, siapa lagi kalau bukan Xiao Jianghan.

"Ternyata sudah 2 minggu yang lalu, aku mengirimkan pesan pada Jianghan." ucapku sembari memandangi foto profil Jianghan. Ia terlihat sangat mengagumkan dengan balutan pakaian hitam.

Kulihat tanda online mulai terlihat di sana.

"Rupanya dia belum tidur." ucapku lirih sembari terus memandangi layar ponselku.

Aku mulai bertanya-tanya apakah aku harus mengirimkan pesan padanya atau tidak? Karena sore ini ia melihatku pulang bersama Zhai Lian.

Kuberanikan diri dan mengirimkannya sebuah pesan singkat, "Hai, apakah kau masih belajar?"

Aku pun langsung menutup ponselku dan membaringkannya di sampingku rasanya tak kuasa aku melihat balasannya. Akankah ia membalas pesanku?

Tiba-tiba ponselku berdering, kulihat nama Xiao Jianghan berada di atas pemberitahuan pesan.

"Tidak, ada apa? Mengapa kau menghubungiku tengah malam seperti ini?" balasnya yang membuat aku tersenyum semringah.

"Tidak ada, hanya saja aku ingin sekali menyapamu. Sudah 2 minggu lamanya kita tak saling mengirimkan pesan." balasku kali ini Jianghan membalas agak lama.

"Kalau begitu, tidurlah ini sudah malam." balasnya dan kulihat tanda online sudah ikut meredup dari ponselnya. Lagi-lagi dia yang mengakhiri obrolan malam ini. Sungguh menyebalkan padahal aku hanya ingin bertukar kabar.

Sementara itu, di sebuah ruangan putih dengan beberapa buku tersusun rapi di atas meja terlihat seorang pria berbaju biru tengah memandangi langit malam dengan lekungan senyum yang terhias di wajahnya.

"Cinta? Dengan mudahnya mereka menyebut ini cinta." ucapnya dengan memandangi sebuah buku romansa yang tergeletak di sisinya.

Senyum di wajahnya kini mulai memudar, "Rasanya agak menggelikan jika kuutarakan, tapi jika benar aku terjerat cinta pada gadis aneh itu, apa yang harus kulakukan?" ucapnya dengan nada lirih sembari tangan kanannya menyentuh dada sebelah kirinya dan merasakan detak jantungnya yang semakin kencang ketika ia memikirkan sosok perempuan yang telah lama ia pendam.

Sang surya mulai menyebarkan seberkas cahayanya, hari baru mulai berganti. Aku bergegas pergi ke sekolah dengan sepedaku. Namun, tak lupa hari ini aku harus menyelesaikan misi Chapter ke-4 buku cintaku, aku tak boleh mengeluh dengan semua keadaan dan selalu bersikap positif.

Seharusnya hari ini aku harus sudah menginjakan kaki di Chapter 5, karena kemarin aku dirundung masalah hingga membuatku kesal sampai aku melupakan hal positif pada diri dan tips di Bab 4. Mau tak mau aku harus mengulangnya.

"Baiklah, Yuan Lin hari ini kau harus terus memasang senyum ramah dan tebarkan aura yang positif." ucapku untuk diriku sendiri sembari mengayuh pedal sepedaku.

Kukayuh sepedaku kuat-kuat sembari menikmati hembusan udara pagi yang segar, rasanya memang sedikit berbeda jika kau mencoba untuk mengeluarkan energi positif dalam diri dan berusaha bahagia dengan hidup yang kau jalani. Kau akan merasakan suatu hal yang luar biasa ketika kau mau bersyukur.

Kau tak perlu malu dengan semua hal yang ada pada dirimu, jangan kau bandingkan pencapaianmu dengan orang lain, setiap orang memiliki hal dan prestasi tersendiri. Karena Tuhan telah menciptakan makhluk-Nya dengan keunikan dan kesempurnaan masing-masing. Cukup cintai dirimu dan kau akan merasa lebih baik. Itulah yang kurasakan selama aku membaca buku bersampul merah berjudul "1001 Tips For Express Your Love" milik kawan Shu In.

Kutarik rem sepedaku dengan kuat, mataku mulai melihat seorang pria dengan jaket biru yang berdiri kokoh di sudut gang rumahku bersama sepeda hitamnya. Pria itu…. Xiao Jianghan? Aku mulai menampar pipiku dengan keras, apakah aku ini sedang bermimpi? Mengapa Jianghan ada di sini? Aku terus bertanya-tanya dari kejauhan.

Hatiku mulai gelisah, "Apa yang harus kulakukan sekarang? Meninggalkannya atau menghampirinya?"

Pria itu mulai sadar akan keberadaanku, Jianghan mulai melambaikan tangannya ke arahku.

"Yuan Lin!" Mataku terbelalak mendengar suara teriakannya yang menyebut namaku. Ini pertama kalinya setelah sekian lama ia tak memanggil lengkap namaku dan bergegas menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku

"Menunggumu, apalagi?" jawab Jianghan dengan nada cueknya dan bergegas menaiki sepedanya. Aku masih diam memandanginya, sebenarnya dia bermimpi apa semalam hingga menjemputku di depan gang rumah seperti ini?

"Hei, apa yang kau lamunkan? Kau tak ingin pergi ke sekolah?" tambahnya kali ini dengan membunyikan bel sepedaku yang membuatku terbangun dari lamunanku. Aku hanya tersenyum membalasnya.

"Ini pertama kalinya dalam seumur hidupku aku bisa pergi ke sekolah bersamamu dan kau tahu aku senang sekali." ungkapku padanya yang mengayuh sepeda bersamaan.

"Aku tahu." jawabnya dengan singkat

"Ngomong-ngomong, mengapa kau menungguku tadi? Apa ada yang ingin kau bicarakan padaku?" tanyaku sekali lagi.

"Tak ada hal yang ingin kubicarakan, tadi aku hanya kebetulan lewat saja." ucapnya yang membuatku mengangguk paham.

"Hubunganmu dengan Zhai Lian?" tambahnya yang membuatku menarik rem di tengah perjalanan dan menatapnya. Kulihat sorot mata dan body language Jianghan mulai sedikit gerogi jika membahas masalah Zhai Lian.

"Mengapa kau menanyakan hal itu padaku?" cetusku dengan menatap tajam matanya. Jianghan mulai menggaruk kepalanya sepertinya ia sedikit menyesal karena menanyakan hal ini padaku.

"K-Karena…"

Aku masih terus menyidik ke arahnya.