Gerbang es terbuka. Untuk menyambut mereka, semua penduduk berbaris di pinggiran jalan.
Mereka menyambut kemenangan hari ini, dan menyoraki para pasukan yang kembali dari medan pertempuran.
Di ujung jalan, gerbang istana terbuka dan para prajurit penjaga istana terlihat berbaris rapi. Raja Liang Feng di temani ratu Fe shu dan para petinggi negeri air berdiri menyambut mereka.
"Ayah kami kembali membawa kemenangan pertama negeri air.", Ucap Lilou kepada ayahnya.
Mereka menunduk memberi salam kepada raja Liang Feng dan hanya Mi Kuo yang tetap berdiri tegak.
"Selamat anak-anakku, dua belas hari kita menelan kekalahan. Banyak daerah kita yang sudah di kuasai oleh negera api, sekarang kalian memukul mundur pasukan mereka." Ucap raja.
"Jadi dua belas hari kalian kalah terus?" Tanya Mi Kuo.
"Iya, makanya banyak daerah kami di rebut oleh mereka.", "Jenderal Gyeon Chang, perintahkan para tabib mengobati semua prajurit yang terlukan dan makamkan prajurit yang meninggal di medan perang."
"Siap.. Yang mulia..", Jawab jenderal gyeon chang lantang.
"Baiklah ayo masuk semuanya." Ajak ratu fe shu.
Mereka berjalan bersama dan di dahului oleh raja Liang Feng dan ratu Fe shu, diikuti oleh anak-anaknya.
Mi Kuo berjalan di antara menteri dan para jenderal negeri air.
Dia memasuki istana megah itu, di aulah dia di takjubkan dengan tatanan kursi-kursi yang sangat indah.
Kursi raja berada tepat di depan. sangat megah dan berukirkan sayap elang dengan motif keren, kursi ratu bermotifkan kupu-kupu yang hinggap di tangkai.
Dan kursi lainnya bermotif kepala harimau.
Raja dan yang lainnya duduk di kursi masing-masing. Mi Kuo tetap berdiri dan terpaku sambil matanya melirik kesana kemari.
"Ayahanda, dia adalah orang yang menolongku menghabisi para pasukan siluman sehingga negeri api dapat di pukul mundur." Jelas Lilie yang langsung berdiri dari kursinya.
"Oh.. Benarkah.", "anak muda siapa namamu dan dari mana asalamu?", Tanya waja Liang Feng.
"Hamba dari dunia manusia, nama hamba Mi Kuo.
Hamba kemari untuk tujuan menjadi seorang pemimpin alam dewa, walau hamba tidak tahu yang sebenarnya terjadi." Jelas Mi Kuo.
Semua orang yang hadir di istana kaget mendengar itu.
"A-apa kau sungguh sang ksatria dewa yang akan memimpin alam dewa ini?", tanya Raja Liang Feng
Mi Kuo hanya mengangguk dan tersenyum.
Raja Lien feng langsung beranjak dari kursinya dan berlutut di hadapan Mi Kuo, melihat itu semua yang hadir di aula juga beranjak dari kursinya lalu berlutut juga.
"Eh.. Yang mulia kenapa melakukan itu?", mengangkat tubuh raja Lien feng yang berlutut di depannya.
"Anggap saja saya adalah ksatria biasa, tidak perlu anda berlutut di hadapan saya."
"Tapi anda adalah sang ksatria para dewa, sudah dari ribuan tahun kami para dewa harus melakukan itu pada ksatria yang sudah di takdirkan." Ucap raja Liang Feng menjelaskan.
"Tidak, saya tidak menginginkan hal seperti itu. Lagi pula saya juga belum mengumpulkan kedua belas mutiara bintang itu yang mulia."
Raja Liang Feng mengangguk pasrah.
Terdengar keramaian dari halaman istana, semua penduduk sudah duduk di kursi Es yang di sediakan pelayan di halam istana.
"Baiklah, saat matahari tenggelam pesta akan segera di mulai. nikmati pesta kemenangan hari ini.
Dan jenderal gyeon,
Jangan lupa membuat strategi perang untuk besok." Ucap sang raja.
Jenderal gyeon mengangguk senang.
********
Matahari mulai tenggelam, pesta telah di mulai.
Semua orang turun dan merayakan pesta bersama-sama, Mi Kuo hanya meminum anggur di meja tengah.
Terdapat banyak sekali meja dan kursi untuk di tempati orang-orang di halaman istana.
Saat ingin memasukkan minuman anggur kedalam mulutnya yang ke delapan kalinya, terdapat tangan seorang wanita yang menahannya.
"Jangan berlebihan, besok kau tidak bisa membantu kami berperang loh.", ucap Lilie sambil terus memegangi tangan Mi Kuo.
Mi Kuo hanya tersenyum melihat Lilie yang berada di sampingnya.
"Kau benar, selama di dunia manusia aku belum pernah meminum delapan gelas anggur. Sungguh, anggur di sini enak sekali."
Lilie hanya mengangkat pundaknya.
Bulan sudah mulai bercahaya terang benderang, sudah waktunya tengah malam. pesta pun selesai, para pelayan membereskan sisa pesta perayaan dan para prajurit penjaga kembali melakukan tugasnya. Penduduk kota pulang dengan hati gembira.
Walau sudah tengah malam,
Mi Kuo dan para petinggi negeri es, berkumpul di ruang rapat karena sang raja ingin membahas strategi perang untuk esok hari.
"Jenderl Gyeon, bagaimana strategi untuk hari esok?" Tanya raja Liang Feng.
"Untuk saat ini ratusan pasukan siluman sudah di kalahkan oleh saang ksatria-".
"Maaf jenderal gyeon, panggil saja Mi Kuo. Panggilan sang ksatria sungguh asing bagiku."
Sahutnya, jenderal gyeon hanya mengangguk setuju.
"Karena pasukan siluman banyak di kalahkan, otomatis mereka akan menambah pasukan lebih banyak. Dan.. Biasanya negeri api membagi tiga bagian pasukannya, dan pangeran api sebagai panglima akan selalu berada di pasukan kedua atau tengah.", "oleh karena itu, pasukan siluman akan di tempatkan di tengah-tengah. Jadi, pangeran Lilou sebagai panglima perang harus berada di tengah untuk memukul mundur pangeran api.", Jelasnya.
Semua setuju dengan pendapat jenderal gyeon, kecuali Mi Kuo.
"Menurutku, atas kekalahan mereka tadi tidak mungkin akan sama saja formasi mereka. Jika memang pasukan siluman itu di tengah formasi anda sangat efektif karena pasukan yang di pimpin pangeran Lilou terbilang banyak, tapi jika sebaliknya kita malah akan terkikis dari samping kiri atau kanan.", jelas Mi kuo.
"Jadi?", tanya Lilie.
"Yang mulia, untuk saat ini apa ada dari ksatria di sini yang bisa membunuh pasukan siluman tingkat tinggi ?", tanya Mi Kuo.
Dia melirik semua orang yang ada di sana, dan mereka hanya terdiam.
"Sayangnya tidak ada-".
"Maka dari itu saya akan mengambil alih daerah tengah, tapi saya tidak akan membawa satu pun prajurit."
"Itu artinya kau menjadi panglima?", tanya Lilie.
"Itupun jika di perbolehkan. kalau aku berada di tengah aku bisa lebih cepat berpindah ke area lain yang terdapat pasukan siluman."
"Apa kau yakin tidak membawa satupun pasukan yang mengikutimu?", Tanya raja.
Mi Kuo menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, sekarang kau adalah panglima tanpa pasukan."
Semua orang di aula mengangguk setuju dan tersenyum kepada Mi Kuo, terutama Lilie yang mulai penasaran dengan Mi Kuo.
"Terim kasih, ini adalah hal yang sangat berarti bagi saya sebagai manusia biasa.", Ucapnya kepada raja liang Feng.
Pertemuan di bubarkan dan semua kembali keruangan masing-masing.
Negeri api akan menerima kekalahan dan membangkitkan api kebencian kepada Mi Kuo.
•
•
•
•
•
BERSAMBUNG..