Mereka berjalan jauh dari kerajaan es. Mi Kuo berhenti di sebuah sungai dangkal yang alirannya pelan. Sungai yang sangat tenang, banyak ikan berlompatan dan berenang kesana kemari.
"Kita istirahat dulu di sini. Biarkan kuda putih minum, dan tas ini taruh sini saja.", Katanya sambil menurunkan tas.
Lilie mengajak kuda putih minum air di sungai.
"Hei di tas ada mangkuk, aku membawanya untuk minum!" Teriak Lilie di pinggir sungai.
Mi Kuo mengambil mangkuk di tas, dia melihat banyak pakaian dan buah-buahan alam dewa yang di bawa Lilie.
"Kau kira sedang piknik hah? bawa buah sebanyak ini."
Lilie yang sedang mengikat tali kuda putih di pinggir sungai tersenyum melihat Mi Kuo.
"Kau kan manusia, jadi pasti butuh makan kan. Jadi kubawakan buah khas dari sini untukmu.", Jawab Lilie sambil berjalan menuju Mi Kuo.
Lilie duduk di atas batu tempat Mi Kuo menaruh tasnya.
Mi Kuo melirik ke sungai, air keluar dari sungai dan jatuh di dalam mangkuk.
"Apa salah satu sihirmu?", tanya Lilie penasaran.
Mi Kuo hanya mengangkat pundaknya, dan memiringkan kepalanya. mereka menikmati buah yang di bawa Lilie dengan berbincang dan bercanda.
Saking serunya, mereka tak sadar kalau matahari mulai terbenam, Mi Kuo mengambil ranting pohon yang berjatuhan di dalam hutan tadi.
Lilie hanya duduk diam, sambil tangan kanannya memegang buah persik alam dewa dan tangan kirinya membawa mangkuk berisi air tadi.
Mi Kuo mengumpul kan kayu-kayu itu di tengah antara mereka.
Dia menyemburkan api kecil dari mulutnya dan membakar kayu itu, Lilie kaget karena Mi Kuo bisa mengendalikan kekuatan api. Dia berpikir hanya kekuatan air yang dapat di kendalikan oleh manusia ini tapi itu semua salah.
"Kau, bisa mengeluarkan api?", tanya Lilie dengan wajah bingung.
"Kenapa? aneh?". Kata Mi Kuo, dan membuka tas isi buah.
"Salah satu sihir juga?".
"Kau tau, aku menguasai banyak ilmu sihir spiritual. Jadi wajar dong aku bisa, kenapa malah kaget?"
"Ehmm..", gerutu Lilie. "kayaknya memang pantas kau menjadi seorang pemimpin."
"Pantas apanya, orang aku enggak tau apa-apa, Eh malah di takdirin jadi pemimpin alam dewa atau apalah itu.", jawabnya dengan nada mengeluh.
"Padahal banyak dewa yang ingin jadi pemimpin. Tapi kau, malah mengeluh terus."
"Terserah lah, hari sudah malam, ayo tidur. Besok lanjut lagi."
Langit sudah gelap, hanya suara jangkrik dan percikan api unggun yang terdengar, kunang-kunang berterbangan menyinari malam.
Saat gelap gulita, mereka berdua terlelap tidur tak terkecuali kuda putih.
Suara langkah kaki dari balik semak-semak terdengar mendekat. Seseorang dengan topi caping menyiram api unggun dengan pasir.
Dia menghampiri tas Lilie dan langsung mengangkatnya di pundaknya, Mi Kuo yang sedang tertidur lelap tak sadar bahwa tasnya di bawa orang.
"Ehm.. Dengkurannya berisik sekali.", gerutu prang itu. "hah, dia juga bawa katana."
orang misterius itu dan mencoba mengambil katana Mi Kuo yang di sandarkan di batu.
Saat orang itu menyentuh pedang itu, air sungai naik dan melukai tangan orang itu, Mi Kuo sedikit tersadar sebentar dan kembali melanjutkan mimpi indahnya.
"Kurang ajar, untung enggak jadi bangun nih orang.", Kata orang misterius itu dengan nafas lega.
"Kalau urusan mencuri dan menyelinap, aku lebih ahli dari pada mata-mata kerajaan manapun. Hehehe." , katanya dan pergi meninggalkan mereka berdua.
********
Matahari menampakkan wujudnya, Lilie sudah terbangun, dan melihat bahwa tasnya sudah tidak ada.
"Hei..hei.. Mi Kuo. Bangun bodoh, tasnya hilang.", katanya sambil menarik jubah Mi Kuo.
"Ehm.. Apaan sih, ganggu aja?"
"Tasnya hilang bodoh. Bagaimana ini, pakaianku hilang semua."
Mi Kuo segera bangun dan kaget melihat tasnya sudah tidak ada.
"bener gak ada?".
"Lah kau kira bohongan?".
Mereka bingung dan Lilie melihat sisa kayu bekas api unggung tertumpuk pasir. Mi Kuo juga melihat bercak darah di rumput sekitar pedangnya.
"Orang ini pasti, berusaha mengambil pedangku." Ucapnya.
"Kenapa kau bisa tau?", tanya Lilie bingung.
"Pedang ini hanya di pakai orang tertentu, jadi dia pasti terkena serangan penjaga pedang ini." Jelasnya.
"Lalu bagaimana?", tanya Lilie melirik Mi Kuo.
"Kita lanjutkan perjalan, Kayaknya di sana ada jembatan tua. Mungkin masih bisa di lewati".
Lilie melepas tali kuda putih pada kayu yang ia tancapkan di pinggir sungai, dan mereka berjalan ke jembatan kayu tua itu.
Sampai di sana, Mi Kuo mencoba menginjak jembatan itu dan tak terjadi apa-apa.
Dia menoleh ke Lilie dan mengangguk, Lilie pun lanjut berjalan dengan kuda putih.
Tak lama berjalan, mereka melihat sebuah desa dengan banyak rumah-rumah penduduk yang roboh.
Di tengah desa terdapat sebuah tenda besar dengan bendera lambang api. Mi Kuo yakin desa ini yang di tempati negeri saat perang dua hari lalu.
"Waah.., kok banyak bangunan hancur?", kata Lilie yang berjalan di belakang Mi Kuo.
Mereka memasuki gerbang desa, semua penduduk desa sibuk dengan membangun rumah dan membersihkan puing-puing yang rusak.
Di desa itu ada belasan rumah yang hancur, dan sisanya masih utuh.
Seketika mereka di hadang oleh beberapa orang dengan membawa balok kayu.
"Berhenti! siapa kalian? apa yang kalian mau?", Tanya salah satu dari mereka.
"Eh.. Tenang-tenang, kami hanya numpang lewat saja kok.", Kata Mi Kuo menenangankan suasana.
"Tunggu, wanita itu berambut putih. Apa kalian dari kerajaan es?".
"Iya benar kami dari sana, kami cuma kebetulan lewat sini."
Para penduduk menurunkan senjata mereka, dan suasana menjadi lebih tenang. Mi Kuo melihat-lihat kesana kemari, pandangannya berhenti kepada seorang laki-laki berambut merah yang sedang membuka dua tas gantung yang persis seperti milik Lilie.
"Hei Lilie, coba lihat. Bukannya itu tasmu?", Katanya sambil mununjuk laki-laki tadi.
Lilie mengangguk dan langsung melompat kedepan laki-laki tadi. Penduduk kaget melihat lompatan lilie.
"Jadi kau yang mencuri tas milikku?", pria itu kaget ketika Lilie menempatkan mata pedangnya di lehernya.
"Apa-apaan ini?", katanya menoleh ke Lilie. "Siapa kau?".
"Sudah mencuri, masih tidak mau mengaku."
Lilie menebaskan pedangnya, tapi dengan cepat dia menghindarinya.
"Hei tuan, apa yang di lakukan temanmu itu?", kata salah satu warga.
"Ehm.. Menghajar pencuri kayaknya." Jawab Mi Kuo santai.
"Berani sekali dia menantang bertarung tuan Shen." Kata penduduk lagi.
"Memangnya siapa dia?", tanya Mi Kuo yang sedang seru melihat pertarungan Lilie dan shen.
"Tuan shen, adalah mantan pemimpin pasukan negeri api yang berkhianat kepada bangsanya sendiri.", Jawab salah satu penduduk. "Dia membantu kami dari keterpurukan akibat negeri api, dengan selalu membawakan makanan dan buah untuk kami secara sukarela."
"Dan makanannya hasil curian?", Mi Kuo kesal dan langsung melompat ke belakang Shen dan menendang punggungnya.
Buugh..! Bruaak..!
Shen terkena tendangan Mi Kuo dan jatuh di tumpukan kayu balok.
"Aakh.. Kurang ajar, siapa lagi ini?", Ucap Shen sambil memegang punggungnya yang sakit.
"Lilie, dia adalah pencuri dan mantan pemimpin pasukan negeri api.", kata Mi Kuo, "Apa aku harus membunuhnya?"
"Biar aku saja, dia yang menghabiskan seluruh buahku." Kata itu keluar dari mulut Lilie yang kesal, dia langsung melesat ke arah Shen yang sudah kesakitan akibat tendangan Mi Kuo yang keras tadi.
"Sekarang mati kau pencuri!".
Seketika para penduduk desa yang melihat berusaha melindungi Shen dengan berbaris menutupinya.
"Tunggu, Lilie!", Mi Kuo berlari dengan cepat dan menahan tangan Lilie yang ingin mengeluarkan jurus tebasannya.
"Kenapa kau ini?, tanya Lilie dengan wajah kesal dan menarik tangannya dari genggaman Mi Kuo.
"Jika kau teruskan, itu akan melukai penduduk desa." Jawabnya.
Lilie heran melihat penduduk desa yang melindungi salah satu orang dari negeri api.
"Kami tak akan membiarkan kalian menyakiti tuan Shen, selama ini dia melindungi kami dari sisa siluman yang di bawa oleh negeri api kesini. Kami akan mengorbankan nyawa kami demi dia.", ucap penduduk. "Tuan jika kalian mau barang itu kembali, silahkan ambil kembali. Kami juga bisa mencarikan buah untuk kalian."
"Tak perlu, melihat situasi kalian seperti ini, aku jadi tidak tega untuk minta ganti rugi.", kata Mi Kuo pasrah, "Putri es. Dia adalah tuan putri negeri air, putri es Lilie."
Mendengar kata-kata Mi Kuo, semua penduduk kaget dan langsung seketika berlutut di hapadan Lilie.
"Yang mulia putri, mohon maafkan kami atas ketidak sopanan kami.", kata salah penduduk desa, orang tua yabg sudah renta dan saat berjalan saja harus di bantu oleh anaknya, "Saya sebagai ketua desa yang masih bagian negeri air, merasa bersalah karena tidak mengenal putri yang harus kami hormati."
"Tidak tuan, tidak masalah. Ini bukan salah anda." kata Lilie dan menarik tubuh orang tua itu untuk berdiri.
"Terimakasih, tuan putri."
"Lilie apa sebaiknya kita bantu mereka membangun tempat ini kembali, bukannya mereka—" ucap Mi Kuo.
"Benar, sebagai putri negeri air kerajaan es. Aku harus membantu rakyatku.", potong Lilie. Dia berpikir kalau masih ada akibat buruk walau sudah mengalahkan negeri api, karena itulah dia langsung berinisiatif membantu penduduk desa cemara.
"Baiklah semua, kami akan bantu kalian sampai desa ini kembali seperti semula. Mi Kuo carilah kayu untuk membuat rumah-rumah penduduk, Aku akan membantu para wanita menyiapkan makanan.", ucap Lilie.
"Hei, pencuri! Ayo ikut aku cari kayu." teriak Mi Kuo dan melambai ke shen.
Dia hanya mengangguk ke Mi Kuo, mereka pergi ke hutan cemara dan penduduk kembali membangun rumah masing-masing.
•
•
•
Bersambung..