Mi Kuo dan Shen berjalan bersama masuk ke hutan cemara tadi.
"Hei pirang, ngomong-ngomong kenapa kau bisa bersama putri negeri air. Apa kau juga pangeran?".
"Bukan, aku hanya manusia biasa.", jawab Mi Kuo.
Shen langsung menghentikan langkahnya.
"Manusia dari alam manusia?".
"Iya, memangnya darimana lagi manusia berasal?"
Jawaban Mi Kuo semakin membuat Shen penasaran, walau ekpresinya biasa.
"kau tahu, di sini ada beberapa golongan manusia juga. pertama, ksatria dewa, manusia yang menjadi pemimpin alam dewa dan mempunyai kekuatan sihir spiritual sangat kuat. kedua, para penjaga bumi ya bisa dibilang penjaga perbatasan, mereka adalah utusan dari penjaga gerbang di bumi, kekuatan mereka juga setara dengan panglima dan jenderal kerajaan loh.
dan yang terakhir adalah para rakyat kerajaan ataupun desa, mereka juga manusia, tapi memiliki sihir spiritual dan umur mereka lebih kama di banding manusia biasa.", jelas Shen, Mi Kuo berjalan sambil mendengar cerita laki-laki di sampingnya itu.
"dan aku salah satu dari mereka, ya namanya juga takdir.", balas Mi Kuo dan mengangkat punduknya, pasrah.
"memangnya dari ceritaku kau yang mana?", tanya Shen penasaran, dia melihat sebuah keistimewaan dari laki-laki pirang yang membuat punggungnya sakit itu.
"yang pertama kau sebut!", jawab Mi Kuo singkat.
Mendengar jawaban itu, Shen langsung menghentikan langkahnya, dia memandangi Mi Kuo dari ujung rambut sampai ujung sepatunya.
"kau ksatria dewa? bwahaha! jangan bercanda, yang kutahu, ksatria dewa bukan orang yang tampangnya tolol seperti ini. ada-ada saja kau ini".
Shen menghelas nafas setelah menertawakan Mi Kuo.
Mi Kuo hanya diam dan merasa jengkel dengan Shen, dia mengeluarkan gulungan emasnya dari tas kecil di pinggangnya.
"nih, kalau gk percaya.", dia memberikan gulungan tadi ke Shen. dia membuka gulungan itu dan tergambar sebuah peta alam dewa yang selama ini dia tempati, dia tahu hanya manusia tertentu yang bisa memiliki peta itu, yaitu calon dari ksatria dewa.
dia tercengang dan langsung berlutut di hadapan Mi Kuo, seperti apa yang seharusnya di lakukan kepada ksatria dewa.
"Sang ksatria, maafkan hamba. Selama ratusan tahun hamba hidup, ingin bertemu orang yang di katakan sebagai pemimpin para dewa. Sekarang sudah bertemu calon yang baru tapi malah tidak sopan terhadapnya. Mohon ampuni hamba ksatria."
"Eh.. Tidak-tidak. Jangan berlutut begini, aku jadi canggung tau." kata Mi Kuo sambil membangunkan Shen.
"Maafkan saya, sang ksatria. Saya dari awal tidak sopan, apalagi saya hendak mencurian pedang itu."
"Tentu, lagi pula aku tidak berhak menghakimi orang lain di alam dewa ini." ucapnya dengan senyum kikuk.
"Tapi di alam dewa anda memiliki kedudukan lebih tinggi daripada dewa manapun."
"Lupakan, dan jangan panggil aku dengan sebutan SANG KSATRIA. Paham..!", balasnya dengan mata tajam.
"Ba—baiklah, kalau begitu."
"Panggil aku Mi Kuo saja, itu namaku, dan sekali lagi kau memanggilku ksatria ku potong lidahmu.", ucapnya sambil kembali berjalan memcari pohon cemara untuk di tebang, setelah melewati jalan becek dan tanah liat licin, mereka menemukan pohon cemara yang kokoh dan besar, melihat itu Mi Kuo mengeluarkan katana birunya, dan menebaskan pedang itu ke arah pohon.
Walau jaraknya tidak dekat dengan pohon, hanya dengan angin saja pohon itu terpotong dengan sangat rapi.
Shen kagum melihat kerapian potongan Mi Kuo.
"memang calon pemimpin alam dewa tak bisa di ragukan." Ucap shen kagum.
"Yaelah, ini cuma tebasan biasa apa istimewanya sih. Kau pun juga bisa.", Balas Mi Kuo.
"Hehe iya sih, tapi mungkin tidak serapi ini."
Mereka mencoba mengangkat pohon itu untuk di bawah kembali, lalu pohon-pohon lain di belakang Mi Kuo ikut tumbang terkena hempasan angin dari katanya.
Tebasan Mi Kuo menumbangkan lima pohon cemara raksasa sekaligus. Shen yang memiliki kekuatan dewa dengan mudahnya mengangkat pohon itu seperti mengangkat sebuah guling tidur, Mi Kuo pun begitu dengan sihir yang di ajarkan gurunya di mengangkat tiga pohon raksasa tanpa menyentuhnya.
Mereka berdua berjalan kembali ke desa hingga matahari mulai tenggelam. Shen melihat ke langit dan mendapati burung-burung mulai terbang menghindari desa cemara,
Mereka berdua mendengar suara geraman yang saling bersahutan dari arah desa cemara.
"Gawat! Mi Kuo kita harus segera kembali.", ucap Shen resah.
"Ada apa?", balas Mi Kuo.
"Burung-burung sudah pergi dari desa, dan aku mendengar suara geraman. Ayoo...!", teriak Shen yang langsung lari kembali kedesa.
"Apa-apaan sih dia.", Gerutu Mi Kuo dan berlari mengikuti Shen.
********
Mereka sampai di gerbang desa.
Mereka melihat Lilie sedang bertarung dengan enam siluman serigala.
Shen berlari dan menyerang salah satu dari mereka. Serangannya berhasil menyobek perut siluman serigala itu, tapi regenerasinya sangat cepat, dalam beberapa detik saja luka itu sembuh tak berbekas.
Mi Kuo melompat dan langsung memenggal kepala keenam siluman itu dengan satu tebasan.
"Huuh.. Dari mana sih mereka ini, Tiba-tiba menyerang gitu aja.", gerutu Lilie, Dia memasukkan pedangnya ke sarungnya.
Tak di sangka para siluman itu kembali hidup dan kepala mereka tumbuh menjadi dua.
Grr....! Grrr....!
"Ketika kepala mereka terpenggal, akan tumbuh satu lagi.", ucap shen.
Mi Kuo melirik sinis kepada shen.
"Kenapa?".
"Kenapa enggak bilang dari tadi! ", teriak Mi Kuo.
"Maaf.", jawabnya nyeringai.
"Jadi bagaimana cara membunuh mereka?", tanya Lilie.
Shen hanya menggelengkan kepalanya pasrah.
Siluman serigala yang tepat berhadapan dengan mereka seketika menghilang. Lilie dan Mi Kuo bingung melihat sana-sini mereka tidak ada.
"Siaal...!".
Shen langsung berlari ke arah suatu rumah kayu yang baru di bangun dan belum selesai sempurna.
"Aaaaaa!!".
Suara teriakan wanita keluar dari rumah tersebut.
Mi Kuo dan Lilie berlari menuju rumah itu juga.
Duaar...!
Siluman serigala keluar dan menenteng seorang gadis dari rumah itu.
"Tolong..!". Terdengar suara teriakan lagi, di rumah lain.
Keenam siluman tadi keluar dari rumah-rumah dan membawa para gadis-gadis di tangannya.
"Hei.. Apa mereka akan di makan?", teriak Mi Kuo bingung akan situasinya.
Siluman serigala hanya menggeram saja dan berlari memasuki hutan kembali.
"Hei tunggu..!", teriak Mi Kuo, "Hei mereka mau di bawa kemana?".
"Goa raja serigala.", Jawab shen.
Para warga yang mengetahui siluman itu sudah pergi, mulai keluar rumah dengan rasa takut.
Orang tua gadis yang di culik, pingsan dan ada juga yang meninggal di bunuh siluman itu. beberapa korban adalah ayah dari gadis-gadi yang di culik.
Mereka mulai berkumpul di tengah-tengah desa, mereka juga mempersenjatai diri sendiri dengan alat seadanya.
Mi Kuo masih memasang kuda-kuda, pikirnya mungkin musuh masih mengincar penduduk desa.
Shen memegang pundak Mi Kuo dan menjelaskan apa yang terjadi.
"Sejak negeri api pergi, mereka menculik gadis dari desa ini. Untuk di jadikan budak raja serigala.", jelas shen.
"Mereka salah satu pasukan yang di ciptakan raja siluman.", tanya Lilie.
"Tapi kenapa mereka tinggal di sini dan memangsa gadis-gadis saja?", tanya Mi Kuo yang masih mengakat pedangnya.
"Turunkan pedangmu, mereka sudah kabur. Sebelum di mangsa, gadis itu akan di perkosa dulu hingga hamil dan akan di makan, bayinya juga.", jelas Shen.
"Apa tidak ada cara untuk membunuh mereka, makhluk biadab itu bikin pedangku haus darah.", ucao Mi Kuo kesal, keningnya sudah mengkerut dan giginya menggesek-gesek.
"Sudah berkali-kali aku mencoba tetap saja mereka sulit untuk mati. Dia adalah salah satu prajurit raja siluman, tetapi dia membelot sepertiku dan pergi.
Akhirnya setelah negeri api pergi, dia menguasai daerah ini. Setiap malam mereka menculik gadis atau wanita untuk di jadikan budaknya."
"Sudah berapa gadis yang di culik?", tanya Lilie.
"Dua belas dengan tadi.", jawab seorang penduduk desa yang dua anak gadisnya di culik oleh manusia serigala.
"Tuan... Kami dua malam ini kehilangan gadis-gadis desa kami. Dan kami hanya bisa pasrah, mereka sangatlah kuat hampir tak bisa di bunuh.", ucap kepala desa paruh baya dan bungkuk itu memegang tangan Mi Kuo dan Lilie.
"Tuaan.. Tolong desa kami.."
"Iya tuan, tuan orang yang sangat kuat pasti bisa membunuh siluman itu.", ucap salah satu penduduk desa.
Warga berseru meminta Mi Kuo membantu menyelamatkan desa Cemara. Mi Kuo hanya terdiam dan memikirkan sesuatu, mukanya terlihat gelisah.
"Mi Kuo, kekuatanmu sungguh hebat. Aku yakin kau pasti bisa melenyapkan anjing liar itu dengan mudah.", ucap Shen menepuk pundak Mi Kuo.
Mi Kuo hanya mengangguk dan tersenyum.
"Tenang saja aku pasti membantu kalian, sudah semestinya melakukan itu."
Para penduduk senang mendengar itu semua.
"Ayo shen ikut aku. Lilie kau jaga warga desa saja."
"Baik.", jawab Lilie.
Mi Kuo dan Shen berlari mengejar serigala itu memasuki hutan sebelah utara desa.
•
•
•
Bersambung...