Cukup lama Tristan menunggu kedatangan dokternya itu, kini dokter pribadinya saat ini telah tiba di rumahnya. Tristan langsung saja menyuruh Keyli untuk memeriksa Maya di dalam kamarnya dan Keyli melihat Maya cukup kasihan juga.
"Pasti kamu menyiksanya lagi?" ucap Keyli yang sudah sangat hapal dengan sifat Tristan selama ini.
"Hem," jawab Tristan sambil meminum alkhol yang berada di atas meja itu.
"Apa kamu benar-benar tidak dapat menahannya?" tanya Keyli dan tentu saja Tristan tahu maksud gadis yang sudah sudah berusia 32 tahun itu.
"Bahkan sudah menjadi candu ku," jawab Tristan dengan santai di sofa.
"Dia hanya mengalami luka di bagian intimnya saja dan gadisnya sudah terlalu kelelahan makanya dirinya pingsan, saranku janganlah terlalu menyiksa perempuan. Apa kau tidak berniat sama sekali menginginkan seorang istri?" tanya Keyli.
"Aku tidak perlu menginginkan istri dan untuk apa? Lagian kalau aku menginginkan seorang perempuan untuk menemaniku menghangatkan ranjang tinggal mencari saja, tanpa repot-repot menikahi seorang perempuan. Menurutku sangat merepotkan!" ucap Tristan dan Keyli hanya mengelengkan kepalanya saja mendengar sahabatnya yang dari dulu tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun selama ini.
"Apa kamu tidak kasihan dengan perempuan dengan cara menyiksanya seperti ini? Bahkan perempuan ini sudah ke 22 nya, ayolah Tristan berubahlah sedikit. Apa kamu tidak lelah menjalani hidup mu seperti ini, belajarlah untuk mengontrol gairah gila mu itu, lama-lama itu akan menyakiti dirimu sendiri, Tristan!" ucap Keyli menasehati Tristan.
"Sudah ku katakan! Aku tidak akan pernah melakukan hal yang tidak berguna itu, aku sudah nyaman dengan kehidupan ku seperti ini!" ucap Tristan dengan tegas.
"Baiklah kalau itu memang mau kamu, tapi ini sudah yang terakhir kalinya aku kerumah mu untuk memeriksa gadis mu, tapi sepertinya kali ini kamu benar-benar tidak terlalu menyiksanya," ucap Keyli.
Selama Tristan masih memerlukan wanita untuk menemaninya bermain panas di ranjang, Keyli lah yang akan memeriksa keadaan gadis itu, namun Keyli rasa dirinya hanya percuma saja memeriksanya karena Tristan akan membunuhnya juga jika sudah sangat bosan.
Maya adalah termasuk gadis yang sangat beruntung menurut Keyli karena selama ini dirinya selalu memeriksa keadaan gadis yang sudah Tristan nikmati tubuhnya lebih parah dari itylu, bahkan ada yang sampai tubuhnya dicambuk-cambuk, bagian intimnya robek, lehernya memerah karena di cekik, bahkan seluruh wajahnya lembam karena habis di tampar puluhan kali oleh Tristan.
"Apa tugas mu sudah selesai memeriksanya?" tanya Tristan yang sudah sangat bosan mendengar ocehan dari mulut gadis di hadapannya itu.
"Sepertinya sudah selesai," ucap Keyli.
"Baiklah, berhati-hatilah," ucap Tristan kepada Keyli.
"Tunggu! Aku harap jangan melakukan itu sementara padanya," ucap Keyli.
"Oh ayolah, lalu aku harus bagaimana lagi jika tidak melakukannya dengan gadis itu?" ucap Tristan.
"Ah sudahlah, terserah kamu saja!" ucap Keyli yang merasa sangat jengah menasehati pria yang tidak pernah dewasa di hadapannya itu.
"Sudah, aku pulang saja!" ucap Keyli kesal dan Tristan hanya tersenyum kecil saja mendengarnya, lalu dirinya pun menutup pintu kamarnya kembali dan duduk di samping Maya, ia melihat Maya perlahan-lahan sadar dari pingsannya.
"Sudah sadar? Baguslah, jadi aku bisa melakukannya lagi denganmu!" ucap Tristan.
"Ku mohon, jangan lakukan itu lagi pada ku!" ucap Maya memohon.
"Apa kamu memiliki hak untuk melarangku? Hah!" bentak Tristan dan seketika Maya sangatlah terkejut dan sekaligus takut. Ingin rasanya Maya menjawab ucapan Tristan barusan, namun dirinya sudah sangat takut jika Tristan akan memukulnya habis-habisan lagi nanti karena Maya sudah tidak sangup lagi terus disiksa tidak ada henti-hentinya oleh laki-laki di hadapannya itu.
"Jawab!" bentak Tristan langsung membanting gelas angur yang berada di tangannya itu dan tentu saja pecah berhamburan di lantai saat ini. Melihat Tristan yang sudah sangat kesetanan itu membuat Maya tidak bisa berkutik lagi, ia benar-benar tidak ingin disiksa oleh Tristan.
"Maafkan aku, aku bersalah," ucap Maya berusaha untuk tetap menahan tagisannya.
"Baguslah kalau kamu memang mengaku bersalah karena dirimu memang sudah sangat bersalah!" ucap Tristan dengan dingin, lalu langsung saja tangannya memegang kedua pipi Maya sedikit kasar dan melumat sebentar bibir gadis itu dengat sangat liar, bahkan Tristan tidak merasakan gadis itu melawanya sama sekali sekarang.
"Hari ini kau aku maafkan!" ucap Tristan dengan dingin dan seketika Maya bernafas dengan sangat lega mendengarnya.
"Tapi, kamu harus belajar untuk melayani ku sehingga aku merasa puas dengan pelayanan mu, kau paham!" bentak Tristan dan Maya pun melotot tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Tristan.
"Bagaimana bisa aku melayaninya?" tanya Maya dalam hatinya frustasi.
"Apa yang harus aku lakukan? Seandainya rantai ini tidak mengikatku dengan kuat mungkin aku bisa kabur dari sini, bagaimana caranya aku kabur?" gumam Maya bertanya-tanya dalam hatinya sambil berpikir dengan sangat keras.
Ketika Maya sangat asik dengan pikirannya, ia tidak terlalu mendengar jelas apa yang sedang Tristan bicarakan di ponselnya itu yang pastinya Maya mendengarkan kata 'gadis' saja dan setelah itu Maya tidak fokus lagi mendengar ucapan Tristan selanjutnya karena Tristan sudah terlebih dahulu mematikan panggilan itu.
"Apa yang sedang ia bicarakan?" tanya Maya di dalam hatinya yang sangat penasaran.
"Sebaiknya kamu membersihkan tubuh mu yang sudah bau ini!" ucap Tristan dengan sinis.
"Bagaimana aku tidak bau ini semua karena ulah mu laki-laki bodoh!" gumam Maya dalam hatinya, ingin rasanya Maya mengatakan hal itu kepada Tristan namun dirinya harus berpikir kedua kali. Lagi-lagi Maya sangat asik dengan pikirannya saat ini, bahkan saking asiknya dirinya ia tidak menyadari Tristan membuka gembok rantai yang berada di tangan dan kakinya.
"Akh!" pekik Maya dengan tiba-tiba saat Tristan membopong tubuhnya karena dirinya benar-benar sangat terkejut oleh Tristan.
"Jika kamu berteriak lagi, aku tidak akan segan-segan lagi membanting ke dinding!" ancam Tristan dengan penuh amarah.
"Laki-laki iblis! Bahkan tidak pernah memiliki rasa iba sama sekali terhadap wanita! Sebenarnya hati dan otaknya itu terbuat dari apa? Apa mungkin semuanya diambil dari binatang!" maki Maya dalam hatinya karena marah besar dan sangat membenci Tristan.
"Auh! Akh! Pedih!" ucap Maya merasakan bagian intimnya terasa perih ketika terkena air, apa lagi kedua buah dadanya terasa seperti luka yang ditaburi garam saat ini, belum lagi air tersebut sangat hangat.
Ingin rasanya Maya segera beranjak dari buth up tersebut, namun Tristan berada di sampingnya untuk mengawasi dirinya saat ini.
"Cepat bersihkan tubuh mu!" bentak Tristan yang merasa sangat kesal dengan Maya yang diam dari tadi.
"Ini sangat pedih!" ucap Maya memprotes. Tristan melihat kedua bola mata Maya sudah berkaca-kaca ingin menangis sekarang.