Maya langsung saja berlari sambil terpincang-pincang mencari tempat ia bersembunyi, namun tidak ada tempat yang cocok untuk ia sembunyi sehingga dirinya pun melihat sebuah pohon mangga yang cukup rimbun dan Maya pun mencoba untuk naik ke atas pohon mangga karena itulah jalan satu-satunya untuk ia sembunyi sekarang. Maya sangat ngos-ngosan sampai di atas pohon magga tersebut, bahkan bagian intimnya terasa sangat sakit sekarang. Belum lagi dirinya menahan perutnya yang sangat sakit itu karena kelaparan.
"Cepat cari gadis itu! Jangan kembali jika tidak menemukannya! Kalian akan tahu apa akibatnya!" ancam Tristan dengan sangat marah besar, ia tidak akan memberikan ampun kepada anak buahnya jika tidak menemukan Maya dan tentu saja Tristan akan membunuh mereka.
"Baik Tuan!" ucap mereka dengan serempak.
Tristan sambil memijit kepalanya pusing di bawah pohon mangga tersebut, untungnya ia tidak menengok keatas untuk melihat Maya yang dari tadi bergetar hebat karena takut dirinya akan ketahuan oleh Tristan.
"Cepat pergilah!" gumam Maya dalam hatinya yang penuh harap.
"Tunggu saja kamu, Maya! Aku akan membunuh mu jika aku menemukan keberadaan mu!" ucap Tristan dengan penuh penekanan. Lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan Maya yang sedang bersembunyi darinya itu.
"Syukurlah," gumam Maya dalam hatinya yang merasa sangat lega, lalu matanya tidak sengaja melihat ke arah buah mangga yang ada di hadapannya saat ini, lalu Maya pun tersenyum senang ketika merasakan buah mangga tersebut matang, sehingga Maya pun memetik buah mangga yang cukup besar itu, lalu Maya menacapkan buah mangga sedikit ke arah ranting yang tajam supaya mudah ia kupas nanti.
"Sepertinya ini sangat manis," ucap Maya di dalam hatinya, lalu perlahan-lahan Maya mengupas kulit mangga tersebut, ia melihat betapa sangat nikmat buah mangga sampai-sampai dirinya meneguk ludahnya berkali-kali.
"Hem, ini sangat manis," gumam Maya saat dirinya merasakan gigitan pertama pada mangga tersebut, setelah merasa sangat nikmat Maya langsung saja berulang-ulang kali mengigit mangga itu karena sudah sangat kelaparan.
"Akhirnya," ucap Maya sambil mengelus perutnya yang sudah cukup kenyang setelah makan 2 buah mangga yang sangat besar itu, lalu kemudian Maya mencari-cari jalan keluar dan tanpa sengaja Maya melihat sebuah pagar yang dapat ia lewati dengan sangat mudah berada di dekatnya.
"Aku akan melompat dari sini saja," ucap Maya tersenyum senang, perlahan-lahan ia memindahkan langkah kakinya menuju ke arah pagar tersebut.
Maya melihat kebawah dan ternyata tidak terlalu tinggi sehingga dirinya meloncat kebawah tanpa berpikir panjang lagi.
"Auh!" pekik Maya dengan pelan karena ia takut para penjaga mendengar suaranya. Ia melihat kakinya sedikit tergores oleh duri putri malu.
"Kemana aku harus pergi selanjutnya?" tanya Maya dalam hatinya bingung. Namun, dirinya tetap melangkah terlebih dahulu untuk menjauhi rumah Tristan.
Tiba-tiba saja langkah Maya terhenti ketika mendengar sebuah tembakan pistol yang cukup nyaring di telingganya, lalu ia melihat ke arah belakang.
"Pasti iblis itu sedang marah besar sekarang," ucap Maya merasa sangat lega karena dirinya berhasil kabur dari rumah Tristan.
Sudah satu jam lamanya Maya menelusuri jalan yang dipenuhi pepohonan di pinggir jalan, namun dirinya tidak menemukan satu pun orang yang melewati jalan tersebut. Rasa haus sudah mengusai tengokkanya yang terasa sangat kering ingin segera minum, tapi ia tidak menemukan sungai sehingga Maya sangat pasrah dan melanjutkan kembali langkahnya.
"Aku harus kuat!" ucap Maya sambil menyeka keringat yang sudah dari tadi membasahi keningnya dan bahkan baju Maya sudah sangat basah saking merasa lelah untuk berjalan, belum lagi dirinya harus berjalan tanpa mengunakan sendal. Kaki Maya terasa sangat perih menginjak aspal tersebut, bahkan telapak kakinya sudah ada yang terluka sekarang.
"Sampai kapan aku berjalan menelusuri jalan yang dari tadi tidak bisa ku temukan orang-orang?" ucap Maya menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar dan ketika Maya mendengar suara mobil, Maya langsung saja bersembunyi dibalik pohon, ia takut mobil tersebut pengawal Tristan yang sedang mencarinya saat ini.
Setelah mobil itu sudah melewatinya Maya kembali melanjutkan langkahnya lagi dengan rasa yang penuh kelelahan, namun ia melihat sebuah asap dari atas dan Maya pun langsung saja berlari dengan pelan untuk melihat asap tersebut. Ia berharap bisa menemukan seseorang untuk menolong dirinya dan membawanya kembali pulang.
Saat Maya telah tiba di tempat di mana asap itu berada, langkahnya tiba-tiba saja berhenti ketika melihat sesuatu yang membuatnya sangat tidak percaya, Maya hanya bisa menutup mulutnya ketika melihat kejadian tersebut. Lalu Maya pun diam-diam untuk bersembunyi, berharap kedua orang yang sedang asik bercinta saat ini segera mengakhiri permainan panas itu.
"Cepatlah sedikit, nanti ada yang melihatnya," ucap perempuan tersebut yang posisinya saat ini berbaring di atas rerumputan, sedangkan laki-laki itu menindih tubuh gadis itu namun pusakanya sedang memasuki lubang kenikmatan gadis itu.
"Ah, sabarlah aku akan segera mengakhirinya," ucap laki-laki itu yang tidak lain Alendra sahabat Maya karena saat ini mereka sedang ada camping di kampus untuk melakukannya di hutan itu.
"Alendra, cepatlah aku sudah tidak tahan," ucap Erlin yang sangat menikmati permainan yang telah Alendra lakukan saat ini pada tubuhnya.
Alendra dan Erlin memang sangat cepat berhubungan dengan sangat baik, sehingga kedua orang itu telah berani melakukan hubungan terlarang saat orang sedang asik melakukan aktifitas camping, mereka berdua malah bermain panas di balik semak-semak itu.
"Ah!" Akhirnya kedua orang itu pun sudah mengakhiri permainan panas tersebut dan kemudian mereka berdua bergegas memakai pakainnya masing-masing.
"Alendra, aku duluan, ya?" ucap Erlina pamit takut dirinya ketahuan.
"Iya," ucap Alendra ia hanya bisa melihat kepergian Erlin dari belakang.
"Ternyata dia sudah tidak perawan lagi," gumam Alendra karena ketika dirinya pertama kalinya melakukan itu pada Erlina, ia merasa sangat mudah memasukan miliknya ke dalam milik Erlina. Ingin rasanya Alendra menghentikan permainannya, namun hasratnya sudah mengebu-ngebu sehingga dirinya pun tidak memperdulikan hal itu lagi.
"Alendra!" panggil Maya sambil menghampiri sahabatnya itu.
"Maya!" ucap Alendra sangat terkejut, namun matanya terfokuskan dengan melihat wajah Maya yang terlihat sangat lembam dan bengkak.
"Alendra." Maya memeluk Alendra dengan tiba-tiba, ia merasa benar-benar sangat lega ketika ada orang yang sangat ia rindukan sudah bersamanya dan ada di pelukkannya.
"Kenapa kamu seperti ini, Maya? Apa yang sudah terjadi?" tanya Alendra yang sudah melupakan rasa bencinya terhadap gadis itu ketika melihat keadaan Maya sangat memilukkan.
"Ceritanya sangat panjang, tapi aku mohon bawa aku pergi Alendra!" ucap Maya memohon. Kini air matanya sudah membasahi kedua pipi cantiknya sekarang.
"Baiklah, kamu pulang bersama ku sekarang dan sebelum itu aku meminta ijin terlebih dahulu kepada dosenku," ucapa Alendra dan Maya pun mengangukkan kepalanya sambil tersenyum senang.