Chapter 7 - Run

Aku membelalakkan mataku di kegelapan, aku rasa lorong ini begitu panjang dan tak berujung. Sialnya lagi, kami hanya beralaskan kaus kaki–dan aku pun harus memastikan daerah yang kupijak ini benar-benar aman.

Brug.

Tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang. Rasanya seperti ada yang membanting pintu.

"Oh Shit," gumam Mark.

"I-itu Jess," Mark yang paling belakang menunjuk ke arah tepat dimana Jess berdiri. Terlihat dari gaun putihnya yang samar-samar. Dan dia membawa sesuatu di tangannya.

Pisau?!

"CEPAT LARI!!!"

Sontak kami pun bergegas lari menyusuri lorong ini, entah apa yang ada di hadapan kami–yang pasti sekarang kami merasa ada yang lebih berbahaya sedang mengejar di belakang.

Rasanya mengerikan, seperti kematian mengejar tepat di belakang kami dan hal yang buruk akan terjadi di depan sana.

"JESS–SADARLAH!" Teriak Doyoung.

"Cepat Doy! Percuma!"

Aku mulai terengah-engah setengah mati, rasa lelah mulai menerpaku saat ini. Mataku kini berair, tanganku terus menggenggam lengan Jaehyun yang sekarang menuntunku di depan.

Klang.

"Ah kalungku!" teriak Emily yang merasa kalungnya terjatuh.

"Not now, please!" sahut Mark.

Emily menolehkan pandangannya ke belakang, dan ternyata Jess masih mengikuti mereka dengan langkah cepatnya yang aneh.

Gaungan aneh itu kembali bergema di lorong ini. Bahasa-bahasa aneh terdengar dari belakang sana.

Aku melihat secercah cahaya di depan–mungkin itu ujungnya.

Brak.

"MARK!"

Tiba-tiba Mark jatuh di belakang, lantas Doyoung membantunya untuk bergegas berdiri kembali.

"SHIT"

"JESS SADARLAH!"

Terlihat Jess makin mendekat, wajahnya menyeringai dengan rambut yang terurai panjang. Matanya seolah tak terlihat karena terhalang bayangan gelap.

"CEPAT!!!"

"Ahh bantu aku!" sahutku yang mencoba mendorong pintu di depanku yang begitu berat.

Aku hanya sanggup mendorong pintu di depanku sedikit terbuka dan cukup terlewati hanya satu orang saja. Yang penting semua harus keluar dulu dari lorong itu.

"CEPAT TUTUP!"

Mark dan Doyoung berusaha dengan cepat menutup pintu itu, suara gaungan masih terdengar menggema di balik pintu.

Brug.

Tubuhku sekarang ambruk, keringat mulai bercucuran karena saking lelahnya. Aku pun mencoba mengatur kembali alur napasku yang masih terengah-engah. Aku melihat teman-teman yang lainpun begitu kelelahan, rasanya ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang kualami.