Di sekolah, rasanya aku sama sekali tidak bisa fokus belajar. Pikiranku selalu teringat dengan kejadian kemarin. Hari ini Jaehyun menemaniku di kelas, dia sepertinya tidak lagi takut dengan Doyoung. Namun masalah baru muncul, aku tidak bisa membedakan yang mana Jaehyun dan yang mana Jeffio. Paras mereka sangat mirip, hanya dari sifat aku bisa membedakan keduanya. Dan satu hal lagi, Jaehyun tidak bisa berinteraksi dengan orang lain selain diriku.
Sekarang aku juga bingung, mungkin ini yang orang lain rasakan ketika melihat aku berbicara dengan Jaehyun. Seperti sedang bicara sendiri, dan sekarang aku melihatnya pada Emily–dia berbicara dengan Beth, namun aku tak bisa melihat seperti apa wujudnya.
"Perkiraanku benar, Jess dipengaruhi oleh iblis yang aku lihat kemarin," ujar Emily. "Dan untungnya, ada orang yang menurutku bisa membantu kita."
"Siapa?" tanya Doyoung.
"Mark," sahut Emily. "Mungkin ini aneh, tapi aku rasa dia memiliki kemampuan cenayang. Dan anehnya, Beth juga merasakan hal yang sama."
Sontak aku dan Doyoung pun tercekat heran, memang selama ini kemampuan Mark yang bisa menemukan benda-benda hilang agak aneh–dia seperti seorang peramal. Okey, sekarang kita hanya tinggal membujuk Mark yang harus ikut ke rumah Doyoung.
.
.
.
"What? Cenayang? Well–aku rasa juga agak aneh karena bisa menemukan barang hilang, tapi itu mungkin cuma kebetulan–right?" ujar Mark merespon permohonan kami.
"Okay, anggap aja gini. Lo bantu gue, kalo lo gabisa–yaudah, setidaknya kita udah mencoba kan?" ucap Doyoung.
Tak begitu lama kami membujuk, akhirnya Mark menyetujui permintaan kami. Hanya saja ia meminta imbalan untuk upahnya. Dan tebak apa imbalannya? Sebuah Semangka. Well–lucu bukan? Kami pun sempat tertawa pada awalnya, tapi kami begitu bersyukur dia hanya meminta imbalan itu. Bukan imbalan berupa uang, ataupun hal-hal berharga lainnya.
Di perjalanan, kami menjelaskan kejadian kemarin pada Mark, dan bisa kutebak–dia tak percaya sedikitpun. Bahkan dia tertawa terbahak-bahak saat kami menyebutkan iblis. Aku juga tidak bisa memaksa dan meyakinkannya, begitupula dengan Emily dan Doyoung. Dia harus melihatnya langsung dan merasakan kejadian aneh yang terjadi di rumah itu.
"Well–here we go." Sahutku ke arah Mark.
"Oh, udah nyampe?" tanyanya. "Wah, ini rumah kamu Doy? berasa pergi ke jaman dulu sumpah."
Mark sampai menganga saat melihat tembok yang menjulang menutupi rumah Doyoung. Aku pun melakukan hal yang sama ketika pertama kali menginjakkan kaki disini.
Kami tercekat kaget ketika mendengar bunyi klakson dari belakang. Apalagi saat melihatnya, Taeyong dan Jeffio berada di hadapan kami saat ini.
"Kalian?" sahutku membulatkan mata. "Kenapa kalian disini?"
"Emmm, aku sih khawatir aja. Tingkah kalian mencurigakan, akhirnya aku jadi ikutin kalian deh. Dan Jeffio aku ajak –jikalau terjadi apa-apa, dia bisa bantu." Jawabnya.
Terlihat Taeyong tersenyum kaku saat menjelaskan tadi. Apakah begitu besar kepeduliannya padaku? Ahh, aku mulai kegeeran. Mungkin saja ada benarnya, yang tadinya aku selalu dibully Doyoung–sekarang malah ikut-ikutan ke rumahnya.
Doyoung mendengus kesal, awalnya ia akan merahasiakan hal ini. Tapi apa daya, teman-temannya pasti akan tahu sendiri jika sekalipun ia tak mengatakannya. Lantas aku, Emily, dan Doyoung menceritakan lagi apa yang sebenarnya terjadi pada Jess–disusul dengan anggukan dari Mark. Reaksi Taeyong dan Jeffio pun tidak jauh berbeda seperti reaksi Mark sebelumnya. Well, aku paham tak bisa sekali cerna untuk mempercayainya.
"Okay, apa yang perlu aku cari?" ujar Mark. "Kita ke tempat adikmu sekarang?"
Aku dan Doyoung menemani Mark ke ruangan Jess, sementara Taeyong dan Jeff bersama Emily menunggu di ruang tamu. Ah jangan lupakan Jaehyun, dia terus-terusan menjagaku dari belakang.
Putaran memori yang terjadi kemarin terlintas di pikiranku, rasa takut pun muncul kembali saat melihat Jesslyn yang kini terbaring lemah di tempat tidur. Bahkan Mark pun sepertinya merasa iba saat melihat Jess yang wajahnya kini sangat pucat.
Kami melihat-lihat terlebih dahulu area ruangan Jess yang lumayan luas. Mungkin saja ada hal aneh yang ada di ruangan ini.
"Aku pikir yang kalian cari bukan di sini," ujar Mark. "Kalian melihat ada hal yang aneh?"
Aku dan Doyoung sontak menggelengkan kepala kami, tanda bahwa kami tidak menemukan hal yang mencurigakan di ruangan ini.
"Ada hal aneh gak yang terjadi sebelumnya?" tanyanya lagi.
Aku berpikir bahwa kejadian yang menimpaku kemarin sudah cukup aneh, apalagi sudah kuceritakan juga pada Mark. Mungkin itu hanya halusinasiku saja–dan tidak ada hubungannya dengan apa yang kami cari saat ini.
Aku menceritakan ulang kejadian kemarin dengan detail sampai aku terhenti di depan jendela, dimana posisi Jess yang terdiam duduk di kursi roda kala itu.
"Sam, lihat–ada menara di ujung sana!" bisik Jaehyun yang sedari tadi mengikutiku.
Aku baru ingat, saat kemarin aku melihat sebuah menara yang berada di luar jendela, mengikuti arah pandangan Jess–tepatnya sebelum kejadian mengerikan itu terjadi padaku.
"M-Mark, apa disana?" gumamku.
Mark mengikuti sorot mataku yang tertuju pada menara di luar sana. Dia mengedipkan matanya berkali-kali, berusaha melihat dengan jelas menara yang kutunjuk.
"Ah, itulah yang Jess lihat kemarin?" ucapnya."Aku juga merasakan firasat yang sama, m-mungkin disana. Aku tidak mau mengecewakan kalian, tapi naluriku sangat kuat."
"Apa kita perlu kesana?" tanyaku penasaran.
"ASTAGA, KEMANA JESS?" teriak Doyoung.
Kami bertiga terperanjat setelah melihat tempat tidur yang sudah kosong dan Jess tidak ada disana. Seketika napasku tertahan, seluruh tubuhku melemas begitu Jesslyn menghilang. Sontak kami mencarinya ke seluruh penjuru kamar, nyatanya dia tak ada disini. Lantas kami bertiga memanggil Emily dan yang lain untuk mencari Jess di seluruh sudut rumah-dan hasilnya pun nihil. Bahkan sekarang Bibi Kim tidak henti-hentinya menangis hingga kami suruh dia untuk menenangkan diri di rumah saudaranya.
Sudah sekitar dua jam kami mencari, tapi Jess tak kunjung ditemukan. Haruskah kami menelpon polisi? Tidak, aku rasa itu akan makin memperkeruh suasana.
"Kita cari lagi di kamarnya?" sahut Jaehyun.
Aku mengangguk dan menuju ke kamar Jesslyn. Tanganku meraba-raba sekatan tembok yang terbuat dari kayu. Sampai akhirnya aku menemukan keanehan, rasanya tembok yang sekarang aku sentuh tidak lagi terbuat dari kayu. Aku coba mengetuk-ngetuk dindingnya dan bunyinya pun berbeda. Lantas aku langsung memanggil yang lain untuk melihat keanehan ini.
"Coba dengarkan," ujarku sambil mengetuk-ngetuk dinding kamar. "Bunyinya berbeda bukan? ini sepertinya tembok beton."
"Mungkin saja ini dibuat untuk menopang cerminnya Sam, kayaknya menyatu dengan tembok deh," sahut Taeyong."Ah, coba ku lihat."
"Ini cermin biasa, meskipun agak kuno." Ucap Doyoung.
Cklek.
"Ah, tunggu. Suara apa tadi?" ujar Emily.
"Aku tak sengaja menyentuh ini terlalu keras dan—tunggu, ini terbuka!" sahut Taeyong.
Aku merinding sekarang. Apa ini semacam pintu rahasia? Sontak kami semua menatap Doyoung yang ada di belakang kami. Aku rasa dia pun baru mengetahuinya sekarang, terlihat dari ekspresi Doyoung yang sama kagetnya denganku.
Seketika kami terdiam, masih mencerna tentang sesuatu di hadapan kami.
"Who first?" tanya Mark.
"Together?" sahut Emily.
Mark tersenyum kaku "Ladies first."
Aku mendengus kesal dan langsung membuka lebar cermin ini. Sangat berat, seperti sepenuhnya terbuat dari besi. Saat masuk aku langsung dihadapkan dengan tangga yang lumayan curam. Well, aku segera masuk dibuntuti Jaehyun dan disusul yang lainnya. Lorongnya begitu sempit dan pengap, mungkin hanya cukup untuk dilewati oleh dua orang dan itupun berdesakan.
"Tunggu, mana Jeff?" tanya Doyoung.
"Astaga, aku meninggalkannya di garasi." sahut Taeyong. "Sebentar aku susul dulu."
Taeyong pun hendak kembali ke atas. Sebelum langkahnya menaiki tangga, Taeyong terdiam menyadari ada seseorang di atas sana.
"JESSLYN?!"
Ya, dia Jesslyn.
Sontak kami pun terperanjat saat melihat matanya yang hitam pekat, seperti penuh amarah. Dia mulai tertawa kemudian disusul dengan sudut bibirnya yang menyeringai. Urat-urat kelabu muncul di sekitar lehernya, dan tatapannya kini begitu seram seakan-akan penuh dengan dendam.
"J-Jess?" tanya Doyoung.
"D-dia bukan Jess." Bisik Emily.
Jesslyn menjawab dengan bahasa yang tidak kumengerti, suaranya pun bergaung sangat aneh. Dia tertawa dengan keras dan menutup pintu itu dengan kecang. Sementara aku masih mematung dibawah sini, makhluk apa yang merasuki Jess tadi? Entahlah sekarang aku sangat ketakutan. Kedua lututku rasanya tidak bisa lagi menopang tubuh ini.
"B-bagaimana ini?" tanya Mark gemetar.
Taeyong mencoba mendorong pintu itu, tetapi usahanya itu tak membuat pintunya bergerak sedikitpun.
"Telpon–telpon Jeff, atau siapa saja!"sahut Doyoung.
Sial, handphone kami semuanya ada di luar sana.
"Rasanya, kita harus mencari ujung lorong ini." Gumam Emily.