Chereads / Jawara Paranormal / Chapter 11 - Siluman Garuda dan Lampir

Chapter 11 - Siluman Garuda dan Lampir

Satria diam membeku sembari melihat kemunculan sosok pemilik dari tempat ini.

Makhluk itu adalah salah satu legenda urban yang banyak ditakuti oleh manusia dan menjadi musuh yang sulit dikalahkan oleh para dukun.

Lampir, makhluk yang melewati batas antara siluman dan iblis. Dia merupakan manusia yang berubah menjadi siluman, karena kekuatannya yang luar biasa dia tidak bisa mengontrol kekuatannya dan akhirnya dia menjadi seperti ini.

Sebagian tubuhnya manusia dan sebagian lainnya adalah siluman, siluman itu menggunakan jubah yang menyelimuti seluruh tubuhnya, matanya dan wajahnya sangat menjijikan seperti dia adalah makhluk terburuk di muka bumi ini, hanya itu yang bisa dideskripsikan Satria saat melihat wujudnya.

"Manusia, aku senang dengan mereka. Manusia adalah makhluk yang bisa menjadi mainan bagiku. Mereka begitu rapuh dan nikmat sebagai makanan bagiku."

Jaka tidak bisa diam ketika melihat siluman legenda urban berada di depan matanya, dengan pusaka miliknya dia memberikan perlawanan, begitu dengan dukun lain yang mengikuti Jaka.

"Kau akan mati disini!."

Teriak Jaka dengan penuh amarah saat pertama kali melihat siluman tersebut.

Hanya beberapa detik setelah Jaka menyerang tubuhnya langsung terikat oleh ular yang muncul dari bayangan.

Ular-ular itu mengikat tubuh mereka hingga semua organ tubuh mereka tidak bisa bergerak. Jaka tidak bisa melakukan apapun, semuanya tunduk ketika berada di hadapan legenda urban.

"Kamu terlalu bersemangat, itu tidak sopan ketika aku baru saja datang dan malah menyerangku."

"Kau sosok paling hina di dunia dukun, kau sudah melupakan jati diri manusiamu!."

"Ah, sosok dukun idealis ya. Memang aku sudah membuang jati diri manusiaku sejak aku membantai semua orang hingga bisa hidup abadi seperti sekarang."

Jaka mengigit bibirnya sendiri, tak percaya apa yang sudah dia dengar dari sosok dukun yang dia ketahui.

"Katakan padaku, bagaimana perasaanmu saat membunuh manusia dan memakan mereka."

"Itu nikmat sekali. Ahhhh aku tidak berhenti menikmati kecanduan ini, aku belajar dari orang yang tepat."

"Membunuh dan memakan mereka, semua itu kau lakukan demi egomu sendiri, kau sudah merusak nilai seorang dukun."

Lampir mengerakkan jarinya, pada saat itu lilitan ular Jaka semakin ketat seperti tubuhnya akan hancur bila itu terus dilakukan.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan, karena kalian semua akan menjadi santapan lezat bagiku, dan sepertinya teman-temanmu hanya bisa diam saja."

Jaka menolehkan wajahnya dan menemukan ketakutan yang melanda para dukun lainnya.

Semua dukun lain hanya bisa diam saja, mereka terlalu takut untuk berhadapan dengan legenda urban.

"Kalian semua..."

"Benar, bila kalian melawan kalian akan mati dengan tragis, lebih baik diam saja dan nikmati kematian yang tidak menyakitkan."

Ketakutan adalah hal yang lumrah bagi manusia, memilikinya tidaklah salah.

Selain Lampir, sosok yang barusan lahir dari darah siluman yang masuk ke dalam tubuh manusia, Garuda. Meskipun bukan sosok Siluman Garuda asli tapi bentuk dan kekuatannya hampir menyamainya.

Kedua siluman tingkat tinggi berada di hadapan mereka semua, jelas tidak ada hal yang bisa dilakukan kecuali pasrah akan keadaan ini.

Siluman Garuda sosok mitologi dari kepercayaan hindu yang digambarkan sebagai manusia setengah burung. Kepakan sayapnya dapat membuat hempasan yang bisa memisahkan daging dan tulang manusia. Cakar-cakarnya dapat mengoyak daging manusia dan memutilasi seluruh tubuh manusia.

Semua orang tidak bisa bergerak.

Lampir mendekati mereka.

"Kalian semua luar biasa, tubuh kalian terasa sangat nikmat. Aku bisa merasakannya meski belum memakannya."

Katanya sambil meneteskan air liur, dia merasakan nikmat daging manusia lewat sentuhan kuku panjangnya.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan, karena tubuh mereka tidak bisa bergerak.

Semua orang mengeluarkan keringat dingin, bukti ketakutan mereka semua.

"Ada apa, kenapa kalian berkeringat banyak? Apa kalian takut padaku? Aku tidak menggigit kok, kalian akan aku nikmati dengan cara yang tidak menyakitkan. Pertama-tama akan aku kupas kulit kalian hingga bersih, lalu memotong bagian tubuh kalian kemudian, ahhhh aku tidak bisa menahan kenikmatan ini."

Tiba-tiba Lampir mendekati seseorang yang dianggap sama seperti dirinya. Dia merasakan aura seseorang yang membuatnya lebih bersemangat, sosok perempuan hitam berambut panjang membuatnya tertarik.

"Kamu seorang ahli nujum."

Manna adalah orang yang Lampir dekati berikutnya.

"Ahhh, sudah lama aku tidak bertemu dengan orang yang memiliki banyak energi kutukan, sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Kamu adalah orang spesial diantara mereka semua."

Kali ini Lampir tidak bisa mengendalikan nafsunya untuk menikmati kekuatan yang ada dalam tubuh Manna.

Lampir mendapatkan kekuatannya dari mengonsumsi manusia.

"Siluman Lampir, sosoknya yang merupakan dukun tingkat tinggi bisa jatuh ke jurang siluman. Para dukun sudah lama mencari keberadaanmu, ternyata kau pergi ke dunia gaib."

"Anakku sayang kamu tidak boleh asal menyimpulkan seperti itu, aku hanya ingin menjadi sosok yang abadi dan dengan menjadi siluman aku bisa menjadi abadi."

"Maaf saja aku tidak tertarik untuk memberikan tubuhku padamu."

"Gumpalan lemak di dadamu ini membuatku ingin menyantapmu dengan darah segar yang keluar dari urat nadimu."

Siluman itu memegang dada Manna.

Kemudian dia menjilat Manna hingga air liurnya membasahi wajah Manna, sungguh menjijikan.

"Enak sekali!."

Sutri yang ada didekat Manna memaksakan tubuhnya yang terlilit ular untuk melindungi Manna.

"Jangan sentuh dia dengan tangan kotormu itu."

Sutri menatap tajam siluman yang berani menyentuh Manna, mata Sutri seperti akan keluar.

Tatapan tajamnya menusuk Lampir.

"Anjing kecil berani sekali kamu menatapku seperti itu. Aku punya ide yang bagus untuk membuatmu patuh padaku... "

Lampir memegang leher Sutri dan mencekiknya.

Sutri tidak bisa bernapas, pernapasannya terganggu sehingga membuat kulitnya menjadi biru, kondisi ini terjadi karena tidak ada suplai oksigen mengalir di tubuhnya.

"Sekarang kamu bisa jadi anjing yang patuh, bukan."

"Lepaskan Sutri!."

Saat Manna ingin menggunakan kekuatannya, dia tidak bisa menggunakannya.

"Kenapa, aku tidak bisa menggunakan kekuatanku?!."

"Anakku sayang karena aku menghilangkan kekuatanmu. Itu hal yang mudah bagiku selama kalian semua terikat dengan sihirku, hahaha..."

"Tidak mungkin."

Kata Manna dengan penuh kekecewaan mendengar realita ini.

"Anakku, aku hanya ingin anjingmu patuh padaku. Kamu diam saja dan lihat darisana. Jadilah anak baik yang menurut pada orang tuamu."

Semuanya hanya bisa diam saja, bila bertarung dengan legenda urban maka mereka akan mati, nyawa Sutri akan hilang.

Manna benci dengan kelemahan dirinya, dia membuat Sutri menjadi tumbal baginya.

Semua tidak bisa melakukan apapun, semuanya hanya bisa menunggu ajal mereka saja, siluman Garuda yang siap menerkam siapapun.

Melawan hanya akan mendapat kematian

Diam juga sama saja dengan mati.

Pilihan mereka semua hanya berujung pada kematian.

Seketika itu tangan Lampir langsung lepas.

"Hah?!..."

Tebasan cepat yang Satria lakukan membuat luka di tubuh Lampir.

"Tidak kusangka ada yang berhasil lepas dari sihirku."

"Itu bukan masalah besar bagiku, aku bisa saja membunuhmu, disini sekarang juga."

Satria berhasil melancarkan serangan pertamanya pada siluman tersebut, dia memotong lengan yang tadi mencekik Sutri.

Berkat serangan itu, orang-orang yang terkena lilitan ular berhasil melepaskan diri, kekuatan Lampir berkurang drastis ketika salah satu bagian tubuhnya terlepas.

Tapi tidak butuh waktu lama bagi siluman itu untuk menumbuhkan kembali tangannya.

Satria memberikan Sutri kepada Manna.

"Kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan dari seranganku ini."

"Silahkan saja anak muda."

Satria langsung melaju secepat kilat untuk menebas Lampir, hanya saja dia melupakan sesuatu bila yang dia hadapi bukan hanya Lampir seorang. Dia berhadapan dengan Garuda itu sendiri, Satria kembali terhempas karena kekuatan sayap Garuda.

Pertarungan antara Satria dan Garuda, dia tidak ingin orang lain mencoba mencuri mangsanya.

Arya dengan sigap langsung mendatangi Satria yang menderita luka kecil.

"Kamu terlalu gegabah, dinginkan kepalamu."

"Maaf mas Arya, aku ingin sekali memurnikan kedua siluman itu. Jangan halangi aku, tubuhku belum panas."

"Kalau begitu persiapkan serangan berikutnya, kita akan menyerang."

"Sayangnya aku tidak begitu mengharapkan bantuan dari para dukun itu... mereka semua ketakutan dan tidak bisa mengerakkan kaki mereka."

Arya tidak bisa membantah argumen itu.

Jaka yang tadinya percaya diri dengan kemampuannya tidak bisa mengalahkan legenda urban, kemampuannya masih belum cukup.

Dia juga melihat para dukun lain yang tidak berhenti untuk gemetaran saat mereka menyadari jika lawan mereka adalah legenda urban.

"Jaka kita harus membantu Satria, dia tidak bisa melawan mereka berdua. Sebagai pemimpin, kau harus membangkitkan semangat mereka."

"Untuk apa? kita pasti akan mati disini, aku pikir bisa mengalahkannya tapi kemampuan kita sangatlah berbeda dengan kedua siluman itu. Kita harus terima kenyataan jika kita harus mati disini..."

Kata Jaka dengan wajah menyedihkan.

Tamparan keras melukai wajah Jaka.

"Aku tidak suka Jaka yang seperti itu."

"Rosa...."

"Aku tidak ingin pasrah dengan keadaan ini, kita masih harus berjuang untuk tetap hidup."

"Tapi lawan kita adalah legenda urban, dengan kekuatan tempur kita saat ini, itu mustahil untuk dilakukan."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan? diam saja dan mati, atau melawan dan mati."

Batin Jaka menghadapi gejolak pilihan yang akan menentukan hidup para dukun yang bersamanya.

"Kita akan melawan, meskipun kita tidak tau bagaimana hasilnya kita tidak boleh berdiam diri saja."

Kata Rosa yang ingin mengembalikan semangat Jaka.

"Aku pikir kita bisa mengalahkan kedua siluman itu."

"Mustahil? itu mustahil, apa yang kamu bicarakan?."

"Kita bisa percaya dengan itu."

Kata-kata yang Rosa katakan mulai membangkitkan semangat hidup Jaka.

"Jaka, kamu tau kan kita selalu bisa menghadapi cobaan berat, aku yakin kita pasti berhasil."

Rosa mengenggam tangan Jaka.

"Kita akan hidup."

"Sungguh aku menunjukan sesuatu yang tidak pantas sebagai pemimpin, maafkan aku."

Jaka bangkit dari keterpurukan dan mulai melawan takdirnya.

"Kalian semua! Jangan patah semangat, kita pasti bisa melaluinya, lihatlah orang itu meski melawan legenda urban tapi semangatnya tidaklah luntur, meski tak ada kemungkinan memang dia tidak takut dengan apapun, aku berjanji kita akan tetap hidup jadi angkat pusaka kalian dan lawan mereka!."

Orang yang Jaka maksud adalah Satria yang dengan berani menghadapi musuh di depannya.

"Aku tau jika ini tidak terlalu berguna, tapi akan lebih baik kita melawan daripada hanya diam saja."

Kata-kata yang Jaka katakan mulai membangkitkan semangat para dukun yang lain.

Semuanya mengangkat pusaka milik mereka dan melawan musuh di depannya.

Siluman Lampir mulai mengeluarkan kekuatannya, dia memanggil mayat hidup untuk membunuh semua dukun.

Sepertinya Satria harus menggunakan teknik terkuatnya yaknik teknik atma.