Satria dan Lampir saling berhadapan.
Dengan kemampuan yang dimiliki Satria, dia bisa mengimbangi perlawanan dari legenda urban.
Pertarungan ini menjadi seimbang.
Semua orang terkejut melihat kemampuan yang Satria miliki, pertarungan ini seperti berada di dimensi lain. Lebih tepatnya pertarungan ini berada di atas jauh dari kemampuan mereka.
Satria memberikan perlawanan yang seimbang dengan legenda urban, Lampir.
Rosa yang hampir saja tewas bila Satria terlambat sekian detik, melepas ketakutannya. Lututnya menjadi lemas, Rosa menundukkan kepalanya, dia tidak percaya masih bisa hidup.
"...Aku masih selamat..."
Jaka bergerak dan menenangkan kegelisahan yang Rosa rasakan.
"Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja."
"Jaka, aku begitu takut, untuk sesaat aku pikir tidak bisa bertemu denganmu lagi."
Jaka mengelus kepala Rosa yang mengigil ketakutan, kemudian berkata.
"Tenang saja, kau akan baik-baik saja. Pertarungan ini masih belum selesai, kita harus tetap bertahan."
"Kamu benar, maaf sudah menunjukan sisi lemahku."
Satria dengan segala kemampuan yang dia miliki mulai memukul mundur pergerakan dari Lampir, dia menaruh jimat perusak di pusakanya.
Serangan yang dia keluarkan memberikan luka yang fatal bagi Lampir meski tidak mengenai intisari kehidupannya. Satria Terus mencoba hingga berkali-kali, pertarungan ini ada di luar batas kemampuan semua orang.
Dari arah belakang terdapat serangan yang mengenai Lampir, dukun yang memberikan luka itu adalah Sutri dengan wujud khimera.
"Aku bantu dari sebelah kiri."
"Aku tidak perlu bantuan dari orang sepertimu, aku sendiri saja sudah cukup. Tapi... yah mungkin kau bisa membantu sedikit. Jangan biarkan dia sampai memulihkan lukanya."
Legenda urban Lampir merapalkan mantra untuk memulihkan dirinya.
Dalam sekejap saja luka yang dari tadi Satria torehkan semua menjadi hilang, bahkan tak berbekas sedikitpun.
Satria tidak menghentikan serangannya, pada saat itu juga muncul celah untuk melukai sosok siluman tersebut.
Sutri mengeluarkan cakar tajamnya dan mulai memberikan luka tajam.
"Aku tidak membiarkanmu istirahat bahkan walau satu detik pun."
Serangan gabungan Satria dan Sutri tidak memberikan perlawanan yang berarti bagi Lampir tersebut. Meski begitu Lampir tetap saja merapalkan mantra pemulihan yang membuat dia tetap kembali sebelum masa Satria dan Sutri melukai dia.
---Cih, ini percuma saja dia bisa menggunakan mantra pemulihan, beberapa kali serangan tidak akan ada artinya---
Satria dan Sutri mulai kehabisan stamina.
Apalagi Satria yang masuk ke dalam mode Atma telah banyak menguras energi spiritual.
"Tidak adakah yang bisa kita lakukan untuk menghentikan mantra pemulihannya?."
Kata Satria yang tidak bisa melihat arah ke depan pertarungan ini. Jika ini diteruskan maka pertarungan ini tidak akan pernah selesai.
Jaka dan Rosa datang mendekati Satria yang sedang kebingungan untuk mengalahkan Lampir tersebut..
"Pertarungan ini tidak akan pernah selesai, kita harus melakukan sesuatu dengan mantra pemulihan yang dia miliki ini."
Kata Satria yang tidak tau harus berbuat apa.
"Kamu benar Satria karena itulah Rosa memiliki jawaban atas masalahmu itu."
"Cepat katakan aku tidak bisa terlalu berbincang dengan kalian berdua."
"Satria kemarikan tanganmu."
Tanpa mengerti apa yang Rosa lakukan pada dirinya, Satria tanpa sadar langsung mengulurkan tangannya.
Rosa menuliskan bahasa aksara kuno di pergelangan tangan Satria.
"Apa ini?."
Tanya Satria yang penasaran dengan apa yang Rosa perbuat pada pergelangan tangannya.
"Itu adalah mantra kuno yang bisa menghentikan kemampuan mantra seseorang disebut juga dengan 'Haden'. Tapi itu hanya berlangsung selama 1 menit saja. Jika kamu memiliki mantra ini dalam radius 100 meter tidak ada makhluk yang bisa menggunakan mantra mereka."
Satria tersenyum sinis ketika Rosa mengatakan itu.
"Satu menit saja kah, kurasa itu cukup bagiku."
Setelah itu Satria mengaktifkan lagi mode Atma.
Di lain sisi para dukun lain sedang berhadapan dengan mayat hidup yang Lampir miliki. Pertarungan mereka mulai terlihat lebih unggul daripada sebelumnya, Arya yang memimpin komando langsung memberikan perintah yang bisa dikatakan lebih masuk akal.
"Musuh yang sulit sedang mereka hadapi, kita tidak boleh kalah dengan mereka."
Kata-Kata Arya seperti membakar semangat mereka, para dukun lain sedikit demi sedikit mulai mengurangi jumlah pasukan mayat hidup tersebut.
Dengan menggunakan jimat perusak yang mereka pasangkan dengan pusaka mereka memberikan daya serang yang lebih baik. Dengan menggunakan jimat tersebut kemampuan mayat hidup berkurang cukup drastis hingga mereka butuh waktu lebih lama untuk regenerasi.
Arya adalah dukun yang veteran dibanding para dukun muda yang lain, dia memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih daripada mereka semua.
Manna masih mengisi energi spiritualnya bersama dengan Ami.
"Maaf aku tidak bisa membantu banyak."
"Tidak apa-apa kita adalah tim jadi akan saling membantu satu sama lain, untuk saat ini kamu lebih fokus untuk mengembalikan energi spiritualmu."
Ami mencoba menghibur Manna yang merasa dirinya kurang bisa membantu.
"Kamu benar, saat ini pun Sutri sedang bertarung dengan musuh yang lebih kuat darinya, seketika energiku sudah pulih akan aku hanguskan mereka semua."
"Dukun bernama Satria itu sungguh berani sekali ya. Tanpa ada rasa takut dia berani melawan legenda urban. Manna sendiri kenal dengan dia bukan, waktu pertama kali kita kumpul kamu terlihat marah dengan dia."
Pengalaman yang ingin Manna lupakan dari ingatannya malah terpintas kembali ketika Ami mengungkitnya kembali.
"Kumohon jangan buat aku mengingat itu."
"Hahahaha, aku minta maaf soalnya waktu itu semua heboh ketika kalian berdua bertingkah seperti itu."
Manna mencoba menutupi wajahnya.
Disamping pertarungan lain, dukun dan roh agung Paimon yang Rosa panggil sedang bertarung sengit dengan Siluman Garuda.
Jaka berbincang dengan Rosa yang merupakan pemanggil dari roh agung tersebut.
"Sepertinya wujud roh agung itu semakin lama menjadi transparan, apa aku tidak salah lihat?."
"Itu karena energi spiritualku juga sudah mulai kering, aku tidak bisa menjaga wujudnya lebih lama lagi."
"Kira-kira berapa lama?."
"Sekitar 10 menit lagi, memanggil roh agung membutuhkan banyak energi spiritual."
Rosa yang telah memanggil roh agung dengan bantuan dari Arya tidak bisa menahan lebih lama lagi, berbeda dengan roh pada umumnya memanggil roh agung membutuhkan banyak energi spiritual untuk menjaga wujud mereka ke dalam dunia manusia.
Pertarungan mereka masihlah belum selesai.
"Rosa pergilah menuju Ami, kita membutuhkan kemampuannya karena itulah kau harus mengembalikan energi spiritualmu, kita tidak boleh lengah sedikitpun. Bila roh agung yang kau panggil hilang itu akan membuat kita menjadi sasaran empuk."
Rosa menganggukan kepala.
"Meski aku tidak bisa membantu banyak Satria, aku akan membantunya."
Jaka mengeluarkan selembar kain, kemudian dia mengikatkannya.
---Akan aku tunjukan kemampuanku---
Jaka pergi menuju area pertarungan dengan Lampir.
Rosa seketika itu diam sambil melihat kepergian Jaka.
Langkah kaki Rosa berjalan-jalan, dia mengikuti apa yang Jaka perintahkan padanya.
Bersama dengan pusakanya Jaka masuk kembali ke dalam pertarungan.
"Meski menambah satu pionpun kalian tidak akan menang melawanku."
Pergelangan tangan kanan Satria yang terdapat mantra 'Haden' masih belum diketahui oleh siluman tersebut.
"Sudah selesai berbincang dengan kekasihmu."
Kata Satria dengan senyum sinisnya.
Jaka membantah pernyataan Satria mengenai Rosa yang disebut sebagai pacarnya.
"Kami hanya rekan kerja, tidak ada perasaan diantara kami."
"Hoh... terserah, aku butuh bantuanmu untuk mengunci target. Bisakah aku mengandalkanmu."
"Tentu saja, aku adalah salah satu pillar di klan Majapahit."
Satria menoleh ke arah Sutri yang sedang mempersiapkan serangan berikutnya.
"Oy, gadis kecil masih sanggup?!."
Sutri menatapnya dengan tajam seraya berkata.
"Tidak usah khawatir."
Meski Sutri bilang seperti itu kondisi tubuhnya tidak sedang baik-baik saja, dia sudah babak belur, aliran napas yang tidak terkontrol membuat dia bisa tumbang begitu saja. Pandangan matanya juga sudah tidak normal hal itu terlihat dari bola mata mulai rabun.
Satria memulai serangan kejutan.
Kemudian dilanjutkan dengan serangan dari Jaka dan Sutri.
Meski baru pertama kali ini mereka bertemu, kerjasama diantara mereka bisa dibilang cukup bagus.
Kombinasi serangan mereka bertiga membuat Lampir tidak bisa leluasa bergerak.
"Lumayan untuk ukuran serangga seperti kalian, tapi sepertinya kita tidak bermain lebih lama lagi bukan?! Sepertinya salah satu dari kalian sudah mencapai batasnya."
Kata-kata itu merujuk ke arah Sutri.
"Lebih baik kau khawatirkan urusanmu sendiri, dasar nenek peyot."
"Aku akan jadikan kau yang pertama untuk mati anak muda."
Seperti biasa Satria maju menjadi yang pertama.
"Anak yang tidak tau kapan waktunya menyerah."
Pusaka Satria mengiris luka di tubuh Lampir.
"Sayang sekali meski sebanyak apapun luka yang kau buat tidak akan membunuhku."
"Begitukah?."
"?!."
Luka yang di buat Satria tidak beregenerasi kembali.
"Apa?! Mustahil lukaku tidak pulih."
"Akhirnya mantra ini aktif juga, sambil menunggu aku mencari celah untuk mengaktifkan mantra ini ke tubuhmu."
Tubuh Lampir memiliki corak aneh setelah Satria menyentuhnya, mantra 'Haden' yang Rosa rapalkan ke tangan Satria sudah aktif.
Mantra itu langsung membelenggu kemampuan pemulihan diri dari Lampir.
"Begitukah, ini mantra 'Haden' kah. Ternyata masih ada dukun yang mempelajarinya. Tapi sayang sekali, mantra ini hanya aktif selama 1 menit, setelah itu kematian akan menjemput kalian."
"Satu menit itu sudah cukup bagi kami."
Ketiga dukun itu mulai menyerang secara bersamaan ke satu titik.
"Kali ini akan ada serangan dari 3 arah yang berbeda, kuharap kau tidak mati semudah itu."
Tubuh Lampir banyak mengeluarkan darah, dia sudah berada di ambang masa hidupnya.
"Baiklah ini saatnya mengakhirinya."
[Ketika dosa-dosa saling berhamburan tanpa memandang.
Sang iblis terus memakan jiwa pendosa begitu lahapnya.
Perlahan semua tumbuh menjelma menjadi kemarahan.
Kecemburuan tidak pernah berakhir dan kesombongan akan terus menghiasi
Saat itulah makhluk selain manusia tak dapat hidup disini.]
[Shaitaan]
Mantra pamungkas Satria sudah dia rapalkan.
Satu tusukan tepat di jantung Lampir.
Anggapan bahwa pertarungan ini sudah berakhir itu sangatlah naif.
Tepat setelah Satria menggunakan serangan terakhirnya, dia mendapatkan luka tusuk.
"A-apa ini?."
Tangan Satria ternodai darahnya sendiri.
Sutri bergegas menyelamatkan Satria yang hampir saja mati.
"Hahahaha tidak semudah itu untuk membunuhku, kalian pikir dengan serangan tadi bisa membunuhku kalian naif, akan aku tunjukan kekuatanku yang sebenarnya."
"Kembalilah wahai budakku."
Siluman Garuda langsung kembali menuju tuannya.
Tubuh siluman itu langsung menghilang dan menyisakan bentuk cincin.
Lampir memasang cincin itu di jemarinya.
"Kalian semua membuatku muak, rasakanlah kepedihan dari neraka."
[Wahai semua makhluk yang berdosa datanglah padaku,
[Dengan wewenangku sebagai raja kalian aku perintahkan kalian,
[Hancurkan semuanya, musnahkan semuanya, Lenyapkan semuanya
[,Aku menginginkan kemenangan mutlak]
[Niraasha]
Setelah Lampir merapalkan mantra tersebut, kehancuran akan mendatangi mereka.
Mantra yang dia rapalkan adalah mantra memanggil para budak siluman miliknya, para siluman itu muncul satu persatu.
Ini sudah seperti neraka bagi para dukun yang sedang mempertaruhkan nyawa mereka saat ini.
"Ini tidak mungkin, jelas kita tidak akan selamat."
Kata Jaka yang melihat kemustahilan yang ada di depannya.
"Inilah rasa takut yang sebenarnya, takutlah, memohonlah untuk kehidupan kalian yang tidak berguna. Para budakku silahkan memakan makanan yang sudah disiapkan."
"Kurasa ini adalah waktuku untuk bersinar."
Manna muncul dan berdiri di hadapan para siluman ini.
"Anakku akhirnya kamu muncul juga, kesini dan lihatlah kematian para manusia hina ini. Kamu tidak perlu menjadi bagian dari mereka."
"Maaf aku tidak tertarik menjadi siluman, aku ingin selamannya menjadi manusia."
Manna membuka buku mantra miliknya.
"Setelah ini mungkin aku akan pingsan dalam waktu yang lama tolong lindungi aku, Sutri."
"Tentu saja aku akan selalu melindungimu."
[Sang malaikat maut turun dari surga,
Jatuh hingga menuju dalamnya neraka,
Tuhan tidak tahu siapa yang salah,
Tuhan tidak tahu siapa yang benar,
Hanya kematian datang bagai api hitam.]
[Kedavra de Avadra]
Ini adalah kutukan api hitam.
Berbeda dari kutukan yang dia rapalkan sebelumnya, kali ini dia menggunakan semua energi spiritualnya untuk satu serangan pamungkas.
Setelah membaca mantra itu para siluman langsung tertelan ke dalam api hitam.
"Anakku ternyata kau memiliki potensi yang lebih daripada yang aku duga. Aku jadi semakin menginginkanmu."
Kekuatan yang Manna tunjukan adalah kemampuan yang sesungguhnya.
Dengan kekuatan itu seluruh siluman langsung hilang tertelan ke dalam api hitam, tanpa menyisakan satu pun.