Pedang tadi kembali hampir saja menusuk sisi kanannya. Dengan cepat LJ memiringkan tubuhnya menghadap kanan, mencengkram pergelangan tangan yang sedang memegang pedang tersebut lalu memutarkan pergelangan tersebut sambil meremasnya.
"Argh!"
Pedang tersebut langsung terjatuh begitu saja. Tanpa menunggu lama, LJ menendang perut pria yang masih berhadapan dengannya berkali kali dengan dengkulnya, setelahnya memukul tubuh bagian belakang pria itu dengan kuatnya menggunakan sikutnya. Hal itu berhasil membuat pria pertama lumpuh dari pergerakan menyerang.
Pria kedua menyerang. Kali ini dia menggunakan tongkat baseball. Pria kedua melayangkan pukulan, tapi LJ langsung menahan tangannya. Tidak ingin menyerah, pria itu melayangkan tangan satunya lagi untuk memukul tapi kembali ditahan oleh LJ. Sedetik kemudian LJ membenturkan kepalanya ke kepala pria itu. Dahinya serta kepala bagian atas LJ berhasil membentur bagian hidung, mulut, dan dagu pria tersebut. Si pria berhasil dibuat pening dan darah segar berhasil mengalir dari hidung. LJ melepaskan salah satu tangan pria lalu melayangkan pukulan bertubi-tubi di ulu hati dan sekali meninju wajah lawannya. Dan LJ kembali berhasil melumpuhkan lawannya.
Pria ketiga bergerak untuk melawan. Pria ini tidak membawa senjata tetapi badannya lumayan kekar. Dia melayangkan tinjuan tapi berhasil ditahan LJ dengan tangannya. LJ membalikkan tubuhnya sambil menarik tangan pria itu, menendang salah satu kakinya dengan kuat, lalu mengangkat tubuh pria itu dan langsung membantingnya. Ternyata walaupun badannya hampir dua kali lebih besar dari LJ, tetap saja LJ berhasil mengalahkannya.
Setelah berhasil mengalahkan tiga dari empat pria yang menjadi lawannya. Dia menoleh kebelakang dan melihat sisa lawannya sekaligus ketua dari keempat pria tadi dengan napas yang tersengal-sengal. Lalu membalikkan tubuh melihat lawannya
"Kenapa kau tidak maju? Kau takut?"
Perkataan LJ tersebut berhasil menyulut emosi satu lawan di depannya. Dengan napas yang menggebu, pria terakhir sekaligus sang ketua mengeratkan pegangannya pada pedangnya lalu maju untuk melawan LJ. Dengan cepat LJ menghindar dan mencoba untuk merebut pedang tersebut. Dia menghindar ke samping lalu cepat menendang pria tersebut hingga si pria terdorong ke samping dan terjatuh.
Dugg
"Argh!!"
Kepala pria tersebut berhasil terbentur ke tanah. Dan hal itu pria terakhir itu berhasil lumpuh dari pergerakannya. Pedangnya terlepas dari genggamannya.
LJ langsung melangkahkan kaki ke arahnya. Dia menarik baju pria tersebut lalu mensejajarkan diri dengan pria tersebut.
"Hanya segitu kemampuan kalian huh?", LJ bertanya tepat di depan wajah pria terakhir yang sudah menutup matanya setengah akibat benturan tadi.
"Kau bermain dengan lawan yang salah brengsek. Dan tidak semudah itu untuk membunuhku paham?"
LJ kembali membanting tubuh yang belum lama diangkatnya lalu beranjak pergi dari sana.
Tapi, tanpa diduga oleh LJ, pria tadi bangun dari tidurnya, menangkap salah satu kaki LJ dan
Jleb
Sebuah pisau berhasil tertancap di pinggang LJ.
"Argh mmh!", LJ terkejut sekaligus merasakan sakit. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap pria yang baru saja menancapkan pisau pada pinggang nya.
"Beraninya kau!"
LJ mencengkram pergelangan tangan pria itu dan membantingnya ke tanah, membuat pria itu kembali terbentur ke tanah. LJ menyentuh pisau yang berada di pinggangnya dan dengan perlahan mencabutnya.
"Mmmhh.", LJ memejamkan mata untuk menahan teriakan sambil terus berusaha mencabut benda tajam tersebut.
"Errggh!"
Akhirnya pisau tersebut berhasil dicabutnya.
LJ sedikit melangkah dan menumpukan tubuhnya pada salah satu dengkulnya.
"Kau ingin membunuhku?"
"Bagaimana kalau aku yang membunuhmu? Pasti akan seru."
LJ tertawa remeh sambil menatap pria yang terkulai lemas di hadapannya.
"Hei mengapa kau diam? Tidak bisakan kau berbicara? Mana ocehan dan pilihanmu tadi sialan huh? MANA?!"
"Ah baiklah, aku anggap itu sebagai persetujuan saja."
LJ mengangkat tangannya yang memegang pisau tinggi tinggi dan mengarahkannya tepat di jantung si pria.
"Rest in hell bastard!"
Jleb
Pisau tersebut berhasil menusuk dada si pria, membuat si pria sedikit berteriak. Ya, teriakan terakhirnya sebelum ia menutup mata.
LJ berdiri kembali dan menatap ketiga pria sebelumnya.
"Aish aku lupa bertanya apakah kau punya pistol atau tidak kepada mu.", LJ menatap pria yang sudah ia bunuh dengan tatapan sendu.
"Tapi tidak apa, aku bisa mencarinya dimobil mu. Mobil mu tidak di kunci kan? Aku izin masuk ya."
LJ berjalan tertatih menahan rasa sakit di pinggangnya ke arah mobil. Dia benar benar mencari senjata beramunisi tersebut.
"Got you."
LJ berhasil menemukan senjata kecil itu di laci dashboard. Dia mengeluarkan tempat peluru dan memeriksa jumlah pelurunya.
"Ah pas sekali ada empat. My lucky day."
LJ kembali mengobrak-abrik laci tersebut untuk mencari benda yang lain. Matanya langsung berbinar ketika mendapat benda tersebut.
Silencer
"Ah perfect!"
LJ keluar dari mobil tersebut dan membanting pintunya dengan keras. Setelah mendapat apa yang ia mau, LJ kembali berjalan menuju keempat pria tadi. Yang dimana tiga pria sudah terkapar lemas sedangkan yang satunya lagi sudah kehilangan nyawa.
"Aku tidak percaya dia sudah mati."
LJ mempersiapkan senjata yang baru saja ia dapatkan dan memasang silencer di mulut senjata lalu mengarahkan ke depan bawah.
"Hey kalian, beristirahatlah dengan tenang okay? Senang bertemu kalian!"
LJ menarik pelatuk senjatanya dan peluru berhasil terlontar dari sana. Setiap peluru yang terlontar berhasil mendarat di kepala pria yang sudah terkapar. Dan sisa satu.
"Aku takut kau masih hidup dan menusuk pinggang orang lain."
Anak perempuan itu kembali menarik pelatuk senjatanya dan pelurunya berhasil mengenai kepala pria yang sudah bersimbah darah sedari tadi.
Setelah menghabiskan peluru senjata yang ia temukan, LJ menjatuhkan senjata tersebut dan berjalan kembali menuju motornya. Dia duduk di samping motornya sambil memegang luka tusukannya.
Tak lama kemudian, dia mengambil ponsel nya di saku dan mengirim pesan kepada seseorang.
050920
(Send location)|
Datanglah, cepat!|
Setelah mengirim pesan tersebut LJ kembali menaruh ponsel nya dan kembali menggeram saat rasa sakit di pinggangnya menjadi-jadi. Darah sudah menggenang di sampingnya dan mengenai celananya serta kausnya.
~~
Lima belas menit kemudian datanglah beberapa mobil. Seluruh penumpang mobil tersebut langsung turun.
"LJ!"
Salah satu penumpang dari salah satu mobil yang datang langsung berlari menghampiri LJ yang sudah terduduk lemas sambil memegangi pinggangnya. Dan sisanya sedang berkeliling dengan senjata mereka masing-masing.
"Apa yang ter-"
Ucapan orang tersebut terpotong saat melihat tangan LJ yang sudah bersimbah darah dan di sampingnya sudah ada genangan kecil darah. Muka LJ pun sudah berwarna pucat pasi dan suhu tubuhnya terasa dingin.
"Astaga, bertahanlah!"
Orang tersebut ingin membantu LJ untuk berdiri, tapi tangannya langsung ditahan oleh LJ.
"Gunakan perlengkapan medis yang ada saja. Aku sudah mempunyai janji dengan orang lain.", ucap LJ lemas.
"Tapi kau-"
"Jangan membantahku, cepat!"
Dengan terpaksa orang tersebut berjalan menuju mobil nya untuk mengambil perlengkapan medis yang selalu tersedia didalam mobilnya.
"Maaf!"
Orang tersebut memberikan kain yang sudah dibasahi oleh alcohol ke luka tusukan LJ.
"Ahk!"
LJ terus merintih kesakitan, tapi itu tidak berlangsung lama.
Merasa sudah membaik, orang tersebut menempelkan berlapis-lapis kapan berukuran besar lalu melilitkan perban di pinggang LJ.
"Apa sudah merasa lebih baik?", tanya orang tersebut.
"Ya, terimakasih."
"Ini minumlah"
Dengan segera LJ meminum air putih tersebut hingga habis.
"Kalian urus mereka, aku harus pergi."
LJ berdiri dari duduknya dan mencoba untuk menguatkan diri.
"Tapi lukamu?"
"Tidak apa. Oh ya, apa kau punya jaket atau semacamnya yang berukuran besar?"
"Untuk?"
"Tidak mungkin aku berpenampilan seperti ini."
Orang tersebut langsung mengerti saat LJ menunjukkan bagian bajunya yan terkena darah.
"Ada, sebentar!"
Orang tersebut kembali berjalan menuju mobilnya untuk mengambil jaket miliknya dan memberikannya kepada LJ.
"Ini pakailah!"
"Terimakasih!"
LJ segera memakai jaket besar tersebut dan berhasil menutupi bagian bajunya yang terkena darah.
"Baiklah ini semua aku serahkan kepadamu. Jangan sampai pihak polisi mengetahui hal ini."
"Tentu saja."
LJ melemparkan senyuman kepada lawan bicaranya lalu mempersiapkan diri diatas motornya dan menggunakan helmnya.
"Kalau begitu, aku pergi."
"Ya, silahkan."
LJ menjalankan motornya menjauhi tempat tersebut dan pergi ke rumah CL. Ah pasti anak itu serta kedua orang tuanya sudah menahan lapar karenanya.
'Maafkan aku.' – batin LJ.