Chereads / Pacarku Ketua BEM / Chapter 11 - Masih Ku Tunggu

Chapter 11 - Masih Ku Tunggu

Taera dari kejauhan melihat wajah bahagia Ardilo dan Yola yang ada di belakangnya. Ardilo terlihat sedang ngobrol dengan Yola. Melihat senyum yang terpancar dari wajah Ardilo dan Yola, tampaknya mereka sangat dekat dan akrab satu sama lain. Taera kemudian ingat kata Kaino kalau Ardilo dekat dengan Yola. Mendadak Taera jadi minder sendiri.

"Jadi lo beneran deket sama kak Yola ya kak?" gumam Taera. Ada perasaan sedih yang terlintas dalam hatinya.

Taera sibuk memperhatikan Ardilo dan Yola sehingga tidak sadar kalau Dino sedang melihat ke arahnya. Ternyata Dino sedari tadi memperhatikan Taera yang terus melihat ke arah sekret BEM Fakultas Ekonomi. Dino berpikir mungkin Taera sedang menunggu atau ingin bertemu dengan seseorang.

"Taera !" sapa Dino dari depan sekret BEM Fakultas Ekonomi dengan sedikit berteriak.

Ardilo dan Yola otomatis menoleh ke arah Dino yang melambaikan tangannya. Mereka melihat Taera yang berdiri disana merasa kaget. Terlebih Ardilo.

Mampus lah, batin Taera. Dia bingung harus bagaimana. Mau kabur nggak enak. Mau nyamperin, tapi kikuk nggak tahu harus ngapain.

Taera yang sadar kalau sedang membawa sebuah hadiah untuk Ardilo, langsung menyembunyikan di belakang tasnya. Dia dapat melihat Ardilo yang kini tersenyum padanya. Tak lama kemudian Ardilo berjalan ke arah Taera. Membuat Dino dan Yola bingung dan bertanya-tanya kenapa Ardilo mendadak menghampiri Taera. Dino berpikir apakah Ardilo mengenal Taera dengan baik.

"Mau ketemu siapa, Tae?" tanya Ardilo begitu cukup dekat dengan Taera.

Taera jadi agak kikuk. Karena dia dapat melihat beberapa pasang mata kini melihat ke arah mereka. Tak sedikit dari mereka yang sedang berbisik-bisik. Tapi Ardilo tidak peduli. Dia nyaman-nyaman aja ngobrol dengan Taera meskipun banyak yang melihat mereka. Seolah dia tak peduli kata orang lain. Seolah dia ingin semua orang tahu bahwa dia dekat dengan Taera. Sedangkan dari kejauhan, Yola dan Dino sedang memperhatikan mereka dan tampak bingung.

"Ehmm.... Nggak kok kak, tadi cuma kebetulan lewat terus numpang duduk bentar," kata Taera ngeles. Dia tersenyum tipis sementara Ardilo mengamatinya dengan seksama.

"Kirain kamu mau ketemu aku," kata Ardilo kemudian tersenyum.

Ada suasana canggung disana.Wajah Taera memerah. Rasanya dia ingin kabur saat itu juga. Tapi hatinya menuntunnya untuk tetap tinggal. Dia ingin bertemu Ardilo. Hatinya ingin bertemu Ardilo. Dia ingin Ardilo tahu bahwa dia ada disana untuknya.

"Oh ya kak, selamat ya kepilih jadi ketua BEM. Salam buat Ervan juga. Selamat," kata Taera dengan agak kikuk.

"Makasih ya," Ardilo kemudian tersenyum, "Kamu jangan gugup gitu. Biasa aja. Biarin aja orang ngelihatin. Terserah mereka bilang apa."

Ardilo memang jago dalam menenangkan hati seseorang. Taera menjadi lebih baik. Dia tidak segugup tadi. Tapi masih saja ada perasaan deg-degan di hatinya.

"Aku... Aku balik dulu ya, kak," pamit Taera.

"Tae...," panggil Ardilo saat Taera sudah berjalan beberapa langkah.

Taera menoleh.

"Aku masih nunggu jawaban kamu," kata Ardilo.

Taera kemudian teringat kalau dia akan memberikan jawaban pada Ardilo hari ini. Tapi sepertinya tidak sekarang, dengan semakin banyaknya orang-orang yang sedang mengamati mereka.

Taera mengangguk, "Duluan kak."

***

Taera kemudian pulang ke kostannya yang masih sepi karena yang lain belum pada pulang. Setelah dia mandi, dia kemudian duduk di meja belajarnya. Dia masih kepikiran dengan kejadian tadi. Taera membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang Yola di sosmed. Setelah menemukan beberapa, Taera tertarik dengan blog milik Yola.

Taera membaca blog itu. Isinya banyak dan macam-macam. Ada tentang tips dan motivasi, tentang perkuliahan, tentang organisasi, tentang leadership, dan beberapa pengalaman kegiatan yang pernah dia ikuti. Kalau diingat-ingat obrolan cewek-cewek waktu itu, kayaknya Yola memang memenuhi semua kriteria cewek yang 11 12 dengan karakter Ardilo. Taera mendadak jadi minder sendiri.

Dia kemudian mengambil hadiah yang akan dia berikan ke Ardilo. Taera menatapnya seolah apa yang akan dilakukannya mungkin sia-sia. Mungkin Ardilo tidak terkesan. Bahkan hadiah itu mungkin tidak berharga baginya.

"Kak, gue suka sama lo, tapi....," Taera tidak dapat menemukan kata yang pas. Dia sekarang jadi galau. Haruskah dia menerima perasaan Ardilo atau menolaknya karena banyak pertimbangan?

***

Beberapa hari kemudian, Ardilo disibukkan dengan persiapan Open Recruitment (OR) anggota BEM Fakultas Ekonomi. Beberapa hari ini dia sibuk rapat. Kadang dia kangen sama Taera, tapi Taera tidak menghubunginya. Ardilo berusaha positive thinking bahwa Taera mengerti kalau Ardilo sedang sibuk.

Sebenarnya bisa saja Ardilo menghubunginya duluan. Tapi melihat tingkah Taera yang bertemu dengannya di dekat sekret BEM Fakultas Ekonomi membuatnya berpikir mungkin Taera tidak nyaman dan ingin sendiri dulu. Ardilo sangat paham dengan perasaan Taera. Walaupun begitu, hal ini membuat Ardilo kepikiran.

"Bang," panggil Dino.

"Ya? Kenapa, Din?" tanya Ardilo, sambil memeriksa beberapa formulir untuk OR.

"Bang Ardi kenal sama Taera?" tanya Dino kepo. Dino belum pernah melihat Ardilo sedekat itu dengan cewek, entah mungkin Dino tidak tahu. Tapi Dino sedikit curiga dengan kedekatan mereka.

"Kenal. Kenapa?" tanya Ardilo balik.

"Gapapa. Dia temen sekelas gue, bang," jawab Dino.

"Oh ya?" tanya Ardilo pura-pura kaget. Takut Dino curiga kalau Ardilo sebenarnya suka sama Taera. Entah kenapa mendadak Ardilo berpikir mungkin saja ini tidak akan baik bagi Taera kalau banyak orang yang tahu tentang kedekatan mereka. Ardilo jadi merasa bersalah dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

Dino mengangguk.

"Dulu, gue kira dia anak fakultas lain. Nggak taunya ternyata kita sefakultas. Teman sekelas lo lagi. Dunia emang sempit," kata Ardilo kemudian tersenyum.

"Lo kenal dia udah lama, bang?" tanya Dino semakin kepo. Dia seperti sedang wawancara artis yang ketahuan punya pacar baru.

"Gue udah tahu dia cukup lama, tapi kita baru kenalan beberapa hari yang lalu. Selama ini gue cuma nggak sengaja ketemu atau papasan sama dia," jawab Ardilo seadanya.

"Yang bener, bang? Kapan hari kelihatan deket banget," tanya Dino lagi. Dia nggak mau dapat jawaban yang seadanya. Dino harus tahu dengan detail.

"Iya, Din. Kemarin gue emang sengaja nyapa dia. Kan dia kenalannya Yuna sama temen-temen gue. Kali aja kan dia kemarin mau kesini tapi nggak enak sama kita-kita," jawab Ardilo menjelaskan.

"Ah nggak percaya gue, bang. Gue yakin ada apa-apa nih diantara lo sama dia," kata Dino nggak mau kalah.

"Ya kalau misalnya gue deket sama dia kenapa?" tanya Ardilo yang akhirnya sedikit kesal karena Dino dari tadi nanya mulu.

"Wah... Jangan-jangan abang suka sama dia ya? Ya kan? Ngaku aja udah, bang. Gue simpen rahasia lo baik-baik," kata Dino.

Ardilo hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tuh kan. Gitu aja nggak mau ngaku. Tenang bang, gue dukung kok kalau lo deket sama dia. Taera anaknya baik dan nggak neko-neko, " kata Dino.

"Iya. Itulah kenapa gue suka sama dia. Mohon do'anya ya," kata Ardilo.

"Siap bang," kata Dino sambil hormat seperti hormat kepada atasannya.

Walaupun ada rasa tenang dalam diri Ardilo saat Dino merestuinya, namun ada juga perasaan khawatir. Kenapa Taera masih belum memberikan jawabannya? Apakah dia masoh ragu? Itulah yang selalu menjadi pertanyaan dalam hati Ardilo.