Matahari telah menampakan cakrawalanya. Malam telah berganti pagi. Gelap telah berganti terang. Namun bagi seorang Citra hari ini tetaplah gelap seperti semalam. Andai tadi malam ia tak kembali ke kantor mengambil iPhone yang ketinggalan nasibnya tak akan berakhir memilukan. Malam itu ia diperkosa Bryan secara brutal dan tak berperasaan.
Bryan dibawah pengaruh alkohol dan menganggap Citra adalah Dee. Andai semalam benar-benar Dee mungkin masa depan calon dokter itu akan suram dan pernikahannya dengan Demir bisa batal.
Bryan tertidur di lantai ruangan usai memperkosa Citra. Lelaki itu kedinginan karena tidur dalam kondisi telanjang. Kepalanya pusing karena terlalu banyak minum. Bryan memijit keningnya berusaha menetralkan rasa pusing yang ia alami.
Bryan shock mendapati dirinya bangun dalam kondisi telanjang. Tak ada sehelai benang pun melekat di tubuh. Tubuhnya gemetar ketika menoleh kesamping Citra tertidur dengan kondisi telanjang dengan sofa berlumuran darah keperawanan Citra yang sudah mengering. Pakaian Citra yang compang-camping berserakan di lantai.
Bryan memegangi kepalanya mengingat kejadian semalam. Citra datang ke kantor menegurnya kenapa belum pulang. Bryan menganggap Citra adalah Dee. Ia sangat kecewa karena Dee tak memilihnya dan lebih memilih Demir. Bryan melampiaskannya dengan memperkosa Citra yang di anggap Dee.
Bryan mengingat dengan jelas bagaimana tangisan permohonan Citra agar tak menyentuhnya. Semakin Citra berontak Bryan memperkosanya dengan brutal. Ia tak mempedulikan rintihan kesakitan dari Citra. Ia telah mancabik-cabik tubuh Citra tanpa perasaan. Bryan tertunduk lemas di lantai. Ia menyesali perbuatan. Bryan tak menyangka jika ia akan menjadi kriminal seperti ini. Ia memperkosa sekretarisnya sendiri.
Bryan memakai pakaiannya. Jam masih menunjukan pukul enam pagi. Belum ada karyawan yang datang kesini kecuali OB. Bryan berlari menuju kamar istirahatnya yang ada dalam ruangannya. Ia mengambil kemejanya dan memakaikannya pada Citra. Pakaian Citra tidak bisa dipakai karena sudah compang camping.
Bryan menepuk pipi Citra pelan untuk membangunkannya. Bibirnya gemetar karena tak ada reaksi dari Citra. Wajah Citra pucat pasi dan Bryan menyentuh kening Citra. Ternyata Citra demam. Bryan mengguncang tubuh Citra namun gadis itu tak bereaksi apa-apa. Citra pingsan. Bryan semakin panik. Tubuhnya menggigil. Ia semakin menyesal dengan perbuatannya. Ia harus membawa Citra pergi dari sini sebelum ketahuan para karyawan. Ia tak mau dihujat dan dibenci para karyawannya.
Bryan tak punya pilihan lain. Dengan mengumpulkan keberaniannya ia menghubungi Clara, tunangannya. Clara masih berada di Jakarta dan belum kembali ke Jerman.
"Cla- Clara," panggil Bryan dengan suara serak karena menangis. Bryan bernapas lega karena telponnya segera diangkat.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu semalam tidak pulang?" Tanya Clara dengan suara menahan kantuk.
"Help me. Datanglah ke kantorku sekarang dan bawa satu stel pakaianmu."
" Bryan apa yang terjadi?" Clara bangkit dari ranjang sembari mengucek matanya. Wajahnya menjadi tegang.
" Datanglah kesini dan kamu akan tahu. Semalam aku mabuk dan karena mabuk aku merusak masa depan seorang gadis ," kata Bryan datar sambil terisak.
"Apa kamu bilang?" Wajah Clara menjadi keruh.
"Cepatlah datang kesini sebelum aku ketahuan karyawanku," pinta Bryan memelas.
Clara menjadi panik. Ia ke kamar mandi mencuci muka dan mengambil satu stel pakaiannya. Dengan terburu-buru Clara membangunkan para bodyguardnya yang bersiaga di apartemen sebelah.
Untung hari masih pagi dan Jakarta belum macet. Hanya butuh waktu setengah jam Clara sudah sampai di kantor Bryan.
Clara mengetuk pintu dari luar. Bryan sengaja menutup pintu agar tak ada yang masuk ruangannya. Memastikan yang mengetuk pintu Clara, Bryan membuka pintu ruanganya. Tanpa permisi Clara menyelonong masuk.
Mata Clara terbelalak melihat Citra tertidur dengan kondisi memakai kemeja Bryan dan ada bekas darah yang sudah mengering di sofa. Clara berusaha membangunkan Citra tapi gadis itu tak ada reaksi apa-apa.
"Ka-Kau memperkosanya?" Tanya Clara tajam menghujam jantung Bryan.
Bryan hanya diam dan tak berani menjawab pertanyaan Clara. Sekarang ia sudah dicap pemerkosa.
Plak.... Clara menampar Bryan dengan keras hingga lelaki bule itu terhuyung ke belakang.
"Kamu diam berarti aku benar. Brengsek kamu Bryan," maki Clara memukul Bryan. Clara membuka alas kakinya dan memukul ke tubuh Bryan bertubi-tubi. Bryan menutup wajahnya agar tidak terluka akibat pukulan Clara.
Bryan tahu ia salah dan hanya diam ketika Clara memukulnya dengan sadis. Rasa sakit yang ia rasakan belum setimpal dengan rasa sakit dan trauma yang ia berikan pada Citra.
"Kamu boleh pukul aku berapa kali pun, tapi tolong bantu aku selamatkan Citra dulu. Dia pingsan dan tak bangun dari tadi. Aku memperkosanya secara brutal. Dia menjerit histeris ketika aku memasukinya dan aku malah semakin nafsu memasukinya."
"Kau binatang," maki Clara kembali ke sofa memeriksa Citra.
Clara mengganti pakaian Citra dengan pakaiannya yang telah ia bawa dari apartemen. Melihat kondisi tubuh Citra membuat air mata Clara jatuh berderai. Tubuh Citra membiru dimana mana. Clara yakin itu bekas gigitan dan cupangan Bryan ketika memperkosa. Bekas gigitan ada dimana-mana. Ada di bahu, perut, leher, payudara, paha dan betis. Sesama perempuan Clara dapat merasakan sakit Citra. Bagi orang Asia apalagi Indonesia keperawanan itu sangat penting dan dipersembahkan untuk suami. Berbeda dengan orang Jerman jika seusia Clara masih perawan akan menjadi bahan ejekan.
"Sepertinya dia mengalami pendarahan. Kita harus membawa dia ke rumah sakit. Aku panggil Jeff dan Andrew dulu."Clara mengambil smartphone dari sling bag.
" Du kommst schnell her. Ich bin in Bryans Zimmer." ( Kalian cepat kemari. Aku di ruangan Bryan).
Tak berapa lama Jeff dan Andrew datang ke ruangan Bryan. Mereka sangat kaget melihat ruangan Bryan berantakan dengan ceceran pakaian Citra yang telah sobek.
"Hebe ihn und bring ihn nach Hause," titah Clara pada kedua bodyguardnya.( Angkat dia dan bawa ke rumah sakit).
"Bawa dia melewati lift khusus CEO agar tak ada yang melihat kalian," ucap Bryan dengan bibir gemetar.
Clara membereskan pakaian Citra yang berserakan di lantai dan memasukan dalam paper bag. Sebesar apa pun kemarahannya pada Bryan, Clara tak ingin karyawan Bryan mengetahui perbuatan sang CEO.
Tanpa memandang Bryan, Clara menyusul Jeff dan Andrew.
"Kau harus ikut! Kau harus bertanggung jawab dengan perbuatanmu!" Cecar Clara ketus menahan emosi.
Kalo tidak membawa Citra ke rumah sakit mungkin Clara akan menguliti Bryan saat ini juga.
Jeff membawa mobil sementara Bryan duduk disebelahnya. Clara dan Citra di bangku belakang. Andrew membawa mobil Bryan. Clara membawa Citra ke rumah sakit terdekat.
Citra langsung dilarikan ke UGD. Dengan cekatan para perawat mengangkat tubuh Citra dan menaruhnya di brankar. Perawat membawanya ke ruang pemeriksaan. Dokter umum memeriksa Citra lalu setelah tahu kondisinya, Citra diperiksa oleh dokter kandungan. Kebetulan dokter uty sedang bertugas. Bryan tak berani masuk ke dalam hanya menunggu diluar ruang tunggu UGD.