Nayla segera mengambil smartphone Dee yang jatuh ke lantai.
"Lo kenapa?" Nayla memberikan smartphone pada Dee.
"Dee jawab!" Luna menyenggol lengan Dee.
Dee bergeming tak menggubris pertanyaan kedua sahabatnya. Demir memicingkan mata penasaran berita apa yang diterima Dee sehingga shock dan tak bisa berkata apa-apa.
Dee lari ke balkon diikuti Nayla dan Luna. Demir mau menyusul tapi dicegah oleh Luna.
"Biar kami yang bicara dulu Pak." Langkah Demir tertahan.
Dee membuang napas kasar seraya memandangi view hotel. Dee merasa frustasi sekarang. Ia benar-benar tak menyangka masalahnya akan serumit ini. Bryan mabuk lalu Citra datang. Pengaruh alkohol membuat Bryan berhalusinasi jika Citra adalah Dee. Bryan memperkosa Citra agar bisa memiliki Dee seutuhnya.
Tubuh Dee menggigil dan tiba-tiba lemas. Takdir mempermainkan mereka. Kenapa Bryan yang sangat baik dan lembut hatinya bisa menjadi predator kala tak mendapatkan apa yang ia inginkan?
"Dee lo kenapa?" Luna mendekati Dee dan memegang kedua pipinya.
Masih tak ada jawaban. Dee masih berkutat dengan pemikirannya sendiri.
"Dia kenapa sich?" Nayla melirik Luna frustasi melihat sikap Dee.
"Gue juga enggak tahu." Luna angkat bahu.
"Dee," teriak Nayla di telinga Dee.
Dee terhenyak dan kaget. Telinganya sakit karena Nayla berteriak di gendang telinganya.
"Nay lo apa-apaan sih?" Dee mengelus telinganya.
"Abis lo kayak orang aneh setelah terima telepon." Nayla membela diri. "Akang gendang kalo lo enggak mau ngomong tabok nih!"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Luna menatap Dee tajam.
Dee bingung dan ragu untuk menceritakannya. Ini masalah Bryan dan Clara.
Luna menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban dari Dee. Enggak ada hujan enggak ada angin sikap sahabatnya berubah 180 derajat.
"Ini masalah Bryan."
"Ya ampun Dee. Udah jadi bini Pak Demir masih sempat mikirin Bryan. Lo harus hargai suami lo dong. Kalian baru kemarin ijab Qabul." Cerocos Nayla menahan kekesalannya.
"Gue belum selesai ngomong." Dee membentak Nayla.
"Ya udah lo cerita sekarang biar kami mengerti." Luna menengahi agar tak terjadi pertumpahan dahak. Eh salah, maksudnya perang dunia ketiga.
"Bryan kecewa karena gue menerima lamaran Mas Demir. Waktu Mas Demir melamar gue di taman bersama kalian Bryan menyaksikannya. Awalnya dia datang untuk mengucapkan selamat atas sidang kompre gue. Terrnyata dia mendapat kenyataan jika Mas Demir lamar gue dan gue menerima lamarannya. Malam harinya Bryan mabuk. Dia meminum wine dengan kadar alkohol yang tinggi sehingga dia mabuk dan berhalusinasi. Mbak Citra, sekretarisnya Bryan datang untuk mengambil iPhone yang ketinggalan di kantor. Mbak Citra mendengar tangisan dia lalu mendekati Bryan dan menanyakannya kenapa belum pulang. Nah Bryan karena frustasi dia berhalusinasi melihat mbak Citra seolah-olah gue. Dia tidak rela gue menikah dengan Mas Demir. Dia memperkosa Mbak Citra yang dianggapnya gue." Dee bercerita sembari menangis.
Nayla dan Luna menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Seorang Bryan bisa bersikap bak binatang dan tak punya belas kasihan. Andaikan malam itu yang datang Dee mungkin itu malam terlaknat yang yang akan mengubah masa depan Dee dan Demir. Tuhan masih sayang Dee dan dilindungi.
"Lantas kenapa lo shock sampai lempar HP segala?" Luna bertanya bak interogasi.
"Clara, tunangan Bryan menelpon. Dia mengatakan jika mbak Citra hamil anak Bryan?"
"Apa?" Mata keduanya membola seakan terlempar dari tempatnya.
"Kok jadi gini sih? Gue kasihan sama mbak Citra."
"Kami juga iya." Nayla menimpali.
"Gue harus temui Bryan dan meminta dia bertanggung jawab sama mbak Citra." Dee beranjak dari balkon namun tangannya ditahan oleh Luna.
"Lo jangan pergi. Lo baru kemarin nikah sama Pak Demir. Jangan membuat kegaduhan. Hargai perasaan suami lo. Mau rumah tangga lo yang berumur satu hati berantakan?" Luna mengingatkan.
Dee mendongak lalu ternganga. Detik ini juga ia paham maksud Luna. Dee kembali duduk. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Merasa bersalah pada Citra.
"Lo kenapa nangis?" Nayla meringis melihat keadaan Dee.
"Gue merasa bersalah sama mbak Citra. Andai Bryan enggak patah hati mungkin dia tidak akan minum wine dan berhalusinasi melihat mbak Citra adalah gue."
"Lo nggak bersalah Dee. Ini terjadi bukan karena kesalahan lo tapi karena kesalahan Bryan. Gue nggak nyangka si bule sialan itu bisa memperkosa mbak Citra. Harusnya dia ngerti dari awal hubungan kalian itu hanya sekedar pacar sewaan. Lo mana tahu ternyata dia bener-bener cinta sama lo." Luna menguatkan Dee.
Dee menggenggam tangan Luna dan memeluknya.
"Apa yang harus gue lakukan?"
"Jadilah istri yang baik buat Pak Demir. Masalah Bryan dan Citra bukan urusan lo. Biarkan mereka menyelesaikan masalah dia. Ingat lo udah punya suami dan keluarga. Jaga perasaan suami lo. Enggak baik lo nangis buat pria lain."
"Nangisnya pas Pak Demir ambil keperawanan lo aja." Celetuk Nayla membuat Luna kesal.
Luna melepaskan sandal dan melemparnya pada Nayla. Sandal itu mengenai paha Nayla.
"Kadang ngomong bokep lo tu enggak tahu tempat Nay. Untung lo sahabat gue kalo enggak udah gue sate lo." Luna memarahi Nayla.
"Intermezzo Lun. Tegang amat jadi orang. Tapi gue lupa kalo kita enggak bisa tegang. Ada yang tegang tapi bukan kesetrum," ucap Nayla menggoda.
"Nayla," pekik Dee dan Luna. Orang lagi serius Nayla malah ajak bercanda.
"Gue hanya menghibur zeyeng…..Jangan tegang dan kaku begitu. Kalo marah nanti cepat tua zeyeng..."
"Gue serius ini." Dee menimpali. "Menurut kalian apa yang harus gue lakukan?"
Kali ini Luna dan Nayla kebingungan. Mereka tidak tahu harus berkata apa. Setelah lama berkutat dengan pikirannya Nayla pun angkat bicara.
"Lo tetap disini dan jangan ikut campur urusan Citra dan Bryan. Lo tidak punya kesalahan apa-apa. Peristiwa yang menimpa Citra mungkin sudah takdir dari Tuhan. Mungkin ini cara Tuhan menunjukkan jalan untuk kalian. Bryan dan lo tidak berjodoh."
"Kali ini gue setuju dengan pendapat Nayla."
"Nikmati moment jadi pengantin baru Dee. Dua minggu lagi kita akan koas dan bakal sibuk. Jangan lupa pakai pengaman ya. Kalo lo hamidun silakan kubur mimpi jadi dokter."
"Nay kok lo jadi nakutin gue?" Dee menatap Nayla bak kucing melihat tikus.
"Bukan nakutin tapi mengingatkan."
Kedua sahabatnya kembali mengingatkan Dee agar tidak ikut campur dalam urusan Bryan dan Citra. Kehamilan Citra biarkan Bryan tahu dengan sendirinya. Jika laki-laki itu gentleman dia akan bertanggung jawab. Dia akan menikahi Citra demi bayi dalam kandungan wanita itu.
Sekali lagi Luna mengingatkan Dee sebagai seorang istri harus menjaga perasaan suaminya. Bagaimanapun, sekarang statusnya sudah menjadi istri orang dan tak boleh berhubungan dengan pria lain apalagi pria itu sangat menyukai Dee.
Tanpa mereka ketahui Demir dan Onya menguping pembicaraan mereka. Demir tersenyum bangga dan bahagia, Dee memiliki sahabat seperti Nayla dan Luna. Kedua sahabatnya menyadarkan posisi Dee sebagai istrinya. Demir pun meninggalkan mereka tanpa perasaan was was.