19.00
Sekarang kami sedang kumpul di ruangan diskusi. Papa dan rekan kerjanya juga ikut di sana. Tak lupa dengan para pemimpin pasukan peperangan.
Mis Zuliz dan Kalvin kini juga ikut berdiskusi dengan kami. Aku duduk di sebelah Ali tak seperti biasanya.
Duduk di sebelah Ali dan Tuan Wers sengaja aku pilih karena pertengkaran ku dengan Raib di taman tadi membuat kami saling membuang muka.
"Baik. Karena semua sudah berkumpul, kami bisa mulai mengeluarkan pendapat masing masing." Sambutan yang biasa biasa aja dari Mis Zuliz.
Kami kemudian berdiri dan memberikan salam khas Klan Matahari.
Kemudian para pasukan mulai bertepuk tangan menyambut hangat pembukaan diskusi kami.
"Yah sudah di jelaskan pula kalau besok pagi pukul 1 dini hari kami mulai melakukan peperangan. Karena peperangan ini bertujuan untuk memperebutkan pusaka batu aeternum yang dimana batu tersebut dapat membuat kita hidup abadi. Kini sesi pengeluaran pendapat dimulai!" Ucap Papa ku sebagai kepala sekertaris.
Pendapat ini kami gilir dari panglima kota Ilios, kemudian Kita Rut, dan terakhir kota Melz.
Setelah itu baru di buka sesi diskusi secara pribadi atau perorangan.
"Baik, apakah ada lagi?" Tanya Mis Zuliz sebagai juru bicara diskusi kali ini.
"Ada." Ucap Ali sambil mengacungkan tangan nya.
"Aku telah berhasil membuat 3 kacamata khusus kami bertiga yang fungsinya seperti kamera virtual. Jadi kita bisa melihat detail sekitar kita dengan sangat jelas."
"Ide yang bagus Ali, kamu bisa memakai alat itu untuk besok. Apakah ada lagi?"
Raib mengacungkan tangan nya untuk mengeluarkan pendapat.
"Bryan dan James datang ke sini dengan pasukannya yang memiliki ilmu hitam. Sedangkan Bryan menyerang menggunakan pedang nya yang di mana setiap orang yang tertancap pedang tepat di dadanya akan mati secara tak wajar." Jelas Raib.
"Maksud mu apa?" Tanya Tuan Jackson alias papa ku pada Raib.
"Bila terkena pedang itu seseorang akan lenyap seperti abu."
Entah kenapa Raib mengatakan hal tersebut seperti dia akan tau apa yang terjadi.
Karena kata kata Raib tadi diskusi kami di tutup dengan penuh pertanyaan. Diskusi itu terpaksa di tutup karena katanya pasukan Bryan sudah di sebar di klan Matahari.
Dan masalahnya aku dan Raib sekarang saling menjauh satu sama lain. Bahkan Ali sudah memaksa kami untuk minta maaf.
Tapi karena Raib yang terlanjur marah, jadi sampai sekarang kami belum minta maaf.
****
01.00
Tepat pada pukul 01.00 dini hari aku dan lainnya telah bangun. Ali kali ini lebih bersemangat dari hari hari sebelumnya. Terlebih lagi kini kami menyerang dengan mengunakan trik berpencar.
Raib seperti biasa dia selalu serius dengan hal hal yang menurutnya baru seperti perang kali ini, bedanya kami sekarang bertarung tanpa adanya kak Jhon.
Sangat di sayangkan tak ada kak Jhon di sini. Tapi apapun itu demi kebaikan kami semua.
"Sel, kamu udah pake kacamatanya?" Tanya Ali, kemudian aku mengangguk dan lantas memakainya.
Kini kami sedang memakai kacamata buatan Ali yang transparan dengan desain batik di pinggirannya kemudian ada cahaya LED.
Dan setelah kalian memakainya kacamata tersebut akan segera berubah menjadi suatu kamera digital. Saat pertama di gunakan kacamata ini sedikit membuat pusing, tapi itu hanya terjadi saat awalannya saja.
"Raib kamu bisa kesini?" Tanya Tuan Wers yang menuju pojok ruangan dekat kapsul kapsul perang.
Raib Pov:
Aku menuruti apa yang di pinta Tuan Wers, aku mendatangi nya. Setelah itu Tuan Wers mulai berbicara.
"Apa kamu tahu apa yang akan terjadi sekarang?? Maksud ku aku yakin kamu mewariskan kekuatan itu." Ucap Tuan Wers sedikit berbisik karena takut obrolannya di dengar seseorang.
"Aku tahu, tapi buku Tuan Wers itu sebenarnya tahu semua apa yang akan terjadi." Jawab ku yang sejak dari awal ingin sekali kubicarakan pada seseorang.
Tuan Wers kemudian dia untuk berpikir sejenak...
"Bisa pinjam bukunya? Aku sudah lupa soal itu."
Kemudian aku membuka ransel yang aku bawa dan mengeluarkan buku yang di maksud oleh Tuan Wers.
"Ah, kamu juga bisa membacanya? Apakah kamu bisa menjaga mereka? Karena kamu sudah mengetahui semuanya."
"Tapi tuan Wers masalahnya....
"Wers!!! Kemarilah!! Ada sesuatu yang penting." Teriak Kalvin dari seberang jalan. Kemudian Tuan Wers berpamitan tanpa menghiraukan ucapan penting ku tadi.
****
Setelah persiapan yang kami lakukan selama beberapa menit lalu, Raib dan Ali mulai terbang ke kota masing masing. Sedangkan aku tetap di kota Ilios.
Pasukan pun mulai berpencar di berbagai daerah, Kalvin ikut bersama Raib, Tuan Wers bersama Raib, sedangkan aku bersama Mis Zuliz dan Tuan Leon.
Papa ku alias Tuan Jackson juga ikut dalam peperangan ini. Dia berperan sangat penting sekali dalam hal ini.
"Seli, saat Pasukan Bryan muncul kamu langsung serang. Terlebih lagi ada Umbra di kami. Oke?" Tanya Mis Zuliz pada ku.
Sampai detik ini juga aku tak menyangka dengan apa yang terjadi dengan Mis Zuliz. Guru killer bertubuh pendek dengan kacamata tebal, kemudian penggemar Matematika dan IPA sekarang menjadi pengintai terbaik seluruh Klan.
Dan karena ini pula hubungan kami berdua menjadi sangat dekat.
"Seli, ayo masuk!" Pinta Tuan Leon pada ku.
Pada akhirnya aku masuk dalam kapsul yang model nya hampir mirip dengan kapsul milik Ali. Papa dan aku berada dalam kapsul yang berbeda.
Mis Zuliz berada satu kapsul dengan ku dan Tuan Leon. Papa ku bersama rekan kerja nya hanya memantau di bagian gedung saja.
Semua penduduk kota Ilios telah di amankan di dalam gedung sekertaris berarti itu sama saja dengan kota Rut dan Melz kami tak ingin menyakiti penduduk hanya karena perebutan pusaka ini.
Pada dini hari ini kami mulai mencari para pasukan Umbra Bryan dengan hanya menggunakan lampu kapsul sebagai penerangan. Lampu jalan mati karena adanya kerusakan elektronik.
"Tes, Raib kota Melz." Suara Raib muncul dalam alat komunikasi Tuan Leon, Mis Zuliz, serta aku sendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Apakah kamu sudah sampai?" Balas Tuan Leon.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Sudah, tapi kami masih dalam tahap mencari Umbra." Jawab Raib lewat alat komunikasi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Baiklah hubungi kami lagi bila sudah sampai." Ucap Kalvin, selain dapat menghubungkan ke pada alat komunikasi tuan Leon, Mis Zuliz, Dan aku. Alat komunikasi ini juga dapat menghubungi orang lain seperti Kalvin.
****
03.00
Hari ini jam telah menunjukkan pukul 3 pagi, kami sudah menelusuri seluruh kota di Ilios. Dan ini benar benar membuat ku lelah sekali.
Sudah lebih dari 2 jam kami belum juga menemukan para pasukan Umbra dan Bryan itu.
"Seli kita sepertinya istirahat sebentar sambil mengisi bahan bakar." Ucap Mis Zuliz yang melihat ku mulai kelelahan terhadap perjalanan ini.
"Ali kota Rut." Ucap Ali pada alat komunikasi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ali, apakah kamu sudah menemukan mereka? Di mana kamu sekarang?" Tanya ku padanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Para umbra baru akan memulai penyerangan, aku sudah menemukan 1-2 dari mereka." Jawab Ali panik.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Pasukan kami juga mulai melakukan penye.....
BOOM!!!!
Belum selesai Raib menyelesaikan ucapannya dari luar kapsul ku sudah terdapat para umbra dan pasukan gelap yang menyerang pasukan kami.
"Seli!!! Cepat keluar!!!" Teriak Tuan Leon dengan melangkah keluar kapsul.
Aku mulai panik walaupun begitu aku tetap saja keluar dengan menggunakan cincin berwarna kuning ku.
Tak lupa dengan kacamata Ali yang sangat membantu, selain itu kacamata ini bisa melihat gerakan lincah para Umbra.